METROPOLITAN - Nasib baik masih melindungi Armanah (45). Penderita tunanetra itu berhasil selamat dari musibah longsor yang terjadi di Kampung Cikeusal, Desa Pasirmadang, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Rabu (1/1). Saat kejadian, ibu tiga anak itu tengah berada di kamar mandi rumahnya. Tidak ada keanehan yang dirasakan Armanah, namun sepintas terdengar suara teriakan dari warga. Suara teriakan itu terdengar samar-samar, kalah dengan derasnya suara hujan yang mengguyur. Rasa penasarannya muncul, Armanah pun perlahan meraba dinding rumah dan mencoba mencari tahu penyebab teriakan warga. Ia lalumembangunkan suaminya yang tengah tertidur pulas di kamar. ”Waktu kejadian, saya lagi di kamar mandi. Saya dengar teriak-teriak, ada apa ini. Saya nggak tahu karena saya nggak ngelihat,” kata Armanah. Setelah itu, baru diketahui bahwa para warga Cikeusal itu panik berlarian meninggalkan rumah karena ada longsor. Reruntuhan dari atas bukit pun rupanya masih bergerak perlahan dan sudah mulai merusak beberapa rumah warga. Armanah yang berada masih di permukiman di bawahnya, akhirnya ikut menyelamatkan diri bersama warga lainnya. Ia dibantu dengan cara digendong putranya dan dua anaknya yang masih kecil juga dibantu kerabatnya yang lain. “Terus saya ngebangunin suami, itu ada orang teriakteriak ada apa. ’Bangun, bangun, ayo keluar,’ kata saya. Saya sama anak saya yang laki-laki sudah dibawa, sudah digendong. Sudah nggak tahu ke mana ini, nggak tahu apa yang diinjak,” ucapnya. Armanah pun bersama keluarga berhasil menyelamatkan diri dari kediamannya. Namun perjuangan tidak berhenti di situ saja. Semua akses jalan sudah mulai tertutup longsor. Akhirnya, dengan peralatan seadanya, jalan setepak melalui perkebunan dibuka secara darurat untuk akses evakuasi warga. Termasuk jembatan darurat yang dibuat warga menggunakan bambu seadanya. Armanah yang dibantu keluarganya melarikan diri dengan cara digendong pun harus jatuh bangun di tengah hujan karena terjalnya akses yang dilalui. Saat warga satu per satu melewati jembatan darurat saat longsor masih terjadi, tak sedikit warga tercebur ke aliran lumpur sedalam satu meter. ”Saya kecebur juga pas lewat lumpur. Katanya banyak juga warga yang kecebur, itu pas lewat kali,” imbuhnya. ”Nggaak ada barang yang saya selametin atau bawa apa. Baju saja saya dikasih, pas nyampai ke masjid (pengungsian, red). Saya terima kasihnya sudah anak saya selamat, saya selamat. Saya di situ nangis dan hampir pingsan, saya sudah sampai digendong sama orang-orang desa,” sambung Armanah. Cobaan yang mendera keluarga Armanah rupanya belum juga usai. Sebab, Kampung Cikeusal merupakan kampung di Desa Pasirmadang yang merupakan salah satu desa yang paling terisolasi di Kabupaten Bogor. Di pengungsian, Armanah harus hidup dengan persediaan makanan seadanya karena bantuan kemanusiaan ke lokasi itu sulit dijangkau. Bahkan anaknya, Lia (16) dan Aan (11), di hari ketiga pascalongsor jatuh sakit di pengungsian dan sulit mendapat bantuan pengobatan. ”Anak dua-duanya sakit, demam. Saya juga nggak bisa ngelihat, susah ngurus anak. Lia sakitnya dari hari Minggu dan yang ini Aan, dari semalam, tadi pingsan dia,” bebernya. Armanah pun hanya bisa menemani anak-anaknya itu di pengungsian dengan tanpa memberikan obat apa pun. Sesekali ia hanya bisa memijit anak-anaknya terbaring lemas menunggu bantuan datang. (tib/rez/run)