METROPOLITAN - Dari balik jendela, terlihat darah berceceran di lantai rumah pasangan Diperum Nainggolan dengan Maya Boru Ambarita. Keduanya dalam kondisi mengenaskan dengan tubuh bersimbah darah. Satpam Sekolah Nasional Satu (Nassa), Rahmat Basuki, mengaku mulanya melihat satu keluarga yang ditemukan tewas bersimbah darah pada Selasa (13/11) sekitar pukul 06:30 WIB. Saat itu, seorang saksi bernama dr Feby Lofa (35) berteriak memanggilnya yang tengah berjaga di pos satpam. Tanpa ragu, Rahmat dengan sigap menghampiri Feby dan baru mengetahui bahwa penghuni rumah itu tewas bersimbah darah. Kedua korban ditemukan di ruang keluarga. Sedangkan kedua anaknya ditemukan di kamar tidur dengan kondisi mulut dibekap kain. Kedua anak itu tewas karena kehabisan oksigen. ”Saya melihat dokter memanggil-manggil tetangga dalam kondisi panik. Kemudian saya hampiri dan saya diajak melihat ke rumah korban,” tutur Rahmat. Rahmat dan Feby pun hanya berani melongok dari jendela samping, yang kebetulan tidak terkunci. Saat daun jendela dibuka, Rahmat melihat pasangan suami istri itu dalam kondisi bersimbah darah, telentang tak bergerak. Kedua mulut masing-masing korban tertutup bantal. Kemudian Rahmat berupaya mencari kedua anak korban yang masih bocah. Namun, ia dan Feby tak dapat berbuat banyak. Hanya melakukan foto-foto terhadap jasad korban tanpa berani masuk ke rumah korban. Selang beberapa menit, mereka melaporkan kejadian tersebut ke Mapolsek Pondokgede, Polrestro Bekasi Kota. Anggota pun langsung meluncur ke lokasi kejadian untuk melakukan penyelidikan. Usut punya usut, rupanya dr Feby yang pertama kali curiga dengan kondisi pintu pagar kos-kosan yang masih terbuka hingga pukul 03:30 WIB. Saat Feby akan berangkat kerja pukul 06:30 WIB pun, pintu pagar rumah korban masih terbuka. Padahal, sudah disepakati antara pemilik kontrakan dengan penghuni, pintu pagar bakal digembok mulai pukul 23:00 hingga 06:00 WIB. Ketua RT 02 Agus Sani mengatakan, petugas keamanan mengaku hanya melihat mobil melintas pada pagi hari sebelum laporan adanya temuan tewasnya satu keluarga sekitar pukul 06:30 WIB. ”Ya itu nggak tahu, nggak jelas. Ada mobil cepat lewat kata sekuriti di sini. Nggak tahunya ada kasus ini. Satu keluarga tewas,” ungkapnya. Agus menjelaskan, keluarga Diperum Nainggolan kesehariannya beraktivitas menjaga warung kelontong, yang juga sebagai tempat tinggalnya bersama satu istri dan dua anaknya. Selain itu, keluarga Diperum juga mengelola sejumlah rumah kontrakan yang berada di belakang kediamannya. Kontrakan tersebut diketahui milik kakak kandung Diperum. ”Suami istri mereka (jaga warung, red) yang kerja abangnya yang punya kontrakan, 28 kamar yang diisi 12 kamar, atas empat bawah delapan,” tandasnya. Polisi sendiri belum memastikan motif pembunuhan sekeluarga di Bekasi, Jawa Barat. Sejauh ini, dugaan yang muncul menyebutkan pembunuhan itu terjadi karena dendam pelaku kepada korban. ”Untuk sementara, dugaan motif bisa juga karena dendam. Namun untuk kepastiannya, kita biarkan para penyidik bekerja dulu mengungkap kasus ini,” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo. Polisi ragu pembunuhan itu bermotif ekonomi. Sementara ini, polisi mengidentifikasi hanya mobil SUV korban yang digondol pelaku. Sedangkan uang dan perhiasan yang ada di rumah korban tak dibawa. ”Barang berharga ada beberapa yang tidak hilang. Kalung dan beberapa uang tidak hilang,” kata Kapolres Metro Bekasi Kota Kombes Pol Indarto di lokasi, Jalan Bojong Nangka 2, RT 02/07, Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondokmelati, Kota Bekasi, Jawa Barat. Untuk diketahui, Diperum tinggal di rumah sekaligus warung sembako yang merupakan milik kakaknya, Douglas. Di area itu juga ada kontrakan milik Douglas. Douglas kini masih diperiksa polisi. Selain dia, ada juga saksi lain yang diperiksa. (de/feb/run)