METROPOLITAN- Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) sepertinya menjadi ‘surga’ bagi para penambang liar. Dari laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), ada 391 lubang emas ilegal yang berhasil ditemukan. Tak ayal, Sabtu (1/2), Polda Jawa Barat dan Polres Bogor turun mengeksekusi penutupan lubang yang selama ini kerap dieksploitasi tanpa tanggung jawab. Gurandil. Begitulah istilah beken bagi para penambang liar. Di Bogor Barat, pekerjaan ini jadi andalan. Tak butuh alat mahal untuk melakukannya. Bermodal pahat besi dan palu, gurandil ini bisa menembus lubang ratusan meter yang lokasinya ada di kawasanTNGS. Biasanya, satu lubang dikerjakan minimal 20 orang. Mereka pun mau tak mau, bermalam dalam lubang selama dua hari dua malam. “Tergantung kedalaman lubang. Semakin dalam, bisa sampai 100 orang yang garap,”ungkap RD, eks gurandil. Untuk mendukung aksinya, biasanya tiap lubang ada yang mengawasi. Danlob-begitu mereka menyebutnya. “Danlob itu Komandan Lubang. Jadi dia yang berjaga di mulut lubang. Tugasnya juga untuk mengatur para gurandil yang masuk dan keluar lubang,”ujarnya. Para gurandil ini sengaja memilih area yang curam dan rimbun semak belukar. Lokasinya bisa mencapai puluhan kilometer dari pemukiman warga. Kata RD, itu trik gurandil agar lolos dari kejaran petugas. Setelah berhasil mengeruk isi perut bumi, bongkahan batu emas itu diangkut dengan gerobak. Tak heran, saat polisi menutup lubang, ada jalur kereta di dalam lubang tersebut. “Satu gerobaknya berisi 10 kilo bahan emas. Jika dirupiahkan menghasilkan Rp300 hingga Rp500 ribu.,”ucapnya. Menurut RD, ada dua cara yang biasa dilakukan gurandil untuk mengeluarkan hasil kerukannya. Pertama menggunakan erekan semacam timbaan sumur dan menggunakan kereta gerobak ditarik menggunakan tali keluar mulut lubang. "Isi gerobak itu biasanya membawa bobot seberat 10 kilo. Kalau hasilnya setelah diolah menghasilkan 1-2 gram emas dengan harga Rp500 ribu,"kata RD yang saat ini sudah tak melakukan aksinya pasca bencana. [lazy-load-videos-and-sticky-control id="GdumvP-iDK0"] Seperti diketahui, pada Sabtu (1/2) lalu polisi telah menutup lubang emas ilegal di dua wilayah berbeda. Pertama, menutup 13 lubang di wilayah Cikoret, dan 10 lainnya di wilayah Cisuren, Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung. Dilokasi, petugas menemukan perkakas dapur, seperti panci, gelas dan piring, serta tiga gubuk terbuat dari tiang kayu dengan beratap terpal. Kapolres Bogor AKBP Muhamad Joni mengatakan, dari hasil penutupan ini, sudah melakukan sosialisasi setiap hari oleh Babinkantibmas termasuk Polsek. Diharapkan pertambangan ilegal itu bisa dihentikan dengan cara sosialisasi. Karena, setiap lobangnya dipekerjakan 40 orang hingga 100 orang. "Mereka bisa berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Karena sebelum dapat hasil, mereka tidak pulang. Sebelum kesana para gurandil membawa genset, dan peralatan lainnya,"kata Joni. Sementara itu, Karo Ops Polda Jabar, Kombes Pol Stephen M Napiun, mengatakan, saat memimpin penertiban lubang emas tanpa ijin. Ditemukan lubang paling lengkap, selain ada jalur kereta gerobak, terdapat tiga gubug saung yang dihuni para petambang. "Jalur gerobak seperti kereta ini, salah satu transfortasi gerobak kayu untuk membawa bahan emas keluar,"ucap Stephen. Dari hasil operasi itu, sambung Stephen, sedikitnya petugas menutup 23 lubang yang terbagi didua tempat. Pertama diarea Cikoret dan Cisuren. Kedepan, kepolisian akan meningkatkan patroli secara rutin, agar tidak ada lagi para petambang liar. "Para petambang emas tanpa ijin ini, salah satu faktor utama terjadinya bencana longsor. Bahkan jat yang digunakan untuk mengolah bahan emas itu sangat berbahaya,"tegas Stephen.(mul/c/feb)