Mayoritas korban keracunan ini adalah warga RT 01, 02 dan 03/07, Kampung Sawah, Kelurahan Tanahbaru, Kecamatan Bogor Utara. Rata-rata korban mengonsumsi keong sawah pada Rabu (23/5) malam, tetapi baru merasakan dampaknya Kamis (24/5) pagi. Mereka menjalani perawatan di empat rumah sakit di Bogor yakni RSUD, RS Azra, RS Mulia dan RS Vania. Ada juga korban yang dirawat di puskesmas. “Beberapa sudah dirujuk untuk pulang karena dilihat kondisinya sudah membaik. Ada delapan orang," ucapnya.
Ia menjelaskan, ada juga warga yang memilih tidak menjalani perawatan di rumah sakit dan puskesmas. Korban-korban ini dirawat salah satu petugas kesehatan yang tinggal di Kampung Sawah. "Beberapa diinfus di rumah karena di sana ada petugas kesehatan juga. Sejauh ini semua tetap kita pantau," lanjutnya.
Budi menambahkan, berdasarkan informasi dari Polresta Bogor Kota, kemungkinan penyebab keracunan warga ini karena cara memasak yang salah. Si pembuat masakan tutut menyampurkan hasil dagangan sisa dengan yang baru. Hal ini menyebabkan kontaminasi dan memperlancar penyebaran bakteri. “Tutut merupakan makanan yang memiliki protein tinggi. Makanan dengan protein tinggi ini akan sangat rentan basi bila tidak segera dimakan,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Bogor Rubaeah menyebut kasus keracunan keong sawah atau tutut ini baru pertama terjadi di Kota Bogor. Makanan yang sering dibuat lauk oleh warga Kota Bogor ini disebut memang biasa dijual, tetapi penjualannya lebih banyak lagi saat bulan puasa. “Penyebabnya apa harus tunggu konfirmasi dulu, masih kita cek di laboratorium dulu. Insya Allah hasilnya keluar Selasa," kata Rubaeah.
Terpisah, Plt Wali Kota Bogor Usmar Hariman menetapkan status kejadian ini sebagai KLB. Penetapan tersebut sesuai ketentuan, salah satunya korban lebih dari sepuluh orang dengan peristiwa dan lokasi yang sama. "Hasil laporan dari Dinkes Kota Bogor dan petugas yang ada lapangan terkait kasus ini akan dibuatkan SK KLB, Senin (28/5)," kata Usmar.
Untuk menangani kasus ini, Usmar pun memerintahkan dinas terkait membentuk tim yang dapat melakukan penanganan korban secara cepat. Warga yang memiliki indikasi serupa pun diharap dapat segera diberikan penanganan. "Bagi yang belum tercatat peserta BPJS Kesehatan akan dibantu agar bebas dari biaya perawatan. Kalau yang sudah ada, tinggal kita bantu dari segi pelayanan korban, supaya ditangani dengan baik,” ujarnya.
Sekadar diketahui, hingga kini Polresta Bogor Kota masih memeriksa tiga pelaku berinisial J (54) , Y (52) dan S (55). Mereka diketahui sebagai pembuat dan penjual tutut yang dikonsumsi para korban. Polisi juga masih menunggu hasil uji laboratorium dari sampel tutut tersebut.
Di lain hal, buntut kasus keracunan massal di Kota Bogor mengundang perhatian Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain. Melalui pesan di akun medsosnya @ustadtengkuzul, ia menanyakan di mana menteri yang menyarankan warga untuk memakan keong sawah. Diketahui Menteri Pertanian pernah menyarankan masyarakat beralih ke keong sawah untuk menggantikan daging sebagai sumber protein.
"Kemarin Mana Itu Menteri yg Menyarankan Makan Keong Sawah...? Sudah Membezuk Mereka Belum...? Ya Allah Sebegitu Sengsaranya Nasib Rakyat Jelata Mau Makan Enak Saja Susah. Padahal Sudah 72 Tahun Merdeka. Tunjukkan Kami Jalan agar Terbebas dari Zaman Sengsara Ini... Amin...." tulis @ustadtengkuzul.
(rep/tib/rez/run)