berita-utama

Penampungan Air Biotrop Jadi Markas Nyamuk DBD, Tiap Tahun Warga Diserang

Rabu, 24 Juli 2019 | 11:28 WIB
CEK KOLAM: Seorang petugas Surveilans dan warga saat mengecek kolam penampungan air di area SEAMEO Biotrop.

METROPOLITAN - Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) yang menimpa tiga warga Kam­pung Gandok, RT 03/05, Kelurahan Pakuan, Kecamatan Bogor Selatan pekan lalu, menimbulkan kecurigaan warga terhadap keberadaan kolam kecil semacam penampungan air di area SEAMEO Biotrop yang jaraknya lima meter dengan pemukiman warga terdampak DBD. Terlebih, para korban harus dirawat intensif di rumah sakit selama beberapa hari.

Menanggapi keluhan warga, petugas Surveilans Puskesmas Lawanggintung mengecek dan meninjau ke­beradaan kolam tersebut bersama warga. Di atas kolam dengan luas 5-8 meter per­segi itu terbagi dalam empat kolam berisi air dengan kon­disi jernih. Sehingga ada kemungkinan nyamuk aedes agypti, penyebar penyakit DBD, tumbuh di lokasi pengendapan air tersebut.

“Selain itu, pengecekan rumah sakit juga perlu untuk memas­tikan pasien terkena DBD. Dari tinjauan, kami pastikan memang terdapat jentik nyamuk dalam air yang bersih itu,” terang petugas Surveilans Puskesmas Lawanggintung, Eddy Mustar, kemarin.

Melihat kondisi air yang jernih, sambung Eddy, kemun­gkinan lokasi itu menjadi sumber penularan atau jentik nyamuk DBD. “Air nggak nga­lir. Ditambah tempat penam­pungan atau pengendapan air itu berada tak jauh dari rumah warga Kampung Gan­dok yang berjarak hanya tiga sampai empat meter,” ujarnya. Hal ini tentu menjadi evalu­asi bagi SEAMEO Biotrop untuk mengantisipasi. Bisa dengan membongkar penam­pungan air atau membuat aliran air tidak menggenang.

Sementara itu, Ketua Pe­muda Kampung Gandok, Heru, mengatakan, pihak Biotrop harus merespons dan bert­indak cepat mengatasi hasil peninjauan tersebut.

“Jika tidak, warga bisa saja menutup atau mengurug langsung pengendapan air tersebut,” ancamnya. Sebab, tambah Heru, ini bukan pertama kali terjadi. Beberapa kali warga sempat melapor, namun belum ditanggapi serius.

Menanggapi hal tersebut, Manajer Kehumasan SEAMEO Biotrop, Rima Febriana, ber­kilah belum bisa memberikan pernyataan lebih lanjut, ka­rena harus melakukan investi­gasi dan pemeriksaan. “Saya belum bisa berikan pernya­taan apa pun, saya investi­gasi dulu. Kami cari tahu infonya yang sebenarnya dulu. Termasuk peruntukan penampungan itu sampai kedalamannya,” paparnya.

Sebelumnya, wabah penya­kit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang diakibatkan ny­amuk aedes aegypti kini mu­lai mengancam warga Kota Bogor. Dalam sepekan ada tiga warga dalam satu ling­kungan yang menjadi korban, yakni tiga warga Kampung Gandok, RT 03/05 Kelurahan Pakuan, Kecamatan Bogor Selatan.

Ketua RT 03/05, M Cholil, mengatakan, tiga warganya yang terkena DBD yakni Onah (50), Novi (27) dan Zahran (8). Dua nama pertama dike­tahui sudah keluar dari rumah sakit (RS). Sedangkan Zahran masih dirawat di RS Juliana, Tajur.

Perubahan cuaca diper­tengahan tahun, disinyalir jadi penyebab tumbuh dan berkembangnya nyamuk belang-belang itu. Padahal, menurutnya, kampung tem­pat ia tinggal tidak ada kolam atau penampungan air tak bergerak.

”Ada juga saluran air ngali. Kita sih ada curiga ke tempat kolam pengendapan air di ling­kungan Seameo Biotrop, yang bersebelahan langsung dengan perkampungan,” katanya.

Kecurigaan itu menurutnya bukan tanpa alasan. Sebab hal itu pernah terjadi dan warga sempat mengeluh soal potensi tumbuhnya jen­tik nyamuk di tempat itu. ”Sempat ada tindakan pen­cegahan. Tapi ini kejadian lagi,” ungkap Cholil.(ryn/c/yok/py)

Tags

Terkini