METROPOLITAN - Driver ojek online (ojol) bernama Leony Sondang Suryani (22) belakangan menjadi perbincangan di berbagai media sosial lewat kisahnya yang viral karena lulus cumlaude di Universitas Diponegoro (Undip), Semarang. Gadis kelahiran Bogor, 20 Agustus 1997, itu melewati suka-duka kuliahnya sambil narik ojol dengan gigih.
Ia menceritakan kisah awal kenapa ia memilih menjadi driver ojol. Alasan utamanya sebenarnya sederhana, membantu orang tua terkait uang saku. ”Ingin cari tambahan biar nggak membebani orang tua. Nggak tega kalau minta uang saku terus, padahal kuliah ini biaya banyak,” kata Leony atau yang akrab disapa Lele oleh rekannya di almamaternya, Fakultas Hukum Undip, Tembalang.
Lele mulai narik ojek sejak semester V saat kegiatannya mulai berkurang.
Awalnya ketika mengatakan kepada orang tua ingin jadi ojol, sempat dicegah karena khawatir. ”Awalnya orang tua agak takut karena kerja di jalan dan risikonya tinggi. Saya berusaha meyakinkan,” ujarnya.
Akhirnya ia mendapat restu dan mulai narik sejak Oktober 2017. Soal atur waktu belajar dan bekerja, Lele tidak punya masalah. Justru ia mendapat banyak pengalaman dan bantuan dari sesama ojol, termasuk ketika membuat skripsi.
”Ya banyak suka-dukanya. Sukanya itu di Semarang sedulurannya (persaudaraannya, red) kenceng, saya skripsi dibantu, lho,” lanjut lulusan Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Undip itu.
Lele mengambil skripsi soal batas dalam perkawinan dini. Ia mengaku bingung mencari data karena tema yang cukup sensitif. Ternyata seorang driver ojol membantu menghubungkan dengan narasumber. ”Saya bingung, nyari (data, red) di mana, itu kan sensitif ya. Sedulur Gojek di Mijen bilang, oh tetangga saya ada, terus dianterin ke sana,” kenang Lele.
Putri pertama dari dua bersaudara pasangan Ida Suryani Anneke dengan Stefanus Sondang itu mengaku tidak pernah di-bully rekan-rekannya. Namun ia memang merasa jadi kurang sering nongkrong dengan teman karena harus narik di waktu senggang.
”Teman-teman bawa santai saja, mereka tidak nge-bully. Saya agak kurang banyak nongkrong, tapi mereka memaklumi,” katanya.
Sifat pekerja kerasnya itu ternyata sudah dimiliki sejak masih sekolah. Lele mengatakan dulu sering jual koran bekas untuk mendapatkan uang saku tambahan. Ketika semester II kuliah pun sempat kerja part time di rumah makan.
Lele cukup menginspirasi setelah kisahnya viral karena lulus cumlaude dengan IPK 3,67 dan masa kuliah tiga tahun sembilan bulan. Tak hanya cumlaude, ia juga menjuarai berbagai lomba debat.
”Lomba debat tingkat antarkampus pada 2015 juara II. Tahun 2016 tingkat nasional di UIN Jakarta, kalah semifinal tetapi kemudian ikut lagi sama kelompok debatnya disuruh ikut ke Piala Mahkamah Konstitusi, ada dua tahap regional saya juara satu, yang nasional juara tiga. Tahun depan ikut serta lagi dalam Piala Mahkamah Konstitusi,” jelas Lele.
Setelah lulus, Lele belum berniat melepas pekerjaan ojol-nya. Ia bermaksud mencari beasiswa untuk S2 atau mencari pekerjaan yang sesuai bidangnya. Sembari menunggu, ia akan terus narik. ”Saya belum berencana berhenti narik, mau cari beasiswa S2,” ungkapnya. (dtk/mam/run)