berita-utama

Keluarga Korban Tunggu Kepastian

Selasa, 30 Oktober 2018 | 09:25 WIB

METROPOLITAN - Raut wajah resah terlihat jelas di wajah Fetty Novita, istri Ubaidillah Salabi yang merupakan korban jatuhnya pesawat Lion Air JT610 yang bertolak dari Jakarta menu­ju Pangkalpinang pada Senin (29/10). Ubaidillah harus mening­galkan Fetty bersama empat anaknya yang saat ini masih mengenyam pendidikan. Ia merupakan Kasubdit Inven­tarisasi Hutan Dirjen Plano­logi Kehutanan dan Tata Lingkungan pada Kemente­rian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen LHK). Sebelum berangkat menu­ju Pangkalpinang untuk menjadi narasumber, Ubai­dillah sempat menunda ke­berangkatannya lantaran menjenguk kedua buah ha­tinya yang sedang berkuliah di Universitas Gajah Mada (UGM) serta sang ibu di Solo. “Sabtu itu beliau masih menyempatkan waktunya untuk menjenguk dua anaknya di Yogya karena kuliahnya di UGM. Habis itu beliau menjenguk ibu di Ka­ranganyar, Solo, karena se­dang sakit,” ujar Bilal Al Hanafi, adik kandung Ubai­dillah. Sepulangnya dari Solo, Ubaidillah tiba pukul 20:00 WIB pada Minggu (28/10). Pada keesokan harinya ia melanjutkan perjalanannya menuju Pangkalpinang. “Be­rangkat ke bandara Senin Subuh diantar sopir. Sejauh ini memang tidak ada firasat atau pesan apa-apa,” katanya. Tak lama kemudian, kelu­arga Ubaidillah mendapatkan kabar ada kecelakaan pesa­wat dengan rute Jakarta-Pangkalpinang. Hal tersebut membuat keluarga panik, terlebih Ubaidillah menjadi salah satu penumpang pe­sawat Lion Air JT610. Sampai Senin (29/10), kelu­arga belum mendapatkan kabar mengenai keberadaan Ubaidillah Salabi. Sang istri belum mengizinkan untuk memasang tenda karena masih belum yakin dan menunggu keajaiban. Sebab, awal mendengar kabar dari WhatsApp group keluarga bahwa nama Ubaidillah ada di nomor urut 135 pener­bangan Jakarta menuju Pang­kalpinang. “Saya langsung telepon istri Ubaidillah namun tidak ada jawaban. Akhirnya saya langsung ke Bogor,” pa­parnya. Ubaidillah memiliki empat anak, di antaranya Ilham yang sedang berkuliah di UGM semester lima, Firda yang sedang berkuliah di UGM semester satu, Nadi sekolah di SMA 3 Bogor dan Emili di SMP 1 Bogor. Di keluarga, ia terkenal sebagai ayah yang penyayang dan cinta kelu­arga. Ubaidillah juga men­jadi tulang punggung kelu­arga, bahkan ia pun meny­ekolahkan lima adiknya sampai perguruan tinggi. Terpisah, salah satu staf Ubaidillah di Kemen LHK, Anjar Yogi, merasa terpukul saat menerima kabar terse­but. Menurutnya, Ubaidillah seharusnya berangkat pada Minggu menggunakan pe­sawat Garuda bersama yang lainnya. Namun karena harus pergi ke Yogya, ia mengam­bil penerbangan Senin pagi. “Harusnya nggak kayak gini. Kalau beliau berangkat di Minggu, semuanya pasti baik-baik saja,” imbuhnya. Lelaki yang memiliki hobi membaca tersebut sangat terkenal sebagai pemimpin yang dekat dengan stafnya. Selain itu, ia juga terkenal sebagai pemimpin yang sa­bar. “Belum pernah marah, beliau orangnya sabar. Saya stafnya langsung beliau. Ti­dak ada firasat apa-apa, kami belum tentu bisa dapat pengganti seperti beliau lagi. Orangnya tanggung ja­wab, suka bercanda dan humoris. Walaupun beliau pimpinan, namun tetap de­kat bersama bawahan, nggak ada batasan,” ungkap Anjar. Duka mendalam juga dia­lami keluarga korban penum­pang pesawat Lion Air lain­nya. Ya, Arif Yustiant (27), anak pertama dari empat bersaudara warga Kampung Kelapa, RT 05/19, Desa Wangunjaya, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bo­gor. “Sebelum berangkat, anak saya ingin pulang ke rumah dari tempat kerjaan. Terny­ata pas dia mau pulang, tidak jadi karena hujannya gede waktu itu,” ucap Suriyoso. Suriyoso menuturkan, se­belum berangkat, Arif cuma titip salam sama ibu dan meminta doa agar selamat di jalan ketika berangkat ke Bangka. Arif berangkat kerja atas panggilan tugas tempat ia bekerja. “Dia memang orang rajin. Bahkan semen­jak kerja, ia jarang pulang. Kalau pulang, Arif suka Sa­btu. Minggu Arif berangkat lagi. Sebelumnya saya dapat kabar dari pemberitaan ka­lau ada pesawat jatuh,” ucap­nya. Ia menambahkan, pihaknya ingin mengetahui kepastian nasib anaknya tersebut, apa­kah masih selamat atau sudah tiada. Karena selama ini be­lum ada kepastian tentang para nasib para penumpang Lion Air tersebut. “Sedih ada, cuma saya ingin kepastian dari pemerintah, karena sampai saat ini (kemarin, red) belum ada kepastian tentang korban-korban,” pungkasnya. (mul/meg/d/mam/run)

Tags

Terkini