METROPOLITAN - Tanggal 14 Februari yang jatuh pada hari ini, bagi sebagian masyarakat merupakan hari spesial, yakni Hari Kasih Sayang. Nyatanya di Indonesia, perayaan ‘bagi-bagi cokelat dan bunga’ itu malah erat kaitannya dengan perbuatan yang menyimpang. Sebab dalam momen tersebut, seringkali disalahgunakan sebagian orang.
Hal itu pun mendapat perhatian Bupati Bogor Ade Yasin. Ia mengimbau warga Bumi Tegar Beriman, terlebih generasi muda, agar tidak merayakan Hari Valentine setiap 14 Februari. Sebab, asal mula perayaan dan kegiatan yang berkaitan dengan Valentine bukan merupakan budaya warga Kabupaten Bogor. Ia pun menyarankan agar tidak perlu ikut-ikutan sesuatu yang bukan produk asli budaya sendiri. “Itu (perayaan Hari Valentine, red) mah bukan budaya kita, sebaiknya tidak usah ikut-ikutan. Jadi ya kami imbau masyarakat tidak merayakan apa pun kegiatan berbalut Hari Valentine,” ujar Ade Yasin usai gelar Rebo Keliling (Boling) di Rancabungur, kemarin. Ade Yasin juga yakin bahwa masyarakat dengan jumlah 5,7 juta jiwa yang dipimpinnya itu sudah lebih cerdas dan lebih memahami terkait asal mula dan perayaan Hari Valentine itu sendiri. Sehingga meskipun ada imbauan, pasti masyarakat Bogor lebih mengerti. ”Masyarakat Bogor mah sudah paham kalau itu bukan budaya kita. Imbauan untuk tidak melakukan kegiatan terkait itu, bukan budaya kita,” lanjutnya. Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor Mukri Aji menilai peringatan Hari Valentine yang berjalan tiap tahun itu identik dengan pemahaman yang salah akan ungkapan Hari Kasih Sayang, sehingga seringkali berbuntut perbuatan asusila hingga perzinaan. “Salahnya kan di situ. Efek dan dampaknya sering terjadi perzinaan, meningkatnya prostitusi hingga liarnya aksi LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender, red), yang sangat jelas bertentangan dengan hukum syariah Islam,” terangnya kepada Metropolitan. Ia pun mengimbau kepada masyarakat, termasuk generasi muda, agar tidak melakukan kegiatan yang berhubungan dengan Hari Valentine. Sebab selain melanggar batas-batas norma sosial dan agama, dampak pergaulan yang salah dalam merayakan Hari Valentine, berbanding lurus dalam penyebaran virus HIV-Aids. “Bisa kena penyakit HIV-Aids, hamil di luar nikah lah, banyak. Makanya ya sudahlah, nggak usah (merayakan, red) Valentine,” paparnya. Senada dengan bupati Bogor, Wali Kota Bogor Bima Arya juga mengungkapkan dengan gamblang bahwa dirinya sudah memberi imbauan kepada masyarakat untuk tidak merayakan Hari Kasih Sayang. Terlebih perayaan yang menjurus kepada hal negatif dan tidak terpuji. “Kita sudah instruksikan Dinas Pendidikan untuk mengeluarkan imbauan. Sudah juga dilakukan oleh dinas tersebut, saya rasa itu sudah cukup,” kata Bima. Sementara salah seorang tokoh agama Kota Bogor, Pendeta Darwin, menjelaskan secara hakikat manusia memang membutuhkan cinta kasih. Menurutnya, untuk menunjukkan kasih sayang terhadap sesama, tidak perlu dilakukan dalam momen dan waktu tertentu saja. “Memang salah satu sifat manusia membutuhkan kasih sayang, tapi jangan dimaknai dengan sempit,” imbuhnya. Secara garis besar, perayaan Valentine merupakan salah satu adat dan budaya Barat. Ia sangat menyayangkan banyaknya masyarakat salah mengartikan perayaan Hari Kasih Sayang tersebut. “Valentine adalah tradisi Barat. Alangkah lebih baiknya jika kasih sayang kita lakukan setiap hari kepada siapa pun, tanpa mengenal waktu dan momen tertentu,” paparnya. Dirinya mengaku sangat setuju dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor yang mengeluarkan surat ederan bagi para remaja untuk tidak merayakan Hari Kasih Sayang secara berlebihan melalui Dinas Pendidikan Kota Bogor. “Tentu saya sangat setuju dengan surat edaran yang dikeluarkan pemkot, selama tujuan itu baik,” ungkapnya.(ryn/ogi/mam/run)