Di saat orang menghindari virus corona atau Covid-19, Wita Tamala justru melakukan hal sebaliknya. Demi menunaikan tugasnya sebagai perawat, ia justru bersentuhan langsung dengan paisen terpapar virus mematikan tersebut TAK Cuma Wita, hampir tenaga medis di sejumlah rumah sakit rujukan jadi lebih sibuk dari biasanya. Perawat maupun dokter yang menangani siaga memantau kondisi pasien yang sudah positif maupun terduga terpapar virus corona. Wita Tamala telah mengabdikan diri di RSUP Persahabatan, JakartaTimur, selama lima tahun sebagai perawat Namun, baru satu tahun belakangan ia ditempatkan di ruang isolasi untuk merawat pasien. Kini, saat virus Covid-19 mewabah, bahkan dinyatakan pandemi oleh organisasi kesehatan dunia alias WHO, Wita harus merawat pasien yang terisolasi. Baik positif Covid-19 maupun Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Saat virus Covid-19 masuk ke Tanah Air dan ada pasien yang harus diisolasi di RSUP Persahabatan, mau tidak mau tugas memanggilnya untuk merawat para pasien tersebut. Ia awalnya mengaku takut. Tak hanya dirinya, sebanyak 48 perawat yang bertugas di ruang isolasi pun merasakan hal sama. ”Kalau dari saya dan teman-teman ada rasa sakit. Tapi kan ini tugas, makanya kita berusaha senang, kan sudah dibekali Alat Pelindung Diri (APD), masker, jubah, sama harus high hygiene,” ujar Wita di kantornya, Jumat (13/3). Wita mengaku takut, namun seiring berjalannya waktu, rasa takut itu hilang. Ia percaya selama mengikuti prosedur, maka dirinya akan aman dari tertular penyakit. Bekerja di ruang isolasi dengan pasien yang penyakitnya kini menjadi perhatian serius oleh dunia, Wita mengaku sudah meminta izin kepada keluarganya. Beruntung keluarganya menerima karena hal tersebut merupakan tugas. ”Kalau ke keluarga saya juga menjelaskan, kata keluarga jaga kesehatan, minum minuman bergizi, minum vitamin, sama makanan bergizi,” katanya. Tak ada kata lelah bagi Wita untuk merawat para pasien yang terisolasi. Bahkan saat kondisi kesehatannya sedikit menurun, Wita tetap harus bekerja. Yang menyedihkan baginya adalah saat mendengar keluhan dari pasien. Wita mengaku kerap mendengarkan curhatan para pasien. Menurut Wita, obrolan yang dijalin seputar perjalanan pasien saat ke luar negeri dan interaksi mereka dengan warga negara asing. ”Ya tentang dia jalan-jalan ke Eropa, dia ketemu orang-orang itu gimana di sana,” katanya. Curhatan tersebut dirasa Wita efektif meminimalisasi ketakutan pasien terhadap dampak Covid-19 selama masa penyembuhan di ruang isolasi Pinere. Perawat juga menanyakan seputar keluhan pasien dan domisili tinggal. ”Biasanya saya tanya kenapa bisa dapat keluhan seperti ini, dia jalan jalan kemana. Semua kita tanya ke pasien, dan pasiennya juga jawab dengan baik,” katanya. ”Kita selalu tanya keluhan pasien, berasal dari mana, habis jalan-jalan ke mana, curhat-curhatan juga sama pasien, biar lebih dekat dengan pasien,” tandasnya. (akr/feb/run)