METROPOLITAN - Ratusan warga mengerumuni kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Bogor, Jalan Achmad Adnawijaya, Kecamatan Bogor Utara, kemarin (3/7) pagi. Sejak subuh, antrean mengular hingga ke jalanan tak dapat terhindarkan. Bahkan, sampai tadi malam antrean pun maish menumpuk. Kondisi ini telah berlangsung sejak awal Juni, tepatnya saat stok tinta percetakan kembali ada setelah kosong sejak Februari lalu.
Warga Tajur, Kecamatan Bogor Selatan, Ranti (30), mau tak mau harus mengurungkan niatnya mengurus KTP-el hari ini karena kehabisan nomor antrean. Ia bersama anaknya mencoba menanyakan kondisi itu kepada salah seorang pegawai Disdukcapil. Di hadapan petugas tersebut, ia diminta kembali esok hari. "Ibu besok kembali lagi saja ke sini. Sekarang sudah habis nomor (antrean, red)," kata salah seorang petugas Disdukcapil.
Sementara warga lainnya, Yusuf (52), mengaku rela menginap dan tidur di trotoar jalan depan kantor Disdukcapil Kota Bogor sejak kemarin sore. Warga Kampung Kalimurni, Kecamatan Tanahsareal, ini juga mengaku selain dirinya ada 12 warga lain yang melakukan hal serupa. “Mau gimana lagi. Kalau nggak begitu, kita nggak dapat giliran,” keluhnya.
Banyaknya keluhan warga soal kesulitan mengurus cetak KTP-el tersebut membuat Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto melakukan inspeksi mendadak (sidak), kemarin (3/7) pagi. Saat mendatangi kantor Disdukcapil, ia mendapati antrean panjang warga yang ingin mengurus kartu identitas tersebut.
“Beberapa waktu belakangan, saya terima laporan dan keluhan (soal antrean warga, red). Tadi subuh saya cek, perkiraan mungkin ada seribu orang yang antre. Rata-rata sudah merekam data dan ingin segera dicetak. Lainnya karena KTP-nya rusak dan ingin dicetak lagi. Ketiga, mungkin urus perubahan data. Keempat, urus Kartu Keluarga (KK) dan lainnya. Tetapi sebagian besar memang ingin mencetak KTP,” katanya saat ditemui Metropolitan, kemarin.
Bima pun langsung melakukan rapat koordinasi dengan Disdukcapil. Hasilnya, warga yang ingin mencetak KTP-el diminta mendatangi kecamatan masing-masing untuk mendapatkan pelayanan kepada petugas yang akan mengecek ke dinas, sudah siap cetak atau belum. “Bagi yang sudah siap cetak, tanya kapan bisa diambil, maksimal 14 hari kerja. Nanti diambilnya di kelurahan masing-masing. Jadi nggak perlu ke dinas. Bagi yang belum, bisa jadi ada masalah, silakan datang ke sini untuk mendapat kejelasan,” ucapnya.
Politisi PAN ini mengakui pola dan sistem antrean di kantor Disdukcapil perlu diperbaiki dan memperbanyak jemput bola. Ketika sudah dipecah ke kecamatan-kecamatan, diharapkan tidak ada lagi antrean warga yang membeludak hingga ke jalan. “Banyak warga yang punya kebutuhan mengurus surat, bertabrakan dengan yang ingin memperbaiki data atau yang ingin cetak KTP. Ini numpuk semua. Ditambah lagi ada persoalan tinta yang baru selesai bulan lalu,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Disdukcapil Kota Bogor Dody Ahdiat mengatakan, daya tampung kantor Disdukcapil memang tidak cukup memadai, maka hanya dibatasi 300 antrean. Sebab dari jumlah itu, bisa cetak 800 hingga seribu keping KTP-el dan bisa memakan waktu sampai sore. “Kebijakan sebelumnya begitu, karena kasihan warga kalau antre sampai malam di sini menunggu KTP. Ternyata Pak Wali tidak mau, harusnya semua dilayani, jangan sampai antre begitu. Nah setelah tadi rapat, diputuskan yang mau cetak KTP datang ke kecamatan untuk memecah antrean, buat permohonan yang nanti diurus ke dinas,” paparnya.
Pria yang juga Ketua Umum Persatuan Angkat Besi dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI) Kota Bogor itu menambahkan, antrean terjadi sejak 4 Juni lalu saat pengadaan tinta sudah selesai. Selain pencetakan KTP-el yang sempat tertunda, ditambah kebutuhan masyarakat yang meningkat, mulai dari sekolah, pilkada dan kebutuhan dokumen kependudukan lainnya. Sejak kosong dan tidak melakukan pencetakan per Februari lalu, Disdukcapil mesti mencetak sekitar 40 ribu keping KTP-el, di mana 15 ribu di antaranya merupakan pemohon rekam baru dan sisanya pencetakan untuk pemohon yang KTP-nya hilang, rusak dan perubahan data.
“Terhambat karena proses pengadaan tintanya sempat lama kosong. Makanya pas tahu ada, ya membeludak yang ingin cetak. Kalau sekarang pengajuan permohonan di kecamatan, baru ke dinas. Mudah-mudahan ini bisa jadi solusi awal untuk masyarakat, sehingga tidak usah mengantre dari subuh atau bahkan ada yang menginap,” terangnya.
Dody mengungkapkan, total tinta yang sudah ada di kantor Disdukcapil sekitar 150 buah, yang diperkirakan bisa mencetak sekitar 50 ribu keping KTP-el. Tinta itu sendiri terbagi atas dua jenis, pertama untuk satu tinta bisa mencetak 500 keping, yang kedua satu tinta untuk 200 keping.
“Jenis pertama ada 40 buah dikali 500 keping, bisa menghasilkan 20 ribu keping. Sedangkan jenis kedua ada 110 buah, di mana satu tintanya untuk 200 keping. Jadi ada 22.000 keping dari tinta jenis kedua. Total bisa mencetak 42.000 keping. Jika satu hari kami cetak 500 keping KTP-el saja, kira-kira bisa digunakan hingga empat bulan ke depan,” ucapnya.
Artinya, sambung Dody, warga tidak perlu khawatir karena stok tinta masih aman hingga empat bulan ke depan. Ia mengimbau masyarakat agar tidak panik dan terburu-buru, sebab pelayanan tetap dilaksanakan seperti biasanya. (ryn/c/feb/run)