berita-utama

Tahanan Polisi Bunuh Diri Loncat Dari Lantai Tiga

Jumat, 7 September 2018 | 09:20 WIB

METROPOLITAN - Seorang pria yang diduga pelaku pencabulan remaja 15 tahun, SF (41), tewas menge­naskan di kantor polisi, kemarin. Ia melompat dari jendela lantai tiga gedung milik Polresta Bogor Kota yang baru dibangun. KEPALA Satreskrim Polresta Bogor Kota Kompol Agah Sonjaya mengatakan, awalnya petugas mendapat laporan ada­nya kasus pencabulan terhadap anak di bawah umur di Kelurahan Ciparigi, Ke­camatan Bogor Utara, Selasa (4/9) malam. Melihat kondisi itu, anggota Satreskrim lalu mengamankan diduga pelaku pencabulan sekitar pukul 21:00 WIB. “Kemudian anggota membawanya ke Mako Satreskrim Polresta Bogor Kota,” katanya. Agah melanjutkan, saat datang ke Mako, ada luka-luka di hidung SF, yang diduga karena sempat dihakimi massa. Saat hendak dibawa ke klinik, SF tergolek le­mas dan tiba-tiba berontak hingga teriak. “Saya yang sedang gelar perkara terkaget. Anggota saya juga ditabrak dan lari ke ruangan gelap juga kosong, di ujung gedung. SF masuk jen­dela hingga keluar, anggota saya berteriak ‘SF kabur’, maka se­gera saya turun ke bawah,” pa­parnya. Saat tiba di bawah, tutur Agah, SF tergolek dengan posisi ke­pala terlebih dahulu menyentuh tanah. SF masih hidup dan ma­sih ada denyut nadi, namun sayang nyawanya tidak tertolong saat dilarikan ke RSUD Kota Bo­gor. ”Jenazah SF dibawa ke RSUD Ciawi, lalu kami panggil kelu­arga SF. Akan diautopsi Jumat (6/9) nanti. Sulit dipercaya, tadi memperagakan seperti rekon­struksi,” terangnya. Sebelumnya, lanjut Agah, SF diduga melakukan tindakan pencabulan. Namun sebelum ada pembuktian, massa mela­kukan tindakan kekerasan ter­hadap SF sebelum digelandang ke Polresta Bogor Kota. “Kelu­arga SF membuat laporan ke­pada kami, karena merasa SF mendapat kekerasan padahal belum terbukti (pelaku penca­bulan, red). Belum sempat kami bertanya, sepuluh detik begitu cepat saat SF berontak dan ter­geletak di tanah. Tidak ada tanda-tanda akan melarikan diri dan melakukan perlawanan waktu itu sih. Saat ditanya juga tidak merespons, pandangannya seperti kosong,” ujarnya. Sementara itu, kematian SF meninggalkan pertanyaan bagi keluarga. Sebab pada Se­lasa (4/9) malam, SF dijemput sejumlah warga dan dibawa ke sebuah rumah kosong. Kete­rangan yang dihimpun, sejum­lah warga dan keluarga remaja yang menjadi korban dugaan pencabulan SF, menganiaya SF. Usai dihakimi, SF lalu disera­hkan kepada petugas kepoli­sian. Waktu itu SF masih hidup, namun tak lama kemudian dipulangkan ke keluarga dalam kondisi tidak bernyawa. ”Kelu­arga tidak ikhlas (atas kema­tian SF, red). Kalau benar dia melakukan asusila, silakan diproses hukum. Makanya kami menuntut keadilan,” ung­kap sepupu SF, Rudi. Selanjutnya, tambah Rudi, pi­hak keluarga akan melaporkan janggalnya kematian SF kepada aparat kepolisian dan Komnas HAM agar kasus ini dikupas tun­tas. “Hari ini (kemarin, red) kami membuat laporan secara resmi,” jelasnya. Pihak keluarga meyakini SF men­jadi korban penganiayaan berat. Apalagi jika melihat jenazahnya, banyak luka yang dianggap tidak wajar dan patah di bagian kaki. ”Kata ketua RT kami, SF tewas karena terjatuh. Tapi tidak jelas di mana dan kapannya. Dari dila­porkan ke polisi sampai tewasnya, pihak keluarga tidak diberi tahu sama sekali. Keluarga tahu SF te­was saja dari para tetangga,” tutup­nya. (ryn/c/els/run)

Tags

Terkini