METROPOLITAN - Kabar duka menyelimuti warga Kecamatan Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Wilayah Indonesia bagian timur itu diterjang bencana banjir dan longsor pada Sabtu (16/3) malam. Sebanyak 4.000 orang harus mengungsi dan 58 di antaranya meninggal dunia. ”Korban meninggal 58 orang, 51 di Kabupaten Jayapura karena longsor dan banjir, tujuh orang di Kota Jayapura karena tertimbun longsor,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, kemarin.
Ia menyatakan jumlah korban luka yaitu 74 orang. Banjir tersebut menggenangi enam titik dan empat ribuan pengungsi yang tersebar di berbagai titik. ”Jumlah korban 74 luka-luka, 4.150 pengungsi di enam titik, 1.450 Kompleks Perumahan Gajah Mada, seribu Kompleks Jabatan Jayapura, Kemiri, BTP Sentani, 200 kantor bupati, 200 di Doyo,” paparnya. Ia memprediksi jumlah korban akan terus bertambah karena evakuasi masih berlangsung. Kelurahan yang paling terkena dampak ialah Dobonsolo, Doyobaru dan Hini Kumbi. ”Belum semua terjangkau tim SAR. Yang paling parah di Kelurahan Dobonsolo, Doyobaru dan Hini Kumbi. Sebanyak 300 rumah mengalami kerusakan,” imbuhnya. Sementara itu, BNPB sendiri menduga selain karena tingginya curah hujan, banjir di Sentani disebabkan rusaknya ekosistem di Gunung Cycloop, Jayapura, Papua. Kerusakan hutan di sana sudah berlangsung sejak lama. ”Dan kalau kita melihat yang ada di Gunung Cycloop, banyak kerusakan karena adanya pembabatan hutan,” tuturnya. Daerah pegunungan yang harusnya menjadi hutan sebagai daerah resapan dan penahan longsor, malah disulap menjadi ladang dan kebun. Hasilnya, saat hujan deras, longsor gampang terjadi. ”Kemudian digunakan untuk beberapa kebun, ladang dan sebagainya sehingga kerusakan hutan sudah berlangsung beberapa tahun sebelumnya,” bebernya. Sutopo menambahkan, pada 12 tahun silam, banjir serupa sempat terjadi. Banjir pada kala itu juga menimbulkan korban jiwa. ”Tahun 2007, di wilayah Sentani, di sini pernah mengalami banjir bandang juga yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan bangunan yang ada di sana,” ujar Sutopo. (det/rez/run)