berita-utama

Polisi Bentuk Tim Khusus Buru Pembunuh Alumni IPB

Rabu, 24 Juli 2019 | 10:18 WIB
BERDUKA: Endang Supandi memperlihatkan foto bersama AUS saat wisuda beberapa tahun lalu.

METROPOLITAN -  Siapa sangka, Sabtu (20/7) lalu jadi pertemuan terakhir Endang Supandi bersama anak sulungnya, AUS (22), yang pamit untuk daftar kuliah program S1 di Bogor. Namun, nyatanya wanita berkulit kuning langsat itu telah menjadi korban pembunuhan sadis di Sukabumi dengan kondisi mengerikan.

Kepala Polres Sukabumi Kota AKBP Susatyo Purnomo Condro mengaku pihaknya masih mendalami dan me­nyelidiki perkara mayat yang ditemukan tidak wajar terse­but. Autopsi terhadap jenazah pun sudah dilakukan pada Senin malam. Jenazah itu diduga korban tindak keke­rasan. Pihaknya kini masih mendalami dan menyelidiki perkaranya. "Hasil autopsi sudah diketahui, sekarang kami masih mencari pelaku­nya," kata Susatyo saat dikon­firmasi, Selasa (23/7).

Polisi melakukan serangkai­an penyelidikan guna mem­buat terang kasus kematian AUS. Polisi mengungkapkan bahwa wanita lulusan D3 IPB itu menjadi korban pembunu­han. Bahkan, Polres Sukabumi Kota menerjunkan tim khusus untuk mengusut tuntas perka­ra tersebut. "Kita turunkan dua tim, buser dan tim khusus, untuk menggarap peristiwa 338 (pembunuhan, red) ini. Kasus AUS tentunya menjadi atensi kami," kata Kasatreskrim Polres Sukabumi Kota AKP Rizaldi Satria.

Rizaldi dan timnya masih mengumpulkan keterangan saksi serta petunjuk lainnya untuk mengungkap kasus pembunuhan tersebut. Selain itu, polisi juga menelusuri jejak AUS sebelum ditemukan tak bernyawa dengan kon­disi mengenaskan di tepi sa­wah. Keterangan keluarga menyebutkan bahwa AUS mengabari akan naik angku­tan umum. Setelah itu, AUS tak ada kabar. "Dugaan kami sementara, setelah korban menaiki mobil itu komuni­kasi hilang," ujar Rizaldi.

Rizaldi juga mengaku saat ini pihaknya masih fokus menggali keterangan dari keluarga dan teman-teman korban. Sejumlah teman kor­ban saat ini masih dimintai keterangan. "Masih kita ta­nyai seputar keberadaan kor­ban, belum berstatus saksi. Di antara mereka ada yang bersama korban sebelum ke­jadian. Belum ada per­kembangan terbaru, nanti kita kabari kalau sudah ada update progres terbaru," im­buhnya.

Sementara itu, dokter foren­sik Nurul Aida Fathia menyebut luka yang diderita korban akibat adanya kekerasan tum­pul. "Tidak ditemukan bekas senjata tajam, hanya ada ke­kerasan tumpul, bukan ben­da tumpul ya, terdapat di wajah dan lengan," kata Nurul.

Selain luka tersebut, dite­mukan juga kekerasan tumpul di bagian rahang korban se­perti memar. Meski begitu, Nurul tidak menerangkan apakah luka itu diperoleh karena bekapan atau cekikan. "Terkesannya pada saat pe­meriksaan itu kekurangan oksigen. Pernah dibekap atau tidak, saya tidak tahu jelas," imbuhnya.

Adanya darah di kemaluan korban, Nurul belum bisa memastikan apakah akibat adanya persetubuhan atau bukan. Ia menunggu hasil laboratorium forensik selama 2x24 jam.

Terpisah, keluarga tidak me­nyangka AUS pulang dengan kondisi tak bernyawa. Ayah korban, Endang Supandi, masih terbayang pertemuan terakhir bersama putrinya, Sabtu (20/7), sebelum keja­dian nahas itu menimpanya. Sabtu sore, lulusan D3 IPB itu pamit berangkat ke Bogor untuk melengkapi dokumen persyaratan pendaftaran ku­liahnya di salah satu fakultas di IPB. Saat itu korban baru pulang kerja.

“Komunikasi terakhir wak­tu dari rumah. Anak saya izin mau ke Bogor, mau menyele­saikan persyaratan pendaf­taran. Kalau nggak salah yang terakhir untuk menyelesaikan konversi nilai, ada diplomanya, ada transkrip nilai. Dia titipin sama temannya. Dia renca­nanya mau ngambil itu, sam­bil ketemuan sama teman-temannya,” katanya.

Endang Supandi menuturkan, setelah menyelesaikan urusan­nya, putrinya diketahui ber­sama dua sahabat lamanya ketika kuliah di D3 IPB. AUS berencana pulang ke Cianjur pada Minggu (21/7) karena ia harus bekerja Senin-nya. Ming­gu sore, ibu korban bahkan sempat berkomunikasi dengan AUS, mengingatkan agar ia tidak pulang kemalaman. Saat itu, AUS mengiyakan.

Setelah berpisah dengan temannya, AUS belum juga sampai ke rumahnya di Cianjur. Ia juga tidak bisa dihubungi lagi lewat ponselnya. Supan­di dan istrinya tidak bisa tidur sejak malam karena cemas AUS tidak kunjung memberi kabar. “Kami menunggu dari malam, nggak ada berita. Kami tidak bisa tidur,” ujarnya.

Supandi mengungkapkan, di mata keluarga, AUS meru­pakan anak yang baik, saleha, taat dan terbuka terhadap orang tuanya. Setiap beper­gian, ia juga selalu memberi kabar sehingga keluarga tidak cemas. “Dia itu tidak pernah menyakiti orang tua, tidak pernah melawan sama orang tua. Mudah-mudahan segala amal ibadah anak kami dite­rima oleh Allah,” ungkapnya.

Sebelumnya, AUS ditemukan tewas tergeletak di tepi sawah yang tidak jauh dari Jalan Sa­rasa, Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi, Senin (22/7). Seorang petani bernama Aceng Rohmana (52) yang pertama kali menemukan jasad wa­nita malang itu. Saat ditemu­kan, tubuh AUS dalam posisi kepala telungkup dan badan miring ke kanan. Roknya ter­buka atau setengah bugil. (dtk/mam/run)

Tags

Terkini