"Salah satu barang bukti yang disita itu alat panah yang ujung busurnya dipasang bahan peledak," ujar kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto di Markas Besar Polri.
Setyo menjelaskan, busur itu dipasang sejenis peledak di ujungnya. Jadi saat dilesatkan, busur itu bisa meledak. Saat ini senjata itu sedang dalam pemeriksaan dan diteliti bahaya serta daya ledaknya. Menurutnya, para teroris semakin memiliki alat-alat maju dalam menyiapkan aksi terornya.
Selain itu, kata Setyo, Densus 88 juga menyita sejumlah bahan peledak. Pada Minggu (13/5), Densus 88 menangkap M dan G di tempat terpisah. M di Cikarang dan G di Sukabumi. Mereka ditangkap setelah kepolisian mendapat informasi saat melumpuhkan empat terduga teroris yang juga anggota jaringan JAD di Cianjur.
Setyo menyebutkan bahwa keduanya berencana menyerang Mako Brimob. Namun dalam perjalanan ke Jakarta, Densus 88 telah melumpuhkan empat terduga teroris di Cianjur. Mereka adalah Batti Bagus Nugraha (21), Dwi Cahyo Nugroho (23), Agus Riyadi (33) dan Haji Saputra (24).
Sedangkan M dan G ditangkap setelah mendapatkan informasi saat penangkapan di Cianjur. Saat ini mereka masih dalam pemeriksaan.
Barang bukti serupa juga ditemukan di rumah terduga teroris sekeluarga di tiga gereja Surabaya. Polisi menemukan busur dan anak panah di Perumahan Wisma Indah, Jalan Wonorejo Asri 9 No 14 A, Surabaya.
Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rudi Setiawan menjelaskan, busur panah yang ditemukan itu diduga sering dipakai. Saat polisi merangsek, rumah tersebut dalam kondisi kosong dan berantakan. "Ada beberapa anak panah dan busur panah," kata Rudi.
Selain itu ditemukan berbagai buku, tulisan-tulisan dalam kertas dan pesan-pesan. "Terlihat sudah ditemukan. Ada beberapa buku, ada tulisan-tulisan dan pesan-pesan," katanya.
Rumah itu milik terduga teroris yang meledakkan di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Gereja Kristen Indonesia Diponegoro dan Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel.
Mereka adalah Dita Uprianto dan istrinya, Puji Kuswati. Lalu keempat anak yakni Fadila Sari (12), Famela Rizkita (9), Yusuf Fadhil (18) dan Firman Halim (16).
Dita melakukan pengeboman di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya. Puji bersama Famela dan Fadila mengebom di Gereja Kristen Indonesia Diponegoro (GKI Diponegoro). Terakhir Yusuf dan Firman melakukan pengeboman di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel.
Hingga pukul 21:30 WIB, jumlah korban tewas akibat bom di gereja Surabaya, Jawa Timur, bertambah menjadi 13 orang. Sedangkan korban luka jumlahnya puluhan orang.
Presiden Joko Widodo menyebut teror bom di tiga gereja di Surabaya merupakan aksi biadab. Jokowi menegaskan negara tidak akan tinggal diam untuk mengusut jaringan pelaku teroris. "Tindakan terorisme kali ini sungguh biadab dan di luar batas kemanusiaan," kata Jokowi.