METROPOLITAN - Kisah Irma Tri Resmiawati (23) akhir-akhir ini menjadi perbincangan lantaran telah menekuni profesi tukang tambal ban sejak dua tahun lalu. Meski memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang hampir sempurna, yakni 3,81, di Akademi Pariwisata Nasional Indonesia (Akparindo) Bandung, Irma tetap merendah. Irma masih punya cita-cita. Ia ingin kuliah dan bekerja di kapal pesiar. Itu senada dengan keinginannya yang ingin mengelilingi dunia. Hal itu bukan tanpa alasan, Irma mengaku cita-citanya itu akan ia gapai untuk membanggakan kedua orang tuanya. "Saya ingin banggakan kedua orang tua saya. Biar tidak dipandang rendah. Saya ingin menunjukkan jika anak tukang tambal ban bisa menggapai cita-citanya," kata Irma. Sebelum berprofesi sebagai tukang tambal ban, Irma juga sempat bekerja sebagai guru les bahasa Inggris dan matematika bagi anak-anak sekolah dasar. Untuk mewujudkan cita-citanya itu, saat ini Irma tengah berusaha mengumpulkan uang untuk bisa daftar kuliah. "Itu (cita-cita, red) yang mendorong saya untuk kuliah kembali. Setahun belakangan saya menabung buat bisa kuliah," paparnya. "Tapi apa pun profesinya, yang penting saya ingin buat orang tua saya bangga dan bahagia. Saya ingin bantu mereka," sambungnya. Gadis asal Garut, Jawa Barat, itu mengaku mempunyai kesan saat sekolah. Khususnya saat Irma yang berasal dari keluarga sederhana mendapatkan beasiswa dengan memiliki IPK yang hampir sempurna, yakni 3,81. Bahkan sebagian besar mata kuliah yang diampu mendapat nilai baik. "Alhamdulillah, dari 15 mata kuliah, saya dapat 13 nilai A dan dua nilai B," katanya. Selepas lulus kuliah, Irma berniat mewujudkan cita-citanya, yakni menjadi seorang pegawai di kapal pesiar. Bak gayung bersambut, kabarnya saat ini ia tengah dibidik salah satu perusahaan penyedia jasa kapal pesiar untuk bekerja di sana. "Kemarin sempat ikut marlin test (tes bahasa Inggris untuk pelaut, red) dan dapat nilai 94," ujar Irma. Perempuan berusia 24 tahun itu menjelaskan, kendati kini sudah lulus kuliah dan segera bekerja di tempat lain, ia tetap ingin membantu kedua orang tuanya, terutama sang ayah yang bekerja sebagai tukang tambal ban. "Saya pikir setinggi apa pun pendidikanmu, kamu harus tahu dari mana kamu berasal. Tidak ada yang salah dengan membantu pekerjaan orang tua," katanya. Irma tengah menunggu untuk bekerja di salah satu perusahaan penyedia jasa kapal pesiar. Ia mengaku tak malu menambal ban lagi meski kini teman-temannya banyak dan pendidikannya semakin tinggi. "Selama pekerjaan itu halal, tidak salah kan jika dijalani saja," ungkapnya. (dtk/mam/run)