METROPOLITAN - Masih ingat dengan Raeni? Putri seorang tukang becak yang berhasil jadi wisudawati terbaik di Universitas Negeri Semarang (Unnes) dengan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,96. Kini perjalanan hidupnya sangat menginspirasi.
Raeni dikenal masyarakat saat diantar wisuda oleh bapaknya menggunakan becak dari Kendal ke Semarang pada 2014 lalu. Kisah Raeni menjadi wisudawati terbaik, meski ayahnya seorang tukang becak, menarik perhatian banyak orang. Tak terkecuali Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono. Kini cerita haru itu sudah menjadi masa lalu. Cerita tentang Raeni telah berganti menjadi kisah penuh inspiratif.
Raeni asal Langenharjo, Kecamatan Kendal, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, itu kini telah menamatkan pendidikan master di University of Birmingham Inggris. Ia kembali mendapat beasiswa untuk meneruskan pendidikan doktor.
Ia menamatkan studinya di Inggris pada Desember 2016.
Sejak itu, Raeni mengabdikan dirinya menjadi dosen di alitu, Raeni mengabdikan dirinya menjadi dosen di almamaternya, Fakultas Ekonomi Unnes. Tak cukup hanya sampai pendidikan master, Raeni mengejar cita-citanya meraih doktor.
Perjuangannya mulai menampakkan hasil. September tahun ini ia akan berangkat ke Inggris. Direncanakan pada 1 Oktober 2018, Raeni akan mulai kuliah dengan beasiswa lanjutan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Pengumuman penerimaannya diketahui pada 19 Januari 2018.
"Tahun ini sebagian cita-cita saya sudah tercapai, tapi tetap harus berjuang dan bersemangat lagi. Cita-cita tersebut adalah memberangkatkan orang tua umrah pada Februari lalu serta mendapat beasiswa untuk program doktor," kata Raeni dengan semringah menceritakan kisahnya.
Untuk pendidikan doktornya, Raeni kembali memilih University of Birmingham. Alasannya agar tidak terlalu beradaptasi serta sudah mengenal budaya di Inggris. "Yang pasti kan sudah kenal dengan kampusnya, termasuk komunikasi dengan pengajarnya. Kendala awal itu soal bahasa, nulis susah, culture, jadi tidak perlu lagi language support dari lembaga kampus," ucapnya.
Sebelum diterima, Raeni sudah melalui serangkaian tes dan wawancara dengan calon profesor dan program director S3 hingga akhirnya mendapatkan Unconditional Offer Letter. "Awalnya saya dinominasikan dalam shortlist beasiswa dari kampus, namun untuk international student tidak meng-cover semua biaya. Jadi saya menyampaikan ke kampus bahwa saya tidak bisa menerima hanya partically funded," paparnya.
Raeni pun mengaku sudah menyiapkan diri sehubungan dengan masa depan pendidikannya. Selain mental, ia juga mulai memperbanyak pengetahuan riset, literasi dan jurnal.
"Saya juga mencoba membuka jaringan lagi, agar semua dimudahkan saat berada di Inggris nanti. Termasuk jika kangen keluarga," ujarnya sembari tersenyum. Untuk mengobati kangen, Raeni membekali ayahnya dengan gawai dan mengajarinya menggunakan WhatsApp agar bisa video call. (lip/rez/run)