berita-utama

Baba Oyo Sukses Sekolahkan Anak hingga Jadi Pejabat

Jumat, 15 November 2019 | 09:53 WIB
GIGIH: Baba Oyo saat menjajakan arangnya yang ia produksi sejak 1980 hingga kini

METROPOLITAN - Anak adalah anugerah yang dikaruniai Yang Kuasa. Sebagai orang tua, apa saja akan dilakukan demi sang buah hati. Sekalipun harus bertaruh nyawa, orang tua akan rela mengorbankan segalanya untuk anak-anaknya. Hal itu tentu juga dilakukan Niman. Berprofesi sebagai pembuat arang sekaligus menjualnya, bisnis ini sudah ia jalani sejak 1980-an untuk menghidupi istri dan kedua anaknya. "Kalau kerja begini sudah lama dan memang untuk biaya anak saja. Jadi nggak pernah beli ini-itu. Uangnya selalu ke anak," katanya di Jakarta Timur. Tak hanya mengandalkan arang, bapak yang akrab disapa Bapak Oyo itu memiliki pekerjaan lainnya, yakni sebagai kuli tebang pohon di kawasan Jakarta Timur dan Bekasi. Pernah mengalami kegagalan pada pernikahan pertama tanpa dikaruniai anak, membuat Babak Oyo bertekad memberikan segalanya bila suatu hari menikah dan memiliki anak. "Dulu mau dijodohin dan nggak benar akhirnya. Namanya lelaki kan pengin punya anak. Akhirnya pisah dan di tahun 1980 saya nikah lagi. Kemudian punya anak. Dari situ sudah bulat tekad saya untuk berjuang demi anak," ujarnya. Akhirnya apa yang ia lakukan kini membuahkan hasil. Sejak muda, Baba Oyo sudah mempersiapkan segala kebutuhan untuk masa depan anak-anaknya. Setelah puluhan tahun menjual arang, Baba Oyo berhasil menguliahkan anaknya. Di usianya yang sudah senja, ia sudah bisa bernapas lega karena kedua anaknya kini sudah menikah dan hidup mandiri serta hidup berkecukupan. Bahkan memiliki jabatan di tempat bekerjanya. "Saya cuma nggak mau anak-anak kayak saya. Pengin anak-anak bisa sekolah sampai kuliah. Apa aja saya kerjain. Alhamdulillah sekarang semua terbayar. Saya mah nggak mengerti jurusannya apa, tapi dia kerja di rumah sakit," ungkap bapak 60 tahun itu. Meski anaknya sudah sukses, Baba Oyo tetap memilih menjual arang. Baginya, hidup adalah perjuangan. Hal itulah yang membuatnya tak ingin bergantung pada anak-anaknya selama kondisinya masih sehat dan mampu bekerja. "Biar kata anak sudah sukses, nggak mau saya tergantung sama mereka. Ya mungkin ini balasan mereka ke saya. Tapi saya bilang mau tetap jualan arang selama masih kuat jalan," tegasnya. Selain itu, ia memiliki alasan lain mengapa masih bertahan membuat arang. Baba Oyo ingin menjadi generasi pembuat arang terakhir di sisa umurnya dan mengenang semua perjuangannya melalui pembuatan arang. Dari hasil menjual arang, ia mengaku mampu membawa anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang layak. "Sebelum santai kayak sekarang dan jadiin arang ini usaha sampingan, saya dulunya cuma pembuat papan gilasan. Kemudian karena biasa ikut nebang pohon dan lihat banyak kayu sisa, saya mikir ini sayang dan bisa diolah lagi. Akhirnya saya olah jadi arang," katanya. Ketika membuat papan penggilasan, ia mengaku penghasilannya tak seberapa. Apalagi peminatnya semakin lama berkurang semenjak kemunculan mesin cuci. "Awalnya cuma manfaatin dan akhirnya malah jadi keterusan, karena kan hasilnya bisa nambahin pemasukan buat keluarga. Makanya saya nggak mau berhenti buat arang," ungkapnya. (arh/mam/run)

Tags

Terkini