berita-utama

24 Kampung, 11 Desa di Bogor Terisolasi

Rabu, 14 Maret 2018 | 09:37 WIB

-

Masih ingat kisah warga Desa Rabak, Rumpin, yang digotong pakai sarung saat akan melahirkan? Itu baru di satu kampung. Di Kabupaten Bogor masih ada puluhan kampung di sebelas desa yang terisolasi hingga memaksa mereka hidup dalam keterasingan.

Siti Aisyah (18) dan Aris (26) warga Kampung Cijantur, RT 03/04, Desa Rabak, Kecamatan Rumpin, jadi saksi hidup bagaimana keduanya harus berjuang di tengah kehidupan kampungnya yang serba terbatas. Jauh dari puskesmas, apalagi rumah sakit dan pusat kota jadi mimpi buruk bagi Aisyah. Apalagi jika ingat detik-detik saat dirinya ditandu warga ramai-ramai menuruni jalan curam sewaktu mau melahirkan. "Badan pada pegal semua. Sampai setelah lahir pun saya ditandu menggunakan sarung," kenangnya.

Kehidupan yang dialami Aisyah juga hampir dialami warga lainnya di 24 kampung terisolasi. Ketua RT 01, Kampung Haniwung, Desa Rabak yang lokasinya berada di atas gunung, Ahmad, mengaku kesulitan akses jalan untuk beraktivitas. Apalagi dengan medan jalan yang terjal dan curam.

Karena itu, Ahmad berharap ruas jalan menuju kampung kami diperlebar sehingga bisa dilalui kendaran roda empat. Sebab, kampung kami salah satu penghasil buah-buahan dan cengkih serta penghasil gula aren. "Tahun lalu, warga saya ada yang meninggal karena ke pukesmas sangat jauh. Makanya ketika ada warga yang mau melahirkan dan darurat, segera kami gotong ke bawah bergotong-royong sama warga," ungkapnya.

Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten Bogor mencatat bahwa kampung-kampung tersebut tersebar di sebelas desa di pelosok Kabupaten Bogor. Di antaranya Desa Sukaraksa, Banyuresmi dan Banyuasih di Kecamatan Cigudeg, Desa Buwanajaya di Kecamatan Tanjungsari, Desa Cisarua di Kecamatan Sukajaya, Desa Sukagalih di Kecamatan Jonggol, Desa Sukajadi di Kecamatan Cariu, Desa Sukagalih di Kecamatan Jonggol, Desa Benteng di Kecamatan Ciampea dan Desa Sukaresmi dan Sukamulya di Kecamatan Sukamakmur.

Kepala DPMD Kabupaten Bogor Deni Ardiana mengatakan, kampung-kampung yang terisolasi tersebut selain belum dialiri listrik juga minim akses pendidikan dan kesehatan. Namun, Deni mengklaim bahwa jumlah kampung terisolasi sudah berkurang dari semula 39 kampung jadi tersisa 24 kampung. “Karena di 2017 kami sudah membangun jalan dan jembatan di 15 kampung di delapan desa. Dan secara bertahap pemerataan juga dilakukan di 24 kampung terisolir (terisolasi, red) itu,” katanya.

Pada 2018, Deni menyatakan ada anggaran Rp10 miliar untuk percepatan pembangunan di titik-titik yang terisolasi. “Insya Allah tahun ini bisa selesai. Untuk pembiayaan terbagi. Ada dari APBD Kabupaten Bogor, APBDes hingga Bantuan Keuangan (Bankeu). Jika desa memiliki keuangan sendiri sejak dulu, mungkin kampung terisolir sudah tidak ada. Tapi DD dan ADD ini kan baru efektif tiga tahun terakhir," bebernya.

Camat Cigudeg Acep Sajidin mengatakan, untuk mengatasi masalah tersebut, Pemerintah Kecamatan Cigudeg terus berkoordinasi dengan DPMD Kabupaten Bogor. “Insya Allah kami akan bangun akses jalan khusus dari Desa Cigudeg menuju Desa Banyuasih,” katanya.

Acep beralasan bahwa selama ini masyarakat Desa Banyuasih yang ingin ke kantor Kecamatan Cigudeg harus melewati tiga kecamatan, yaitu Rumpin, Leuwiliang dan Leuwisadeng, dengan durasi tempuh dua jam perjalanan. Apalagi di wilayah tersebut tidak terjangkau sinyal seluler. Jika jalur baru tersebut sudah dibangun, nantinya akses menuju Cigudeg bisa lebih cepat dari 45 menit. ”Jadi rutenya Desa Banyuasih, Desa Banyuwangi, baru ke Cigudeg. Masih satu kecamatan,” ujarnya.

Terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor Edi Wardani mengatakan, untuk mengantisipasi masalah transportasi yang diakibatkan wilayah yang tak dilalui angkutan ataupun masuk desa terisolasi, dari kementerian pusat sudah memberi bantuan mobil angkutan ke desa terisolasi di Kabupaten Bogor. "Program pembagian sebelas unit angkutan desa ini rencananya akan terus dilakukan merata di seluruh desa. Tahap pertama untuk sebelas desa dulu. Kemudian kita akan evaluasi terkait keberadaan angkutan tersebut, efektif atau tidak agar bisa dirasakan masyarakat," katanya.

Pihaknya juga berjanji akan terus melakukan pengawasan dan pendampingan terkait bantuan sebelas unit minibus di sebelas desa itu. Penerima sebelas desa tersebut yakni Desa Kiarapandak, Cisarua, Cileksa, Pasirmandang dan Kiarasari di Kecamatan Sukajaya. Sedangkan Desa Benteng dan Tegalwaru di Kecamatan Ciampea, Desa Purasari dan Pabangbong di Kecamatan Leuwiliang, Desa Banyuasih di Kecamatan Cigudeg dan Desa Sirnarasa di Kecamatan Tanjungsari. "Saya harap angkutan ini digunakan untuk kepentingan masyarakat, baik itu membawa anak sekolah atau operasional pemerintahan," pungkasnya.

(ads/mul/c/feb/run)

Tags

Terkini