METROPOLITAN - Babak baru kasus korupsi Meikarta dalam pengusutan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Setelah menangkap sembilan orang, termasuk pejabat Pemerintah Kabupaten Bekasi dan direktur perusahaan, giliran CEO Lippo Group James Riyady, konglomerat Tanah Air, yang dibidik lembaga antirasuah tersebut. Kasus dugaan suap perizinan proyek pembangunan Meikarta menyeret Direktur Operasional Lippo Group Billy Sindoro. KPK menduga Billy Sindoro bersama dua konsultan Lippo Group, Taryudi dan Fitra, serta pegawai Lippo Group, Henry Jasmen, sebagai pihak yang memberikan suap untuk memuluskan izin proyek pembangunan Meikarta fase pertama. Tak ayal, rumah petinggi Lippo Group, James Riyady, pun jadi sasaran penggeledahan KPK untuk mengusut tuntas kasus dugaan suap izin proyek Meikarta. Pada Kamis (19/10), rumah putra kedua dari konglomerat Mochtar Riady itu disatroni petugas KPK, tepatnya di Apartemen Trivium Terrace. Kabiro Humas KPK Febri Diansyah di gedung KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, mengatakan bahwa penggeledahan itu dilakukan karena adanya informasi yang didapat KPK. Lelaki yang punya nama lengkap James Tjahaja Riady itu terpaksa masuk bidikan KPK untuk diperiksa sebagai saksi terkait perkara dugaan suap proyek Meikarta. “Kami perlu lakukan penggeledahan, selain karena diduga ada alat bukti di lokasi tersebut, karena KPK sudah mendapatkan informasi. Dan nanti perlu dikonfirmasi dalam proses pemeriksaan saksi tentang keterkaitan yang bersangkutan dalam perkara ini. Kami akan konfirmasi, salah satunya tentu terkait apakah ada pertemuan-pertemuan atau pembicaraan-pembicaraan dengan pihak-pihak lain,” papar Febri. Dalam kasus ini, KPK sudah menggeledah sejumlah lokasi. Dari berbagai penggeledahan itu disita sejumlah dokumen, uang hingga barang bukti elektronik. ”Pencarian alat bukti akan terus dilakukan,” ujarnya. Dalam perkara ini, KPK telah menetapkan sembilan tersangka, yaitu Bupati Bekasi Neneng Hassanah Yasin, Kepala Dinas PUPR Kabupaten Bekasi Jamaludin, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Pemkab Bekasi Sahat MBJ Nahor, Kepala Dinas DPMPTSP Kabupaten Bekasi Dewi Tisnawati, Kepala Bidang Tata Ruang Dinas PUPR Kabupaten Bekasi Neneng Rahmi, Direktur Operasional Lippo Group Billy Sindoro, Konsultan Lippo Group Taryudi, Konsultan Lippo Group Fitra Djaja Purnama dan pegawai Lippo Group Henry Jasmen. Para tersangka dari jajaran Pemkab Bekasi diduga menerima Rp7 miliar terkait perizinan proyek Meikarta. Duit itu disebut sebagai bagian dari fee fase pertama yang bernilai total Rp13 miliar. Saat konferensi pers pada 15 Oktober lalu, Ketua KPK Laode Muhammad Syarif mengatakan, Direktur Lippo Billy Sindoro disebut sebagai tersangka utama dalam kasus korupsi tersebut. Ini setelah karyawan Lippo yang ditahan mengaku mereka telah bertindak atas perintah Billy Sindoro untuk menyuap seorang pejabat tinggi pemerintah kabupaten. Meikarta menjadi proyek prestisius terbaru Lippo Group yang dipimpin James Riady. Proyek kawasan hunian terintegrasi itu menyita perhatian lewat nilai investasinya yang fantastis dan ambisi membangun sebuah kota baru. Yakni bagaimana membangun pusat industri otomotif dan elektronik, juga termasuk hotel bintang lima, pusat perbelanjaan dan universitas dalam satu kawasan terintegrasi. James Riady dipercaya sebagai Chief Executive Officer atau CEO Lippo Group. Pengalamannya dalam berbisnis selama di Amerika Serikat menjadi pelajaran berharga baginya dalam membesarkan bisnis di Indonesia. Di bawah kepemimpinannya, Lippo menjelma menjadi raksasa bisnis. Tercatat, bisnis yang dijalankan Lippo tidak sebatas di bidang properti, tetapi merambah ke bidang-bidang lainnya seperti keuangan, media, telekomunikasi, kesehatan, teknologi informasi hingga TV kabel. Salah satu lini bisnis Lippo Group yang terbesar adalah PT Lippo Karawaci Tbk yang merupakan perusahaan properti terbesar di Indonesia. Bisnis-bisnis besar lainnya yang dibawahi Lippo Group antara lain PT Lippo Cikarang Tbk, PT Matahari Department Store Tbk, PT Siloam Hospital Tbk, PT Multipolar Tbk, PT First Media Tbk hingga PT Matahari Putra Prima Tbk. Selain itu, James Riady juga mengembangkan bisnis di dunia pendidikan. Ia mendirikan Sekolah Pelita Harapan dan Universitas Pelita Harapan. James juga pernah mencatatkan namanya sebagai pemberi dana ke Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Dari Lippo Group yang dibesarkannya tersebut, nama ayahnya, Mochtar Riady, masuk majalah Forbes sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia. Besaran kekayaan Mochtar Riady tercatat mencapai US$ 3 miliar atau sekitar Rp45 triliun. Namun siapa sangka bila kini perusahaannya justru tersangkut kasus suap. (de/feb/run)