METROPOLITAN - Peristiwa penusukan terhadap Yanih (30) warga Ciriung, Kecamatan Cibinong, yang dilakukan Muhammad Ridwan alias Bere (29) asal Kecamatan Citeureup, Selasa (5/3) lalu, terungkap berlatar belakang asmara cinta bertepuk sebelah tangan. Ridwan yang bekerja sebagai sopir angkutan umum itu gelap mata. Kemarahan yang sudah di ubun-ubun membuatnya nekat, bahkan malah menyakiti mantan kekasihnya itu. Ia tega menusuk perut Yanih sebanyak satu kali menggunakan sangkur hingga usus Yanih terburai. Penusukan yang dilakukan Bere bukan tanpa alasan. Ia mengaku tidak rela saat wanita pujaannya itu menolak kembali menjalin kasih dengan pria kelahiran Padang itu. “Pelaku dan korban ada kaitan hubungan asmara, sudah putus. Lalu pelaku mencoba merajut kembali hubungan. Nahas, permintaan itu ditolak korban,” ujar Kapolsek Cibinong Kompol Prasetyo kepada Metropolitan. Beruntung nyawa Yanih dapat diselamatkan meski harus mendapat perawatan intensif. “Alhamdulillah sekarang korban dalam proses penyembuhan pasca-operasi,” kata Pras. Pras mengaku pihaknya juga masih mendalami adanya dugaan tindakan yang didasari rencana, dengan informasi soal adanya pesan singkat bernada ancaman dari pelaku kepada korban. “Sampai saat ini tidak ada pembuktian mengarah ke sana. Jadi kesimpulan terkait hubungan asmara saja,” bebernya. Pelaku pun kini mesti menginap di hotel prodeo dan dijerat pasal berlapis, yakni 351 KUHP atas perbuatannya melukai orang dan Pasal 2 Ayat (1) UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951 atas Kepemilikan Senjata Tajam. Peristiwa penusukan itu terjadi di Jalan Mayor Oking, Kelurahan Ciriung, Kecamatan Cibinong. Pertengkaran dua pasang kekasih di dua tempat berbeda di Bogor itu nyaris berujung maut. Peristiwa pertama terjadi antara HD (54) dengan ND (48) di Puncak, Cisarua, Bogor. Kapolsek Cisarua Kompol Nur Iksan mengatakan, peristiwa yang terjadi di wilayah hukumnya saat ini masih dalam penyelidikan. Sebab, pelaku dan korban usai bertengkar mengalami luka parah. ”Keduanya sudah ditangani pihak dokter rumah sakit. HD mengalami luka tusuk di leher. Sementara ND menderita luka sayat di leher dan tusukan di bagian perut,” jelasnya. Untuk motifnya, pihaknya masih mendalami kasus tersebut. Nur Ikhsan menjelaskan, nyawa keduanya selamat setelah ditolong warga setempat yang sigap membawanya ke rumah sakit terdekat. Pisau yang masih menancap di leher HD berhasil diangkat tim dokter bedah. Begitu pula luka sayatan dan tusukan yang dialami ND sudah dijahit tim medis. Ia menuturkan, peristiwa itu bermula dari hubungan asmara antara janda dengan duda yang dimulai sejak tiga tahun silam. Dua peristiwa penusukan tersebut mendapat reaksi keras dari Bupati Bogor Ade Yasin. Ia mengaku mengetahuinya dari media massa. Orang nomor satu di Kabupaten Bogor itu menyayangkan peristiwa tersebut bisa terjadi. Menurutnya, persoalan pendidikan agama dan pengawasan keluarga menjadi kunci dalam mengurangi efek asmara muda-mudi yang tak jarang berbuntut tindakan kriminal. Apalagi pihaknya ingin menciptakan Bogor Berkeadaban, sesuai program Panca Karsa yang tengah digaungkan. “Butuh pendidikan karakter, tingkatkan kajian pendidikan agama. Makanya kunci penting ada di keluarga. Didiklah anak dengan baik, awasi juga pergaulannya. Pendidikan karakter itu yang kami akan masukkan di berbagai elemen masyarakat,” tegas AY. Sementara itu, Psikolog Universitas Surabaya dr Artiawati mengatakan, dua peristiwa yang terjadi hampir berbarengan itu erat kaitannya dengan persoalan harga diri. Untuk kasus penusukan di Cisarua, pelaku merasa ditinggalkan atau tidak dihargai. Sedangkan untuk kejadian di Cibinong, karena merasa ditolak ajakan kembali merajut kasih. “Banyak studi soal itu. Low self esteem and rimes, hingga violence. Mengapa orang yang merasa harga dirinya jatuh atau rendah cenderung nekat dan berbuat kriminal,” ucapnya. Salah satu motif dari kriminal yang berbuntut pembunuhan didasari masalah harga diri. Belum lagi unsur kecemburuan dan jiwa posesif erat dihubungkan kepada kasus di Cisarua, meskipun pada dasarnya kembali pada masalah harga diri. “Pelaku kemudian menusuk lehernya sendiri karena rasa bersalahnya,” pungkas Arti. (ryn/c/mam/run)