METROPOLITAN - Sepekan terakhir, sudah ada tiga kasus penemuan jasad manusia yang membuat masyarakat Bogor geger. Terakhir, warga Ciampea dibuat gempar dengan adanya tengkorak manusia di saluran air. Mengapa Bogor jadi tempat favorit pembuangan mayat? Belum tuntas kasus penemuan mayat Asep, warga Rumpin yang ditemukan di Kampung Mekarsari, RT 01/01, Desa Mekarsari, Kecamatan Rancabungur, kasus serupa terjadi lagi di Ciampea. Setelah mayat cewek misterius yang tinggal tengkorak tergeletak di Hutan Blok Cimalati, Kampung Cimapaggirang, Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, giliran jasad lelaki yang sudah tulang belulang ditemukan warga di saluran air jalanan. Kapolsek Ciampea Kompol Bektiyana mengatakan, kerangka tersebut pertama kali ditemukan oleh ketua RT di Kampung Jamser, Desa Cihideungilir, Ciampea, Kabupaten Bogor, pada Rabu (10/10/2018) sekitar pukul 06:00 WIB. Polisi yang mendapat laporan pun langsung mendatangi lokasi. ”Saat ditemukan, kerangka manusia itu sudah mengering dan diduga berjenis kelamin laki-laki,” kata Bektiyana ketika dikonfirmasi, Rabu (10/10/2018). Dari hasil olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), polisi tidak menemukan adanya identitas kerangka di sekitar lokasi. Guna penyelidikan lebih lanjut, kerangka manusia itu dibawa ke RSUD Ciawi untuk divisum. Polisi pun mengimbau jika ada masyarakat, khususnya yang tinggal di wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya merasa kehilangan keluarganya, segera melapor ke pihak kepolisian terdekat. ”Identitasnya dan penyebab kematian belum dapat diketahui. Sekarang masih divisum. Kalau ada masyarakat yang kehilangan keluarga, kami harap segera lapor ke polsek terdekat,” pintanya. Hasil penelusuran Metropolitan, dari 2017 hingga 2018 tercatat ada 14 kasus penemuan mayat di wilayah hukum Polres Bogor. Di antaranya tujuh jasad lelaki dan tiga jasad wanita. Sisanya tanpa identitas berjumlah empat mayat. Lokasi penemuan mayat tersebut ada yang di semak belukar, lahan tandus serta hutan hingga sungai. Sedangkan penyebabnya pun beragam, dari korban kekerasan hingga meninggal karena sakit. Seperti kasus penemuan mayat warga Depok, Justinus Sinaga (40), yang jasadnya dibuang di kawasan Gunung Salak Endah (GSE) pada Senin (5/3/18). Menurut Kanit Pol PP Pamijahan Iwan Dharmawan, kawasan GSE memang kerap dijadikan tindak kriminal dan pernah terjadi saat warga Depok yang dibuang. “Selama saya di sini memang ada mayat dibuang di sana. Kalau ada yang buang mayat ke sana nggak bakal ketahuan,” bebernya saat kasus penemuan warga Depok jadi perbincangan. Tak hanya itu, di Tenjo, camatnya juga blakblakan soal mayat yang dibuang. Menurutnya, ada dua kali kasus penemuan mayat yang berturut-turut meresahkan. Ini terjadi di Desa Singabrata. ”Dari 2017 dan 2018, sudah dua kali ditemukan mayat yang sudah keadaan tulang belulang. Mayat tersebut diduga bukan warga Kabupaten Bogor,” ujar Asnan. Begitu juga di Parungpanjang. Sekcam Parungpanjang Icang Aliyudin menuturkan, penemuan mayat yang sudah tulang belulang itu terjadi pada 2016 dan yang terakhir pada 2018. Mayat yang sudah tulang belulang tersebut bukan warga Parungpanjang. ”Di Parungpanjang sendiri sudah dua kali penemuan mayat yang sudah keadaan tulang belulang. Mayat tersebut bukan warga Parungpanjang, sebab sebelumnya tidak ada yang kehilangan warga,” kata Icang saat dihubungi Metropolitan. Maraknya penemuan mayat yang sudah tulang belulang yang kerap menggegerkan warga itu mendapat perhatian serius dari aktivis mahasiswa. Ketua BEM Jakarta-Jawa Barat Iksan Awaludin menuturkan, melihat fenomena seperti ini bisa dikatakan Kabupaten Bogor tempat yang nyaman untuk pembuangan mayat karena dengan wilayah yang luas. ”Ini adalah persoalan buat Pemkab Bogor. Khusus untuk kepolisian agar meningkatkan pengawasan atau patrolinya. Serta khusus jalan-jalan yang atau tempat aksesnya jauh dari perdesaan, jangan sampai Bogor jadi tempat favorit buang mayat kalau dibiarkan,” kata warga Ciampea, Iksan, saat dimintai tanggapannya. Selain itu, Iksan mengaku sangat kecewa terhadap Pemkab Bogor seperti Dishub yang hingga kini Penerangan Jalan Umum (PJU), khususnya di pelosok, nyaris tidak ada. Padahal, jalan tersebut milik kabupaten. “Contohnya Jalan Cirangkong yang menghubungkan Desa Cemplang dengan Desa Sukamaju, nyaris tidak ada PJU. Jalan itu melewati hutan dan pernah terjadi pembunuhan di sana pada 2015,” paparnya. Indikasi Bogor sebagai tempat favorit pembuangan mayat ditanggapi pihak kepolisian Polres Bogor. Menurut Kasubag Humas Polres Bogor AKP Ita Puspitalena, walaupun banyak rentetan kasus penemuan mayat di Bogor, hal itu tidak bisa disimpulkan bahwa Bogor jadi tempat pembuangan mayat. Sebab, kasus penemuan mayat tersebut beragam, dari orang gila yang sakit atau gelandangan yang kelaparan hingga akhirnya tewas. “Tidak bisa dibilang begitu. Karena nggak melulu kasusnya itu akibat pembunuhan,” tegas Ita. Namun, ia enggan dimintai keterangan lebih lanjut soal hasil pemeriksaan polisi terhadap kasus penemuan mayat di Bogor yang pelakunya sudah ditangkap. “Saya tidak bisa kasih statement soal itu,” singkatnya. (mgh/mul/ags/d/feb/run)