METROPOLITAN - “Ibu... ibu...,” teriakan itu masih terngiang di telinga Desi (38), korban selamat dari insiden bakar diri satu keluarga di Kampung Sukasirna, RT 03/13, Desa Cikembar, Sukabumi. Rabu dini hari, Desi yang menginap di rumah Iis nyaris jadi korban tewas dipanggang api. DESI masih tak percaya Jamal (37) tega melakukan perbuatan kejinya pada istri dan anaknya. Betapa tidak, tepat pukul 01:00 WIB, ia kaget melihat asap membumbung memenuhi ruangan. “Memang pas malam itu saya lagi menginap di rumah Iis,” kata Desi. Insiden itu terjadi begitu cepat, hingga Desi yang mendengar teriakan minta tolong Iis dan putri tirinya yang terus memanggil nama ibu, tak bisa berbuat apa-apa. ”Iis berteriak meminta tolong dan anaknya Iis berteriak memanggil ’Ibu... ibu...’,” ujar Desi menirukan ucapan putri Iis. Namun, api keburu membesar dan Desi pun memilih menyelamatkan diri melalui pintu belakang. Saat itu juga Desi langsung berteriak meminta tolong. Warga kemudian berdatangan dan mencoba memadamkan api dengan alat seadanya. Akhirnya mobil pemadam kebakaran datang melakukan pemadaman. Di mata Desi, Jamal sosok yang keji. Sebab, ia yang sengaja menyebabkan istri dan anaknya tewas dipanggang api hidup-hidup. “Anak sama istrinya dihalangi untuk menyelamatkan diri,” tutur Desi. Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi mengatakan, dari hasil pemeriksaan saksi, terungkap bahwa sebelum peristiwa itu Jamal dan Iis memang kerap bertengkar. Penyebabnya harta warisan milik Iis ia jual diam-diam. ”Jadi si Iis ini mendapat jatah warisan, oleh Jamal dijual tanpa sepengetahuan Iis dan dibelikan rumah di kawasan Depok. Lalu dia jual lagi tanpa Iis tahu,” kata AKBP Nasriadi. Melihat perangai Jamal, keluarga Iis memutuskan membawa kembali ke kampungnya di Cikembar. Jamal berulang kali meminta Iis kembali tapi selalu ditolak. ”Nah, kemungkinan dia kesal. Dia juga sering mengancam lewat telepon dan SMS akan bunuh diri di depan Iis,” ujarnya. Seolah ingin membuktikan ucapannya, Jamal mendatangi rumah Jajun, ayah angkat Iis. Iis dan anaknya berada di sana bersama anak Jajun bernama Desi. ”Dia tahu Pak Jajun sedang tidak ada di rumah, kemudian datang,” ucapnya. Jamal datang tengah malam sehingga tidak ada yang mengetahui apakah ia membawa jeriken atau tidak. Tiba-tiba saja dari dalam rumah Jajun terdengar teriakan Iis. Kobaran api saat itu sangat besar dan dengan cepat merambat ke seluruh ruangan. Bangunan rumah pun habis terbakar. Kanit Reskrim Polsek Cikembar Iptu Deni Miharja menjabarkan, saat kejadian ada dugaan Jamal menyiram bensin lalu membakar diri. “Kedua korban lain (anak dan istri, red) dipegang atau disekap pelaku sehingga tidak bisa menyelamatkan diri,” kata Deni. Menurutnya, dugaan bunuh diri muncul selain dari keterangan sejumlah saksi, juga hasil pemeriksaan dari jasad Jamal. Di mana tercium bau bensin yang menyengat. Saat mayat ditemukan, Deni menyebut posisi Iis terlihat seperti dipegangi pelaku, sedangkan anak tirinya berada tidak jauh dari jasad keduanya. ”Jamaludin ini diketahui jarang pulang. Dia berkirim pesan singkat ke istrinya, ingin bunuh diri. Keinginannya untuk bunuh diri ini diduga karena memang Jamaludin bermasalah dengan beberapa orang, jarang pulang ke rumah kayak buronan,” bebernya. JENAZAH JAMAL DITOLAK WARGA Buntut aksi bakar diri suami dengan mengajak anak istrinya, masyarakat di sana menolak jenazah Jamal. Ketua RW 13, Desa Cikembar, Kecamatan Cikembar, Sukabumi, Jawa Barat, Farid Effendi (43), mengatakan bahwa masyarakat menolak jenazah Jamal dikuburkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sukasirna, Sukabumi. Penolakan itu lantaran masyarakat geram dengan tindakan Jamal yang diduga membakar rumahnya sendiri. Kebakaran itu mengakibatkan sejumah anggota keluarganya juga ikut tewas. ”Semua warga dan tokoh masyarakat kompak menolak pemakaman bagi korban yang pria (Jamal, red),” kata Farid di lokasi kejadian, Rabu (20/2/2019). Keluarga pemilik rumah yang disewa Jamal, Jujun, mengaku geram dengan tindakan Jamal yang turut menewaskan keluarga Jamal. Jujun juga kesal karena tindakan Jamal juga membuat rumah miliknya hangus terbakar. ”Saya sekeluarga menolak pemakaman korban yang pria di kampung ini. Karena perbuatannya biadab sekali. Padahal awalnya saya belas kasihan sama dia, tapi akhirnya begini,” ujar Jujun. Ia juga menceritakan, sebelum kejadian Iis kerap mengeluh bahwa suaminya itu banyak utang di daerah asalnya yakni Kota Depok, Jabar. “Memang sebelum Iis meninggal, dia pernah bilang kalau suaminya kelilit utang. Makanya dia saya abwa ke sini,” papar Jajun. Bahkan, keberadaan Jamal pun sempat ditolak keluarganya karena terlalu banyak masalah sehingga khawatir ikut terlibat. ”Kerugian akibat kebakaran ini tidak hanya rumah saja, tetapi dua unit motor, barang-barang dan surat tanah saya pun semuanya masih ada di rumah itu ikut terbakar. Tapi beruntung anak kandung saya, Desi, yang menginap di rumah itu berhasil menyelamatkan diri lewat pintu belakang,” tandas Jajun.
(de/ mer/feb/run)