berita-utama

Sopir Angkot Tikam Mantan Sampai Usus Terburai

Jumat, 8 Maret 2019 | 10:35 WIB

METROPOLITAN - Peristiwa penusukan ter­hadap Yanih (30) warga Ciriung, Kecamatan Cibinong, yang dilakukan Muhammad Ridwan alias Bere (29) asal Kecamatan Citeureup, Selasa (5/3) lalu, terungkap berlatar belakang asmara cinta bertepuk sebelah tangan. Ridwan yang bekerja sebagai sopir angkutan umum itu gelap mata. Kemarahan yang sudah di ubun-ubun membuatnya nekat, bahkan malah menya­kiti mantan kekasihnya itu. Ia tega menusuk perut Yanih se­banyak satu kali menggunakan sangkur hingga usus Yanih ter­burai. Penusukan yang dilakukan Bere bukan tanpa alasan. Ia mengaku tidak rela saat wa­nita pujaannya itu menolak kembali menjalin kasih dengan pria kelahiran Padang itu. “Pelaku dan korban ada kaitan hubungan asmara, sudah pu­tus. Lalu pelaku mencoba me­rajut kembali hubungan. Nahas, permintaan itu ditolak korban,” ujar Kapolsek Cibinong Kom­pol Prasetyo kepada Metropo­litan. Beruntung nyawa Yanih dapat diselamatkan meski harus mendapat perawatan intensif. “Alhamdulillah sekarang korban dalam proses penyembuhan pasca-operasi,” kata Pras. Pras mengaku pihaknya juga masih mendalami adanya du­gaan tindakan yang didasari rencana, dengan informasi soal adanya pesan singkat ber­nada ancaman dari pelaku ke­pada korban. “Sampai saat ini tidak ada pembuktian mengarah ke sana. Jadi kesimpulan ter­kait hubungan asmara saja,” bebernya. Pelaku pun kini mesti meng­inap di hotel prodeo dan dije­rat pasal berlapis, yakni 351 KUHP atas perbuatannya me­lukai orang dan Pasal 2 Ayat (1) UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951 atas Kepemilikan Senjata Tajam. Peristiwa penusukan itu terjadi di Jalan Mayor Oking, Kelurahan Ciriung, Kecamatan Cibinong. Pertengkaran dua pasang ke­kasih di dua tempat berbeda di Bogor itu nyaris berujung maut. Peristiwa pertama terjadi an­tara HD (54) dengan ND (48) di Puncak, Cisarua, Bogor. Kapolsek Cisarua Kompol Nur Iksan mengatakan, peristiwa yang terjadi di wilayah hukum­nya saat ini masih dalam penyeli­dikan. Sebab, pelaku dan korban usai bertengkar mengalami luka parah. ”Keduanya sudah ditangani pihak dokter rumah sakit. HD mengalami luka tusuk di leher. Sementara ND men­derita luka sayat di leher dan tusukan di bagian perut,” jelas­nya. Untuk motifnya, pihaknya masih mendalami kasus terse­but. Nur Ikhsan menjelaskan, nyawa keduanya selamat sete­lah ditolong warga setempat yang sigap membawanya ke rumah sakit terdekat. Pisau yang masih menancap di leher HD berhasil diangkat tim dokter bedah. Begitu pula luka sayatan dan tusukan yang dialami ND sudah dijahit tim medis. Ia menuturkan, peristiwa itu bermula dari hubungan as­mara antara janda dengan duda yang dimulai sejak tiga tahun silam. Dua peristiwa penusukan ter­sebut mendapat reaksi keras dari Bupati Bogor Ade Yasin. Ia mengaku mengetahuinya dari media massa. Orang nomor satu di Kabupaten Bogor itu menyayangkan peristiwa terse­but bisa terjadi. Menurutnya, persoalan pen­didikan agama dan pengawasan keluarga menjadi kunci dalam mengurangi efek asmara muda-mudi yang tak jarang berbuntut tindakan kriminal. Apalagi pi­haknya ingin menciptakan Bo­gor Berkeadaban, sesuai program Panca Karsa yang tengah di­gaungkan. “Butuh pendidikan karakter, tingkatkan kajian pendidikan agama. Makanya kunci penting ada di keluarga. Didiklah anak dengan baik, awasi juga pergau­lannya. Pendidikan karakter itu yang kami akan masukkan di berbagai elemen masyarakat,” tegas AY. Sementara itu, Psikolog Uni­versitas Surabaya dr Artiawati mengatakan, dua peristiwa yang terjadi hampir berbarengan itu erat kaitannya dengan persoa­lan harga diri. Untuk kasus penusukan di Cisarua, pelaku merasa ditinggalkan atau tidak dihargai. Sedangkan untuk ke­jadian di Cibinong, karena me­rasa ditolak ajakan kembali merajut kasih. “Banyak studi soal itu. Low self esteem and rimes, hingga violence. Mengapa orang yang merasa harga dirinya jatuh atau rendah cenderung nekat dan berbuat kriminal,” ucapnya. Salah satu motif dari kriminal yang berbuntut pembunuhan didasari masalah harga diri. Belum lagi unsur kecemburuan dan jiwa posesif erat dihubung­kan kepada kasus di Cisarua, meskipun pada dasarnya kem­bali pada masalah harga diri. “Pelaku kemudian menusuk lehernya sendiri karena rasa bersalahnya,” pungkas Arti. (ryn/c/mam/run)

Tags

Terkini