METROPOLITAN - Peralihan cuaca dari kemarau ke musim hujan mulai terasa. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor telah memprakirakan terjadinya cuaca ekstrem selama tiga bulan ke depan pada Oktober, November dan Desember 2018. Kasi Data dan Informasi BMKG Klimatologi Dramaga Bogor Hadi Saputra mengatakan, pada cuaca ekstrem itu, wilayah Bogor berpotensi terjadinya puting beliung disertai hujan es. ”Prediksi cuaca ekstrem di akhir Oktober. Cuaca itu berpotensi angin puting beliung disertai hujan es. Nanti kami pun akan memberi peringatan dini,” ucap Hadi. Karena itu, Hadi mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap cuaca tersebut. Sementara untuk puncak musim hujan, sesuai hasil perhitungan akan jatuh pada Januari hingga Februari 2019. “Cuaca ekstrem ini dipicu awan Cumulonimbus sehingga bisa mengakibatkan hujan ekstrem, anging puting beliung dan hujan es,” jelasnya. Ia menuturkan, beberapa wilayah yang pernah diterjang hujan es yakni Leuwiliang, Parungpanjang dan Cileungsi. Menurut Hadi, hampir di semua wilayah potensi hujan es bakal terjadi. “Di semua wilayah Bogor punya potensi yang sama,” ujarnya. Selain hujan es, ia pun mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada terhadap petir. “Karena di Bogor ini kan paling petirnya, hampir semua wilayah punya potensi sama,” tegasnya. Menyikapi hal tersebut, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor Dede Armansyah membenarkan rilis BMKG yang sudah diumumkan tersebut. “Bahkan, musim hujan sudah dimulai sejak Oktober dan memasuki puncaknya pada Februari 2019,” ungkapnya. Terkait fenomena awan Cumulonimbus pada akhir Oktober 2018 nanti, lanjut Dede, pihaknya akan secepatnya memberi sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. “Hal itu karena hujan yang terlalu lebat dan turun dalam waktu yang cukup lama bisa memicu pergerakan tanah yang bisa mengakibatkan bencana tanah longsor,” terangnya. Seperti biasa, tuturnya, setiap memasuki musim hujan, pihaknya akan mengeluarkan peringatan kesiapsiagaan untuk seluruh kecamatan (40 kecamatan, red) se-Kabupaten Bogor. Surat peringatan itu akan dikeluarkan untuk informasi kepada warga. “Jadi begitu memasuki musim hujan, mekanismenya BPBD secara rutin akan mendapatkan prakiraan terjadinya potensi longsor yang dikeluarkan BMKG. Nantinya peringatan itu akan kita teruskan ke 40 kecamatan. Saat memasuki musim hujan, BPBD akan informasikan ke masyarakat,” paparnya. Dede melanjutkan, untuk daerah rawan longsor di Kabupaten Bogor secara umum tercatat di 21 wilayah kecamatan yang memiliki tingkat kerawanan tanah longsor mengkhawatirkan. “Di Barat meliputi Kecamatan Sukajaya, Cigudeg, Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Pamijahan dan Tamansari. Umumnya, karena daerahnya berbukit dan berada di lereng atau kaki gunung, ditambah faktor geologi wilayah tersebut batu-batuannya banyak mengandung lempung,” jelasnya. Sementara untuk wilayah Selatan, tercatat di Kecamatan Ciawi, Megamendung, Cisarua, Cijeruk dan Cigombong. Selanjutnya untuk wilayah Timur yakni Kecamatan Sukamakmur, Tanjungsari dan Cariu. “Inilah 15 dari 21 yang memiliki tingkat kerawanan longsor cukup tinggi,” pungkasnya. (mul/yos/d/feb/run)