berita-utama

Driver Ojol asal Bogor Lulus Cumlaude di Undip

Sabtu, 10 Agustus 2019 | 10:07 WIB
BANGGA: Driver ojek online, Leony Sondang Suryani, lulus dengan predikat cumlaude di Universitas Diponegoro.

METROPOLITAN -  Driver ojek online (ojol) bernama Leony Sondang Suryani (22) belakangan menjadi perbincangan di berbagai media sosial lewat kisahnya yang viral karena lulus cumlaude di Universitas Diponegoro (Undip), Semarang. Gadis kelahiran Bogor, 20 Agustus 1997, itu melewati suka-duka kuliahnya sambil narik ojol dengan gigih.

Ia menceritakan kisah awal kenapa ia memilih menjadi driver ojol. Alasan utamanya sebenarnya sederhana, membantu orang tua terkait uang saku. ”Ingin cari tambahan biar nggak membebani orang tua. Nggak tega kalau minta uang saku terus, padahal kuliah ini biaya banyak,” kata Leony atau yang akrab disapa Lele oleh re­kannya di almamaternya, Fakultas Hukum Undip, Tembalang.

Lele mulai narik ojek se­jak semester V saat kegiatannya mulai berkurang.

Awalnya ketika mengatakan kepada orang tua ingin jadi ojol, sempat dicegah karena khawatir. ”Awalnya orang tua agak takut karena kerja di jalan dan risikonya tinggi. Saya beru­saha meyakinkan,” ujarnya.­

Akhirnya ia mendapat restu dan mulai narik sejak Oktober 2017. Soal atur waktu belajar dan bekerja, Lele tidak punya masalah. Justru ia mendapat banyak pengalaman dan ban­tuan dari sesama ojol, terma­suk ketika membuat skripsi.

”Ya banyak suka-dukanya. Sukanya itu di Semarang se­dulurannya (persaudaraannya, red) kenceng, saya skripsi dibantu, lho,” lanjut lulusan Hukum dan Masyarakat Fa­kultas Hukum Undip itu.

Lele mengambil skripsi soal batas dalam perkawinan dini. Ia mengaku bingung mencari data karena tema yang cukup sensitif. Ternyata seorang driver ojol mem­bantu menghubungkan dengan narasumber. ”Saya bingung, nyari (data, red) di mana, itu kan sensitif ya. Sedulur Gojek di Mijen bilang, oh tetangga saya ada, terus dianterin ke sana,” kenang Lele.

Putri pertama dari dua ber­saudara pasangan Ida Sury­ani Anneke dengan Stefanus Sondang itu mengaku tidak pernah di-bully rekan-rekan­nya. Namun ia memang me­rasa jadi kurang sering nong­krong dengan teman karena harus narik di waktu senggang.

”Teman-teman bawa santai saja, mereka tidak nge-bully. Saya agak kurang banyak nongkrong, tapi mereka me­maklumi,” katanya.

Sifat pekerja kerasnya itu ter­nyata sudah dimiliki sejak ma­sih sekolah. Lele mengatakan dulu sering jual koran bekas untuk mendapatkan uang saku tambahan. Ketika semes­ter II kuliah pun sempat kerja part time di rumah makan.

Lele cukup menginspirasi setelah kisahnya viral karena lulus cumlaude dengan IPK 3,67 dan masa kuliah tiga ta­hun sembilan bulan. Tak ha­nya cumlaude, ia juga men­juarai berbagai lomba debat.

”Lomba debat tingkat antar­kampus pada 2015 juara II. Tahun 2016 tingkat nasional di UIN Jakarta, kalah semifinal tetapi kemudian ikut lagi sama kelompok debatnya disuruh ikut ke Piala Mahka­mah Konstitusi, ada dua tahap regional saya juara satu, yang nasional juara tiga. Tahun depan ikut serta lagi dalam Piala Mahkamah Konstitusi,” jelas Lele.

Setelah lulus, Lele belum berniat melepas pekerjaan ojol-nya. Ia bermaksud men­cari beasiswa untuk S2 atau mencari pekerjaan yang se­suai bidangnya. Sembari menunggu, ia akan terus na­rik. ”Saya belum berencana berhenti narik, mau cari bea­siswa S2,” ungkapnya. (dtk/mam/run)

Tags

Terkini