METROPOLITAN - Merosotnya nilai tukar rupiah dimanfaatkan warga Cibinong dan sekitarnya dengan ramai-ramai menukarkan dolar Amerika Serikat (AS). Seperti kunjungan ke money changer di Cibinong City Mall (CCM) yang meningkat sejak awal pekan ini. Pantauan Metropolitan, sejumlah orang keluar-masuk ke tempat penukaran uang itu untuk menjual dolar AS. Teller money changer, Ires Kustiani, mengaku sejak nilai tukar dolar terhadap rupiah meningkat tidak sedikit warga yang datang untuk menjual dolar AS. ”Terutama Senin (3/9) kemarin, itu total dolar yang ditukar ke rupiah nilainya bisa mencapai ratusan juta,” katanya kepada Metropolitan. Namun sejak nilai tukar rupiah menembus Rp15.029, belum ada lagi lonjakan penjualan dolar, tidak seperti di Jakarta yang ramai. Per Rabu (5/6) kemarin, money changer mengenakan kurs beli sebesar Rp14.990 per dolar AS. Sedangkan bagi yang ingin menjual dolar AS dikenakan kurs beli Rp14.700 per dolar AS. “Hari ini (kemarin, red) belum ramai tapi peningkatan ada,” ujarnya. Ires mengaku sudah menjadi tren jika kenaikan nilai tukar dolar AS ke rupiah terus meningkat. Sebab, orang akan lebih banyak menukar dolarnya. ”Banyak warga yang berdatangan, mereka lebih banyak yang jual dolar AS ketimbang beli,” ungkapnya. Terpisah, Media and Public Relation Manager CCM Yunati Alinda pun mengetahui adanya peningkatan jumlah pengunjung ke money changer. “Tapi yang benar-benar datang buat sengaja tukar di CCM sih belum melonjak. Kalau secara global kunjungan ke CCM sih tidak terlalu pengaruh soal dolar ini ya,’’ singkatnya. Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah menembus Rp15.029 pada Selasa (4/9) sekitar pukul 19:20 WIB. Merespons anjloknya kurs rupiah terhadap mata uang dolar AS, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution tak mau ada semacam gerakan cinta rupiah. “Jangan lah, nanti dibilang sudah gawat,” kata Darmin. Untuk diketahui, dalam dua hari terakhir ini pelemahan rupiah terhadap dolar AS berkisar Rp200 rupiah. Darmin mengaku pihaknya masih mencari alasannya apakah hal ini turut dipicu langkah Bank Indonesia (BI) melepas rupiah secara gradual. “Makanya saya bilang ada hal yang kemudian mendorong agak lebih banyak pelemahannya, yang kami sendiri (melihat, red) ini nggak masuk akal. Mesti ada sesuatu yang apa, kita cari (dasarnya, red). (Krisis, red) Argentina ini semua negara kena, tapi kita tidak lebih buruk dari negara maju,” jelasnya. (mul/c/els/run)