METROPOLITAN - Meski Pemerintah DKI Jakarta telah menghentikan bantuan kepada ratusan pencari suaka di gedung eks Komando Distrik Militer (Kodim) Kalideres, Jakarta Barat, para pencari suaka baru dari Puncak, Bogor, malah berdatangan lantaran mendengar kabar bahwa teman-temannya telah diberangkatkan ke negara tujuan.
Koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) Jakarta yang berjaga di gedung eks Kodim, Iwan, membenarkan bahwa pencari suaka tambahan tersebut kebanyakan datang dari Puncak. “Pada datang dari Puncak, mungkin dikabari sama teman-temannya di sini,” kata Iwan di depan gedung eks Kodim, Minggu (1/9).
Jumlah pencari suaka sempat berkurang dari 1.200 menjadi 500 orang setelah dipindahkan pada Jumat dan Sabtu (30-31/8). Namun, saat ini jumlah pengungsi diperkirakan mencapai 700 orang lebih. Artinya, jumlah pencari suaka yang baru sebanyak 200 orang. Selain orang baru, banyak juga pengungsi yang kembali setelah mendapat bantuan dari badan PBB untuk pengungsi atau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).
Meski sudah tak dialiri listrik lantaran genset telah ditarik, gedung eks Kodim masih ramai oleh pengungsi. Tenda-tenda tempat mereka tidur masih berdiri di dalam bangunan maupun di trotoar depan gedung tersebut.
Anak-anak tampak bermain dengan membakar kertas dan dijadikan obor-obor kecil. Di dalam gedung, penerangan para pencari suaka hanya dibantu dengan lilin. Suasana di dalam gedung terasa panas dan pengap. Tak jarang nyamuk-nyamuk datang menggigit. Para pencari suaka pun mengolesi badan mereka dengan obat antinyamuk atau melindungi badan mereka dengan kelambu.
Ada sejumlah kipas angin besar dan kecil, namun karena tak ada listrik, kipas itu tidak ada yang menyala. Para pencari suaka banyak yang memilih beraktivitas di luar agar tidak kegerahan.
Lima toilet serta satu truk tangki air bersih bantuan dari Pemda DKI yang biasanya berada di belakang gedung pun telah tiada. Hanya terlihat empat unit toilet bantuan dari UNHCR, namun tak bisa digunakan. Meski begitu, bantuan bagi para pengungsi masih berdatangan. Sejak siang tadi, setidaknya ada dua gelombang kiriman nasi kotak ke gedung eks Kodim untuk pencari suaka.
Iwan mengaku saat ini pihaknya menunggu arahan dari pemerintah lantaran masih banyak pengungsi yang bertahan. “Kami menunggu arahan saja,” tuturnya.
Sebelumnya, Pemerintah DKI telah menetapkan tenggat penampungan di eks gedung Kodim itu per Sabtu (31/8). Sebanyak 400-an orang telah dipindahkan oleh UNHCR sejak Kamis lalu. Mereka dibekali uang Rp1,0-1,6 juta per orang atau keluarga sebelum ’dilepas’ begitu saja.
Sebagian sisanya masih bertahan sehingga pemerintah pusat memutuskan menunda pengosongan hingga Senin (2/8). Di antara yang masih bertahan itu ada yang mengancam kembali ke trotoar di depan kantor perwakilan UNHCR di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, lokasi mereka semula sebelum dipindahkan Pemerintah DKI ke gedung tersebut.
Sementara salah seorang pencari suaka, Muhammad Sadiq (25), asal Afganistan, mengatakan bahwa listrik sudah tidak menyala sejak Sabtu (31/8). Saat malam hari, suasana menjadi gelap dan membuat Sadiq tak bisa mengenali rekannya yang lain. ”Iya betul, ini kami nggak ada listrik sama sekali. Gelap semua. Ya nggak ada aktivitas kalau malam. Lihat orang saja nggak bisa tahu siapa gitu, karena gelap banget. Gedung itu, ini semua gelap. Panas, banyak nyamuk, gelap,” jelas Sadiq.
Tak hanya listrik, pasokan air bersih pun sudah tidak didapatkan pencari suaka. Namun, mereka masih mendapatkan jatah makanan dua kali sehari. ”(Air, red) sama, nggak ada. (Toilet, red) kita pergi di luar, cari kamar mandi umum. Lumayan jauh,” ucapnya.
Sadiq mengatakan bahwa para pencari suaka akan kembali ke trotoar di depan kantor UNHCR di Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Ia berharap pihak UNHCR mengerti kondisi para pencari suaka. ”Kalau mereka (UNHCR, red) ngerti perasaan manusia ya ini lihat sendiri. Pasti mereka ngerti kalau mereka mau ngerti. Kalau mereka masih punya hati, mereka ngerti gimana situasi di sini,” tutur Sadiq.
Terpisah, Kepala Perwakilan UNHCR Indonesia, Thomas Vargas, mengaku tak dapat berbuat banyak terkait lokasi baru untuk para pencari suaka. UNHCR menyerahkan keputusan kepada para pencari suaka untuk mencari tempat tinggal sendiri setelah penampungan Kalideres ditutup. ”Kami hanya memberi bantuan sebatas untuk bertahan hidup dan membangun proyek agar mereka bisa hidup secara mandiri,” pungkas Thomas. (tem/dtk/mam/run)