METROPOLITAN - Hari ini proses pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun Ajaran 2018/2019 ditutup. Di balik proses itu rupanya ada dugaan praktik main mata antara calon wali murid, pihak sekolah dan oknum pegawai Dinas Pendidikan (Disdik) lewat sistem percaloan.
Bimo (nama samaran, red) salah satunya. Lelaki yang sering jadi calo untuk memasukkan siswa ke sekolah favorit di Kota Bogor blak-blakan soal ini.
Hampir setiap tahun ia selalu dicari orang tua siswa yang kerap putus asa dengan nasib putra-putrinya untuk mendapatkan sekolah favorit. Demi sebuah prestise, biasanya banyak orang tua yang melakukan berbagai cara agar anaknya bisa sekolah di SMA-SMA jempolan.
“Biasanya mereka yang datang ke saya itu memang sudah mentok. Kebanyakan itu penginnya di SMA 1, 3, 5,“ kata Bimo.
Namun, Bimo tak sembarangan memasukkan siswa ke sekolah favorit. Biasanya ia lebih memprioritaskan orang tua murid yang punya kedekatan dengannya. “Kita mah yang pasti saja, memang kenal. Karena bukan apa-apa, takutnya kalau asalan malah ternyata dijebak,” tutur Bimo yang sudah tiap tahunnya meraup pundi rupiah dari sistem penerimaan.
Soal harga, jelas Bimo, itu tergantung kesepakatan antara ia dengan orang tua murid. Biasanya untuk bangku sekolah SMA ia mematok harga minimal Rp15 juta, sedangkan untuk bangku SMP di angka Rp10 juta.
“Tapi suka saya tawarin berani nggak Rp20 juta? Kayak marketingnya saja, ditawarin gede,” ujarnya sembari mengisap rokok, malam itu.
Soal adanya sistem PPDB yang sudah berlaku sejak 2016, menurut Bimo, itu tidak menutup celah percaloan. Sebab, setiap sekolah biasanya sengaja mengurangi kuota kursi. “Jadi yang seharusnya kuotanya 40, ini dibilangnya 35 kursi. Nah, itu sisanya buat yang titipan,” bebernya. Termasuk titipan para penegak hukum. “Ya pasti ada, bukan rahasia lagi,” cetusnya.
Adapun untuk pembagian jatahnya, lanjut Bimo, hal itu disesuaikan dengan jumlah yang terlibat. Termasuk Disdik dan pihak sekolah. “Tergantung sih persenannya, nggak tentu,” sebutnya.
Soal adanya sekolah favorit yang kerap menerima siswa titipan dari calo, pihak SMA Negeri 1 Bogor pun angkat bicara. Menurut Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Bidang Humas SMAN 1 Bogor Yusup Sulaeman, dengan sistem online, hal itu sudah tidak terjadi.
”Karena yang menentukan diterima atau tidaknya siswa bukan lagi rapat panitia atau guru, melainkan sistem yang menyeleksi semuanya,” kata Yusup.
Begitupun intervensi dari pihak luar, sambungnya, sudah tidak mungkin bisa dilakukan. Sebab, semua peserta didik yang diterima hanya dari nama-nama yang terdaftar di aplikasi PPDB Online. ”Kita mah hanya begitu nama keluar lalu mengeluarkan SK dari nama-nama itu. Masyarakat juga mengetahui siapa saja yang diterima,” ucapnya.
Sementara soal percaloan itu, Disdik Kota Bogor belum memberi keterangan apa pun. Wartawan koran ini juga telah mendatangi kantor Disdik yang berada di Jalan Pajajaran pada Kamis (7/6) siang, namun seorang pegawai berseragam dinas mengatakan bahwa pejabat yang terkait proses PPDB sedang tidak di tempat.
Tak sampai di situ, Metropolitan juga telah menghubungi Kepala Disdik Kota Bogor Fakhrudin dan Sekretaris Disdik Kota Bogor Jana Sugiana, namun yang bersangkutan justru melimpahkannya kepada Jajang Koswara selaku penanggung jawab PPDB. “Sementara ke Pak Jajang dulu ya,” singkat melalui WhatsApp. (ryn/c/rez/feb/run)x