METROPOLITAN - Metode pembelajaran bahasa asing di Pesantren Modern Darussalam Gontor ternyata dijadikan rujukan banyak pesantren lain di Indonesia. Bahkan sejumlah universitas dari luar negeri juga sempat menanyakan trik pesantren yang berlokasi di Ponorogo, Jawa Timur, itu dalam mencetak para santri yang lincah berbahasa Arab dan Inggris sekaligus.
Anggota Dewan Pembimbing Bahasa Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ustaz Weldy Ahmad Fayyadhi, mengatakan bahwa kegiatan studi banding sudah sering dilakukan berbagai pesantren di seluruh Indonesia ke Pesantren Gontor.
Metode Gontor dalam mendidik santri mahir berbahasa asing selalu menjadi salah satu materi yang dibahas ketika ada kegiatan studi banding dari pesantren lainnya. ”Bahkan tahun lalu ada salah satu universitas dari Brunei Darussalam yang datang untuk sharing bagaimana metode pembelajaran bahasa asing Gontor,” ujar Weldy.
Hal itu terbilang wajar, sebab pesantren yang berdiri sejak 1926 itu telah banyak menghasilkan lulusan yang mahir dalam berbahasa Arab dan Inggris sekaligus. Penguasaan bahasa asing itu, tutur Weldy, telah membantu banyak santrinya untuk bisa melanjutkan studi di luar negeri. ”Sekarang banyak santri kita yang kuliah di Eropa dan Timur Tengah,” ujarnya.
Metode pembelajaran bahasa asing di Gontor ternyata dilakukan dengan menjadikan bahasa asing sebagai bahasa sehari-hari. Para santri diwajibkan menggunakan bahasa asing selama 24 jam penuh, kecuali ketika di dalam kelas.
Bahasa asing yang digunakan sehari-hari selalu diganti setiap dua pekan sekali. Dua pekan pertama bahasa Arab dan dua pekan selanjutnya bahasa Inggris. Tak hanya itu, setiap pagi para santri juga diwajibkan menghafal kosa kota baru. Minimal tiga kosa kata baru. ”Tidak terlalu banyak, tapi terus-menerus setiap hari,” ucap Weldy.
Sejak lama mendidik para santrinya agar mahir menggunakan bahasa asing, terutama bahasa Arab dan Inggris. Bahkan para santri diwajibkan menggunakan kedua bahasa itu sebagai bahasa percakapan sehari-hari selama 24 jam.
Pendidikan bahasa asing bagi santri dilakukan dengan penerapan dalam semua kegiatan sehari-hari. Sedangkan bahasa Indonesia hanya digunakan saat proses belajar di dalam kelas. ”Aktivitas sehari-hari, selama 24 jam penuh kita terapkan pakai bahasa Arab dan Inggris. Itu sudah diterapkan sejak awal Gontor berdiri,” kata Weldy.
Penggunaan bahasa asing itu, ujar Weldy, dibagi setiap dua pekan per bulannya. Dua pekan pertama menggunakan bahasa Arab dan dua pekan setelahnya menggunakan bahasa Inggris.
Pesantren Gontor juga sangat disiplin dalam menerapkan peraturan untuk wajib berbahasa asing ini. Jika ada santri yang kedapatan tidak menggunakan bahasa asing maka akan dijatuhi sanksi. ”Hukumannya harus membuat dan membacakan cerita dalam bahasa asing yang diterapkan hari itu,” ujar Weldy.
Namun, bagi santri yang ingin lebih meningkatkan kemampuan bahasa asingnya, pesantren yang berdiri pada 1926 itu juga menyediakan kursus. Pengajar di kursus itu sebagian adalah para santri yang sudah mahir berbahasa asing. ”Biasanya santri kelas lima dan enam ikut memberikan kursus bagi santri baru yang ingin belajar,” kata Weldy.(rep/mam/run)