METROPOLITAN - Penampakan tak biasa terjadi di RSUD Cibinong, kemarin. Lorong rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor itu dipenuhi pasien. Mereka dirawat di tempat seadanya. Hal itu terjadi lantaran RSUD Cibinong mengalami penumpukan pasien yang terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Pantauan di lapangan, pasien yang terjangkit DBD itu dirawat di lorong-lorong yang ada di rumah sakit. Mereka dirawat dengan velbed (tempat tidur lipat, red). “Iya ada peningkatan jumlah pasien yang masuk ke IGD. Di antaranya merupakan pasien DBD,” kata Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Cibinong, dr Luluk Susaeny.
Menurutnya, akibat membeludaknya pasien tersebut, pihaknya terpaksa menempatkan pasien di lorong-lorong dengan velbed. Padahal, ruangan khusus DBD sudah disiapkan. “Totalnya ada 50 velbed. Sebagian besar memang anak-anak. Di ruangan Teratai atas harusnya 20 pasien, tambah velbed-nya empat. Sedangkan di bawah itu normalnya 12 bed, ada tambahan tiga,” katanya. Saking penuhnya, tambah Luluk, membuat beberapa pasien yang datang ke IGD terpaksa dirujuk ke rumah sakit lain. “Kalau mau pakai velbed. Kalau nggak ya kami rujuk lagi,” imbuhnya. Ia menjelaskan memang ada tren peningkatan jumlah pasien DBD yang masuk RSUD Cibinong. Hanya saja ia enggan menyebut angka pasti karena masih dalam perhitungan. Selain itu ada penambahan jam bantuan untuk dokter dan perawat di IGD. Saat ini ada 4-5 dokter dan 6-8 perawat yang bergantian mengurus pasien IGD. “Keteteran iya. IGD kan naik turun jumlahnya. Penambahan tenaga medis ya tidak, cuma mengubah waktu kerja saja. Yang jelas tren-nya meningkat dan dinas sudah tahu kok kondisi ini,” ujarnya. Sekadar diketahui, memasuki akhir Januari, rupanya siklus lima tahunan tingginya korban penyakit DBD sampai juga di Kabupaten Bogor. Pemkab Bogor mencatat ada sekitar 231 pasien kasus DBD di berbagai tempat se-Kabupaten Bogor. Lima orang di antaranya meninggal dunia. Bupati Bogor Ade Yasin menyebut dari data yang dimiliki, ada sekitar 231 orang terkena DBD sejak awal bulan hingga akhir Januari ini, dengan lima orang di antaranya mesti meregang nyawa. Meski begitu, politisi PPP itu mengaku situasi ini masih bisa dikendalikan dan ditangani. Sehingga tidak perlu mengeluarkan status Kejadian Luar Biasa (KLB). “Itu seluruh wilayah, berbagai usia juga,” katanya saat ditemui Metropolitan usai Rebo Keliling (Boling) di Kecamatan Citeureup, kemarin. AY, sapaan karibnya, pun menginstruksikan semua perangkat, mulai dari dinas, kecamatan hingga desa/kelurahan, untuk lebih serius menghadapi kejadian ini. Mulai dari pembagian abate dan fogging secara cuma-cuma pun tengah dilakukan di berbagai titik. Apalagi kejadian ini bisa dibilang hampir terjadi di banyak wilayah, tidak hanya di Kabupaten Bogor. Sehingga termasuk permasalahan yang berskala nasional. Adik kandung mantan Bupati Bogor Rachmat Yasin itu juga membandingkan dengan kasus tahun lalu di fase yang sama, di mana ada peningkatan sekitar 10-15 persen. AY menyebut untuk tahun lalu ada sekitar 150 sampai 200-an kasus. “Dari awal bulan ini kan secara nasional. Saya minta rumah sakit melaporkan secara cepat jika ada kejadian. Beberapa hari lalu sempat juga ada laporan meninggal ternyata bukan karena DBD. Besok (hari ini, red) ada Gertak (Gerakan Serentak, red) untuk pencegahan DBD ini,” papar AY.(ryn/c/rez/run)