METROPOLITAN - Kabar mengejutkan datang dari PT Industri Kereta Api Indonesia (INKA). Rencananya, INKA akan mengoperasikan kereta Lintas Rel Terpadu atau Light Rail Transit (LRT) Jakarta-Bogor- Depok-Bekasi (Jabodebek) tanpa bantuan masinis. Nantinya LRT tersebut akan dikendalikan langsung dari pusat kontrol LRT Jabodebek.
”Memang sudah autopilot untuk operasionalnya, nggak perlu masinis lagi,” kata Senior Manajer Humas Sekretariat dan Protokoler INKA, Hartono.
Menurutnya, kereta LRT Jabodebek didesain bisa beroperasi tanpa masinis untuk memenuhi jarak kedatangan kereta (headway) yang pendek. ”Kalau dikontrol secara manual, nanti nggak tercapai headway-nya. Kan ada target kapasitas total yang harus diangkut. Hitung-hitungannya hanya bisa tercapai kalau menggunakan (kereta, red) automatic,” jelasnya.
Kereta LRT Jabodebek, lanjut Hartono, dirancang teknisi-teknisi PT INKA. Namun, komponen kereta didatangkan dari Jerman. ”Itu didesain engineer-engineer kami. Kami memang melibatkan komponen-komponen itu dari Jerman,” tambah Hartono.
Sementara itu, Direktur Utama INKA Budi Noviantoro meyakinkan LRT Jabodebek memiliki sejumlah perbedaan dengan LRT Palembang. Untuk rangkaian kereta, LRT Jabodebek memiliki jumlah yang relatif banyak. Satu rangkaian terdiri dari enam kereta. ”Yang jelas lebih panjang (dari LRT Palembang, red), kemudian enam kereta,” katanya.
Menurutnya, yang membedakan ialah lebar lintasan rel. Kereta LRT Jabodebek punya rel lebih lebar. ”Yang penting lebar railnya 1.435 mm, kalau Palembang 1.067 mm,” ucapnya.
Tak hanya itu, sambungnya, sistem persinyalan LRT Jabodebek dan Palembang berbeda. Sistem persinyalan LRT Jabodebek menggunakan moving block signal dan software dari Siemens AG Jerman yang membuatnya bisa dioperasikan tanpa masinis. ”Karena apa, headway jarak antarkereta kecil dua sampai tiga menit. Kalau headway dua menit, maka setiap jam 30 kereta. Nggak mungkin pakai orang,” imbuhnya.
Dengan sistem tersebut nantinya kereta yang digunakan LRT Jabodebek akan diatur perjalanannya secara otomatis. Mulai dari pergerakannya, kecepatannya hingga waktu berhentinya. Sedangkan untuk buka tutup pintu saat berhenti di setiap stasiun, LRT akan dibuka lewat petugas tiap stasiun yang bertugas di ruang kontrol. Nantinya kereta ini pun didesain bisa melaju dengan kecepatan maksimal 100 km/jam.
”Moving block ini teknologi baru, sinergi INKA dan Len. Kalau nggak salah menggunakan software Siemens Jerman yang memungkinkan kereta jalan tanpa masinis, kayak robot saja gitu ya. Tapi bukan berarti nggak ada pengawas di atas kereta, tapi tidak sebagai fungsi masinis,” bebernya.
Rencananya kereta itu dirancang memiliki kapasitas maksimal ditumpangi 1.308 penumpang. Namun normalnya LRT akan membawa 740 penumpang sekali jalan. Nantinya penumpang akan disediakan bangku yang bisa ditempati 174 orang. Lalu 566 orang bisa berdiri bila tidak kebagian tempat.
Sekadar diketahui, INKA saat ini sudah menyiapkan satu rangkaian kereta LRT Jabodebek untuk diuji coba. Waktu uji coba belum bisa dipastikan karena masih menunggu kesiapan infrastruktur. Progres pembangunan infrastruktur LRT Jabodebek mencapai 63,03 persen per 9 Juli 2019. Transportasi berbasis rel itu diperkirakan akan beroperasi pada 2021 dengan nilai pekerjaan Rp22,8 triliun (termasuk pajak, red). (kmp/dtk/rez/run)