berita-utama

Terobos Palang Perlintasan, Pasutri Terseret KRL

Selasa, 16 Juli 2019 | 11:12 WIB

Isak tangis tak terhindarkan kala suara sirene terdengar kencang dari mobil jenazah yang melintas di Perumahan Pura Bojonggede, Desa Tajurhalang, Kecamatan Tajurhalang. Sejumlah orang terlihat berkerumun di bawah tenda biru di rumah bercat hijau. Tangisan bertambah kencang saat dua jenazah diturunkan dari mobil ambulans

NASIB nahas dialami Su­wardi (52) dan Atmisastra (56), pasangan suami-istri (pasutri) yang harus meregang nyawa akibat menerobos palang pintu kereta yang tak jauh dari Lapangan Siaga Bojong­gede. Tubuh pasutri itu hancur berkeping-keping lantaran motor dengan nomor polisi B 4536 SGE yang dikendarainya dihantam Commuter Line KA 1613 KCL jurusan Bogor-Ang­ke.

Atmisastra pagi itu tidak langs­ung pergi bekerja seperti ruti­nitas yang biasa ia lakukan setiap hari. Ia mengantar sang suami tercinta, Suwardi, terle­bih dahulu untuk berobat ke rumah sakit. Sepulangnya be­robat, Suwardi memacu gas motornya agar segera sampai di Stasiun Bojonggede lantaran Atmisastra akan berangkat kerja.

Sesampainya di palang pintu kereta Lapangan Siaga, Su­wardi langsung menerobosnya tanpa melihat kiri dan kanan, hingga pasutri itu tertabrak KRL dan terseret hingga 15 meter ”Seperti biasa, sebelum kereta berangkat dari stasiun, palang pintu sudah ditutup. Namun tiba-tiba ada yang nyerobot. Nggak lama kereta lewat, ya ketabrak,” tutur penjaga pintu kereta, Didi (25), kemarin.

Didi melanjutkan, tubuh Atmisastra terseret kurang lebih sejauh 10 meter, sedangkan Suwardi 15 meter. “Mereka terlihat terburu-buru. Karena melihat rel masih kosong, ma­kanya mereka berani melintas,” lanjut Didi.

Tak lama, petugas pun langs­ung mengevakuasi dan mela­kukan indetifikasi terhadap jenazah Atmisastra dan Su­wardi. Diketahui, Atmisastra merupakan salah satu Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) DKI Jakarta, sedangkan Suwardi pekerja swasta.

Firasat kepergian Atmisastra dirasakan beberapa sanak sau­daranya. Kedua korban berang­kat dari rumah pukul 06:15 WIB, tak seperti biasanya. Mengan­tarkan sang istri pun jadi ruti­nitas Suwardi. Namun, pagi itu ia begitu pucat saat mengantar sang istri. ”Mereka biasanya tidak berangkat sepagi itu. Mungkin karena mau mengan­tar suaminya berobat dulu kali, karena lagi sakit juga,” kata ketua RT 05/18 yang eng­gan disebutkan namanya.

Kepergian pasutri itu pun meninggalkan duka mendalam bagi warga sekitar. Terlebih korban merupakan warga yang aktif di lingkungan dan kerap mengikuti beberapa kegiatan yang digelar pengurus RT. “Me­reka selalu ikut partisipasi ka­lau ada kegiatan di sini. Maka dengan adanya musibah ini, kita sangat kehilangan,” ung­kapnya. Begitu juga dengan putra semata wayang Atmisastra, Tommy (21), yang tiada henti menangis sedari kedua jenazah datang ke rumahnya. Ia terlihat begitu terpukul mendengar kabar bahwa orang tuanya me­ninggal dengan tragis. “Nanti, Mas. Saya masih kaget,” ujarnya.

Jenazah kedua korban pun disalatkan di masjid yang be­rada di dekat rumah duka. Untuk jenazah Suwardi dima­kamkan di TPU Tajurhalang, sedangkan jenazah Atmisastra rencananya akan dibawa kelu­arganya untuk dimakamkan di Depok. (cr2/c/mam/run)

Tags

Terkini