METROPOLITAN - Seorang pria yang diduga pelaku pencabulan remaja 15 tahun, SF (41), tewas mengenaskan di kantor polisi, kemarin. Ia melompat dari jendela lantai tiga gedung milik Polresta Bogor Kota yang baru dibangun. KEPALA Satreskrim Polresta Bogor Kota Kompol Agah Sonjaya mengatakan, awalnya petugas mendapat laporan adanya kasus pencabulan terhadap anak di bawah umur di Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara, Selasa (4/9) malam. Melihat kondisi itu, anggota Satreskrim lalu mengamankan diduga pelaku pencabulan sekitar pukul 21:00 WIB. “Kemudian anggota membawanya ke Mako Satreskrim Polresta Bogor Kota,” katanya. Agah melanjutkan, saat datang ke Mako, ada luka-luka di hidung SF, yang diduga karena sempat dihakimi massa. Saat hendak dibawa ke klinik, SF tergolek lemas dan tiba-tiba berontak hingga teriak. “Saya yang sedang gelar perkara terkaget. Anggota saya juga ditabrak dan lari ke ruangan gelap juga kosong, di ujung gedung. SF masuk jendela hingga keluar, anggota saya berteriak ‘SF kabur’, maka segera saya turun ke bawah,” paparnya. Saat tiba di bawah, tutur Agah, SF tergolek dengan posisi kepala terlebih dahulu menyentuh tanah. SF masih hidup dan masih ada denyut nadi, namun sayang nyawanya tidak tertolong saat dilarikan ke RSUD Kota Bogor. ”Jenazah SF dibawa ke RSUD Ciawi, lalu kami panggil keluarga SF. Akan diautopsi Jumat (6/9) nanti. Sulit dipercaya, tadi memperagakan seperti rekonstruksi,” terangnya. Sebelumnya, lanjut Agah, SF diduga melakukan tindakan pencabulan. Namun sebelum ada pembuktian, massa melakukan tindakan kekerasan terhadap SF sebelum digelandang ke Polresta Bogor Kota. “Keluarga SF membuat laporan kepada kami, karena merasa SF mendapat kekerasan padahal belum terbukti (pelaku pencabulan, red). Belum sempat kami bertanya, sepuluh detik begitu cepat saat SF berontak dan tergeletak di tanah. Tidak ada tanda-tanda akan melarikan diri dan melakukan perlawanan waktu itu sih. Saat ditanya juga tidak merespons, pandangannya seperti kosong,” ujarnya. Sementara itu, kematian SF meninggalkan pertanyaan bagi keluarga. Sebab pada Selasa (4/9) malam, SF dijemput sejumlah warga dan dibawa ke sebuah rumah kosong. Keterangan yang dihimpun, sejumlah warga dan keluarga remaja yang menjadi korban dugaan pencabulan SF, menganiaya SF. Usai dihakimi, SF lalu diserahkan kepada petugas kepolisian. Waktu itu SF masih hidup, namun tak lama kemudian dipulangkan ke keluarga dalam kondisi tidak bernyawa. ”Keluarga tidak ikhlas (atas kematian SF, red). Kalau benar dia melakukan asusila, silakan diproses hukum. Makanya kami menuntut keadilan,” ungkap sepupu SF, Rudi. Selanjutnya, tambah Rudi, pihak keluarga akan melaporkan janggalnya kematian SF kepada aparat kepolisian dan Komnas HAM agar kasus ini dikupas tuntas. “Hari ini (kemarin, red) kami membuat laporan secara resmi,” jelasnya. Pihak keluarga meyakini SF menjadi korban penganiayaan berat. Apalagi jika melihat jenazahnya, banyak luka yang dianggap tidak wajar dan patah di bagian kaki. ”Kata ketua RT kami, SF tewas karena terjatuh. Tapi tidak jelas di mana dan kapannya. Dari dilaporkan ke polisi sampai tewasnya, pihak keluarga tidak diberi tahu sama sekali. Keluarga tahu SF tewas saja dari para tetangga,” tutupnya. (ryn/c/els/run)