Empat hari selepas Idul Fitri 1440 Hijriah, kemacetan parah terjadi dari Kabupaten Cianjur hingga simpang Tol Gadog dan Ciawi. Rekayasa lalu lintas yang dilakukan kepolisian pun belum bisa mengatasi kemacetan arus balik dan wisatawan yang berkunjung ke wilayah Puncak itu
KASAT Lantas Polres Bogor AKP Fadli Amri mengatakan, puncak arus mudik dan wisata telah terjadi sejak Sabtu sore hingga Minggu dini hari (8-9/6). Saat itu terjadi peningkatan volume kendaraan yang sangat signifikan dari arah Puncak dan Cianjur menuju Jakarta dibanding hari sebelumnya. Kondisi tersebut juga menyebabkan kepadatan lalu lintas di sepanjang Jalan Raya Puncak.
Peningkatan volume kendaraan tersebut membuat kepolisian memberlakukan one way atau sistem satu arah dari arah Cianjur menuju Jakarta lebih lama, yakni sebelas jam, mulai Sabtu pukul 15:00 WIB hingga Minggu pukul 02:00 WIB dini hari. ”Semalam itu arus kendaraan dari arah Cianjur nggak habis-habis. Jalur Puncak baru lancar sekitar pukul 02:00 WIB,” kata Fadli.
Tak hanya arus balik, peningkatan kunjungan wisata ke kawasan Puncak dan Cianjur juga diperkirakan sudah terjadi pada Jumat dan puncaknya berlangsung Sabtu kemarin. Selama tiga hari terakhir itu, kerap terjadi antrean kendaraan dari arah Jakarta menuju Puncak di Exit Tol Ciawi hingga simpang Gadog. Bahkan, tingginya volume kendaraan menyebabkan sepanjang ruas Jalan Raya Puncak dipadati kendaraan roda dua maupun empat.
“Tak hanya itu, jalur juga tidak menampung. Ibarat air biasa diisi 300 mililiter (ml) tiba-tiba diisi 500 ml, ya pasti tumpah-tumpah lah. Tak hanya itu, adanya beberapa titik vital seperti Pasar Cisarua dan Simpang Megamendung menjadi salah satu faktornya,” tuturnya, kemarin.
Di dua lokasi tersebut, sambungnya, diperparah dengan kepadatan aktivitas masyarakat sekitar sehingga menghambat pergerakan di jalur utama. “Tahun ini sebanyak 180 personel Satlantas diterjunkan untuk meminimalisasi kemacetan lalin,” bebernya.
Ia mengaku seluruh anggota tersebut diterjunkan secara bersamaan di titik lokasi kemacetan lalin dan tidak diberlakukan sitem kerja shift. “Ya bertugas bersama-sama dalam satu hari. Kendati berkurangnya waktu bersama keluarga, pelayanan ini untuk masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, kemacetan yang terjadi di jalur Puncak begitu akrab dengan masyarakat sekitar. Seperti yang dialami Muhammad (45), warga Kampung Cibeureum, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, yang harus terjebak macet selama enam jam di jalur Puncak. Ia mengatakan, pada Sabtu (8/6) jalur Puncak begitu padat. “Saya keluar tol jam delapan pagi, sampai rumah jam dua siang. Sempat diam lama di dalam tol juga,” ujarnya kepada Metropolitan.
Menurut pria yang akrab disapa Bontot itu, kemacetan juga terjadi dari kedua arah. Arah Puncak maupun Jakarta, bahkan di beberapa titik tertentu, mobil yang dikendarainya harus terhenti hingga satu jam. “Seperti di Cipayung Datar sampai tidak bergerak sama sekali,” paparnya.
Sistem satu arah yang dilakukan kepolisian, menurut Bontot, terlalu berlebihan. Sebab dilakukannya cukup lama, dua sampai lima jam. Hal tersebut membuat warga sekitar sulit beraktivitas. “Kalau yang punya motor mungkin masih bisa ke mana-mana. Kasihan ibu-ibu yang susah ke mana-mana. Ke pasar yang dekat saja nggak bisa,” keluhnya.
Jalur Puncak II Harus segera Direalisasikan
Kemacetan yang terjadi di jalur Puncak ikut dikeluhkan Bupati Bogor Ade Yasin saat meninjau arus lalu lintas di wilayah Puncak, dari simpang Gadog, Pos PAM Cimory hingga kawasan Taman Wisata Matahari.
Ia menilai segala upaya, mulai dari solusi jangka pendek pelebaran bahu jalan dan buka tutup arus lalu lintas hingga pengalihan ke jalan alternatif, tetap saja membuat jalur utama Selatan Kabupaten Bogor itu krodit dan macet parah. Bahkan merugikan warga sekitar, yang disebutnya tidak bisa bergerak bebas pada saat Lebaran lantaran macet dan terhalang buka tutup jalan.
Ketua DPW PPP Jawa Barat itu pun mendesak pemerintah pusat segera merealisasikan pembangunan Jalur Puncak II sebagai solusi mengatasi kemacetan jalur utama Puncak.