METROPOLITAN - Petugas pos pengamatan Gunung Anak Krakatau mencatat ada sembilan kali letusan dalam satu menit. Jumlah ini menurun dibanding hari sebelumnya. "Kemarin 14 kali per menit, jadi sekitar 5 detik sekali. Kalau sekarang ada 9 kali," ujar Plt Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Antonius Ratdomopurbo kepada wartawan di pos pengamatan Gunung Anak Krakatau, Desa Pasauran, Cinangka, Kabupaten Serang, Jumat (28/12/2018).
Antonius menyebut letusan Gunung Anak Krakatau bersifat fluktuatif. "Agak turun, tapi kan fluktuatif. Bagi kita itu data. Lihat tren statistiknya seperti apa, kekuatan seperti apa," imbuhnya.
Kementerian ESDM mengecek letusan Gunung Anak Krakatau dengan alat infrasonik di pos pengamatan. Jumlah letusan akan tercatat lewat alat tersebut. "Kan ada infrasonik untuk dentuman. Dentuman kan pasti ada riakan. Itu pendekatan kita, karena terhambat visual," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, Jakarta dan pantai utara Pulau Jawa aman dari ancaman tsunami akibat erupsi atau muntahan Gunung Anak Krakatau. Ia mengatakan, erupsi Gunung Anak Krakatau berpotensi menimbulkan longsor bawah laut yang bisa menimbulkan tsunami. Akan tetapi, tsunami tersebut diprediksi tak akan menjangkau Jakarta dan pantai utara Pulau Jawa.
"Kemungkinan-kemungkinan potensi tsunami yang dibangkitkan dari longsor bawah laut, maupun erupsinya, hanya wilayah-wilayah ini (yang kemarin terdampak tsunami). Tidak akan sampai ke wilayah Jakarta, utara Jawa, dan sebagainya," kata Sutopo di Kantor BNPB, Jakarta, Jumat (28/12/2018).
Sutopo mengatakan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga telah mengimbau masyarakat tak beraktivitas di radius 500 meter-1 kilometer dari bibir pantai di daerah yang terdampak tsunami pada Sabtu (22/12/2018). Daerah itu adalah Pandeglang, Kabupaten Serang, Lampung Selatan, Tanggamus, dan Pesawan. (de/feb/py)