berita-utama

Pemkab dan Pemkot Bogor Boikot Valentine

Kamis, 14 Februari 2019 | 08:09 WIB

METROPOLITAN - Tanggal 14 Februari yang jatuh pada hari ini, bagi sebagian masyarakat merupakan hari spesial, yakni Hari Kasih Sayang. Nyatanya di Indonesia, perayaan ‘bagi-bagi co­kelat dan bunga’ itu malah erat kaitannya dengan perbuatan yang menyimpang. Se­bab dalam momen tersebut, sering­kali disalahgunakan sebagian orang.

Hal itu pun mendapat perha­tian Bupati Bogor Ade Yasin. Ia mengimbau warga Bumi Tegar Beriman, terlebih generasi mu­da, agar tidak merayakan Hari Valentine setiap 14 Februari. Sebab, asal mula perayaan dan kegiatan yang berkaitan dengan Valentine bukan merupakan budaya warga Kabupaten Bogor. Ia pun menyarankan agar tidak perlu ikut-ikutan sesuatu yang bukan produk asli budaya sen­diri. “Itu (perayaan Hari Valentine, red) mah bukan budaya kita, sebaiknya tidak usah ikut-ikutan. Jadi ya kami imbau masyarakat tidak merayakan apa pun kegia­tan berbalut Hari Valentine,” ujar Ade Yasin usai gelar Rebo Keliling (Boling) di Rancabungur, kema­rin. Ade Yasin juga yakin bahwa masyarakat dengan jumlah 5,7 juta jiwa yang dipimpinnya itu sudah lebih cerdas dan lebih memahami terkait asal mula dan perayaan Hari Valentine itu sen­diri. Sehingga meskipun ada imbauan, pasti masyarakat Bogor lebih mengerti. ”Masyarakat Bogor mah sudah paham kalau itu bukan budaya kita. Imbauan untuk tidak melakukan kegiatan terkait itu, bukan budaya kita,” lanjutnya. Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabu­paten Bogor Mukri Aji menilai peringatan Hari Valentine yang berjalan tiap tahun itu identik dengan pemahaman yang salah akan ungkapan Hari Kasih Sayang, sehingga seringkali berbuntut perbuatan asusila hingga perzi­naan. “Salahnya kan di situ. Efek dan dampaknya sering terjadi perzi­naan, meningkatnya prostitusi hingga liarnya aksi LGBT (Les­bian, Gay, Biseksual dan Trans­gender, red), yang sangat jelas bertentangan dengan hukum syariah Islam,” terangnya ke­pada Metropolitan. Ia pun mengimbau kepada masyarakat, termasuk generasi muda, agar tidak melakukan kegiatan yang berhubungan dengan Hari Valentine. Sebab selain melanggar batas-batas norma sosial dan agama, dampak pergaulan yang salah dalam me­rayakan Hari Valentine, berban­ding lurus dalam penyebaran virus HIV-Aids. “Bisa kena penya­kit HIV-Aids, hamil di luar nikah lah, banyak. Makanya ya sudahlah, nggak usah (merayakan, red) Valentine,” paparnya. Senada dengan bupati Bogor, Wali Kota Bogor Bima Arya juga mengungkapkan dengan gam­blang bahwa dirinya sudah mem­beri imbauan kepada masyara­kat untuk tidak merayakan Hari Kasih Sayang. Terlebih perayaan yang menjurus kepada hal ne­gatif dan tidak terpuji. “Kita sudah instruksikan Dinas Pendidikan untuk mengeluarkan imbauan. Sudah juga dilakukan oleh dinas tersebut, saya rasa itu sudah cu­kup,” kata Bima. Sementara salah seorang tokoh agama Kota Bogor, Pendeta Dar­win, menjelaskan secara hakikat manusia memang membutuhkan cinta kasih. Menurutnya, untuk menunjukkan kasih sayang ter­hadap sesama, tidak perlu dila­kukan dalam momen dan wak­tu tertentu saja. “Memang salah satu sifat manusia membutuhkan kasih sayang, tapi jangan dimak­nai dengan sempit,” imbuhnya. Secara garis besar, perayaan Valentine merupakan salah satu adat dan budaya Barat. Ia sang­at menyayangkan banyaknya masyarakat salah mengartikan perayaan Hari Kasih Sayang ter­sebut. “Valentine adalah tradisi Barat. Alangkah lebih baiknya jika kasih sayang kita lakukan setiap hari kepada siapa pun, tanpa mengenal waktu dan mo­men tertentu,” paparnya. Dirinya mengaku sangat se­tuju dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor yang mengelu­arkan surat ederan bagi para remaja untuk tidak merayakan Hari Kasih Sayang secara berle­bihan melalui Dinas Pendidikan Kota Bogor. “Tentu saya sangat setuju dengan surat edaran yang dikeluarkan pemkot, selama tujuan itu baik,” ungkapnya.

(ryn/ogi/mam/run)

Tags

Terkini