berita-utama

Stasiun Bogor-Paledang bakal Dibangun Skywalk

Sabtu, 22 September 2018 | 09:10 WIB

METROPOLITAN - Dalam dua tahun ke depan, PT Kereta Api Indonesia (KAI) beren­cana menata kawasan Sta­siun Bogor dengan membangun dua gedung parkir dan skywalk yang meng­hubungkan Stasiun Bogor dengan Stasiun Paledang. Mengingat dari 1.170.000 penumpang Commuter­line setiap harinya, warga Bogor ‘menyumbang’ 10 persen dari total tersebut ya­kni 110 ribu penumpang. Namun, rencana tersebut tidak semudah membalikkan tangan. Sebab, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor sudah punya desain sendiri ter­kait kawasan sekitaran Taman Topi, Masjid Agung hingga Pasar Kebonkembang. Hal itu terungkap dalam audiensi serta peninjauan lokasi aset-aset PT KAI yang be­rada di sekitar stasiun, yang belum dimanfaatkan secara baik, Jumat (21/9) siang.­ Wali Kota Bogor Bima Arya Su­giarto mengatakan, ada tiga titik utama yang disampaikan PT KAI terkait rencana penataan ling­kungan dan aset perusahaan negara tersebut. Di antaranya pembenahan aset yang sudah mulai berjalan dan pembangunan dua gedung parkir yang bakal menampung 846 sepeda motor dan 2.000 kendaraan roda empat. “Satu di sini (depan pintu lama stasiun, red), satu lagi di dekat Stasiun Paledang,” kata Bima saat ditemui Metropolitan di Stasiun Bogor, kemarin. Kedua, sambungnya, PT KAI bakal membangun akses untuk pejalan kaki yang hilir mudik di dua stasiun tersebut dalam ben­tuk jembatan atau skywalk di atas rel penghubung. Ketiga, pintu stasiun lama yang berada di Jalan Nyi Raja Permas akan dihidupkan kembali. “Jadi tidak ada lagi yang di Mayor Oking, pergerakan semua di sini. Jadi yang prioritas dari rencana pertama, untuk bisa sam­pai pada rencana membuka kem­bali pintu lama,” ujarnya. Namun, tutur Bima, sebelum itu terwujud, pihaknya akan menyesuaikan desain yang ada dengan rencana pemkot me­nata wilayah Pasar Kebon­kembang hingga Taman Topi yang segera diambil alih karena habis masa sewanya, Oktober ini. Pemkot Bogor berencana membangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) di taman yang pu­nya nama lain Taman Ade Irma Suryani tersebut. “Semua harus disinkronkan dulu. Harus sesuai aturan, Amdal Lalin-nya dimatangkan betul. Setelah ada kesepakatan desain bersama, baru bisa. Kami kan punya rencana membangun RTH yang menyatu dengan Masjid Agung, pasar, termasuk stasiun,” ucapnya. Direktur Manajemen Aset PT KAI Dody Budiawan menuturkan, saat ini pihaknya tengah fokus pada penentuan batas-batas aset yang merupakan milik PT KAI untuk dimanfaatkan secara opti­mal. Karena itu perlu ada perse­tujuan dari wilayah terkait ren­cana besar penataan kawasan stasiun. “Belum pembangunan, kita sedang mempersiapkan batas-batas tanah kami. Lalu kami detailkan, koordinasi dengan pemkot, semua harus jadi satu, mengikuti perkembangan (pem­kot). Nanti disesuaikan dengan desain keseluruhannya. Beberapa sudah dibongkar, didesain ulang,” pa­parnya. Setelah ada kesepakatan, lanjut Dody, baru akan memulai proses perizinan, Amdal Lalin, hingga izin lainnya. Pihaknya menarget­kan akhir 2019 rencana keseluru­han bisa dirampungkan. “Ang­garan untuk aset kami ya dari PT KAI. Nilai investasinya? Belum dihitung, kita matangkan ini dulu. Ketika sounding dengan pak wali, lalu beliau oke, baru kita kerja sama. Baru bisa didetailkan,” pungkasnya. (ryn/b/feb/run)

Tags

Terkini