METROPOLITAN - Setelah melakukan rapat koordinasi dengan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil terkait rencana Rapid Test Covid-19 secara massal di beberapa wilayah, pada Minggu (22/3) lalu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor dipastikan ’cuma’ mendapat jatah alat tes untuk seribu orang saja. Padahal, Bumi Tegar Beriman masuk zona merah lantaran jumlah kasusnya tinggi di Jabar, bersama Kota Depok, Kota Bogor dan Bekasi. Sehingga, jumlah alat tersebut diprioritaskan untuk orang dengan status Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang kini ada di beberapa rumah sakit se-Kabupaten Bogor, Orang Dengan Risiko (ODR) seperti perawat dan dokter yang menangani pasien corona dan Orang Dalam Pemantauan (ODP). ”Serta orang-orang yang ada di lingkar aktivitas pasien positif di Kabupaten Bogor. Misalnya keluarganya, itu yang kita prioritaskan dites dengan ini. Yang urgen dulu,” kata Bupati Bogor Ade Yasin selepas rapat terbatas di Gedung Tegar Beriman, Cibinong, Senin (23/3). Apalagi, sambungnya, orang-orang dengan status PDP yang dengan dirawat di beberapa RS, seperti RSUD Cibinong, RSUD Leuwiliang, RSUD Ciawi hingga RSPP Cisarua, hingga kini belum diperiksa. Sehingga belum bisa diketahui status positif Covid-19 atau tidak. Sedangkan untuk skema pelaksanaan Rapid Test Covid-19, akan dilakukan berbeda-beda sesuai status orang yang akan diperiksa. Ia menyebut hasil Rapid Test Corona bisa segera diketahui hari itu juga karena prosesnya yang cepat. ”Untuk status PDP karena sekarang sedang dirawat di RS, jadi tesnya di sana. Jadi nanti PDP bisa dipastikan. Kalau negatif langsung dipindah. Makanya ruang isolasi kita penuh karena belum ada yang dites. Itu sama seperti ODR perawat dan dokter. Sedangkan untuk ODP dan lingkar pasien positif, akan dilakukan door to door,” ungkapnya. Sehingga AY, sapaan karibnya, juga memastikan bahwa pelaksanaan Rapid Test Covid-19 tidak akan dilakukan di Stadion Pakansari. Sebab, sebelumnya, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengusulkan tiga lokasi untuk Rapid Test massal se-Jabar. Salah satunya Stadion Pakansari untuk menjadi tes massal warga tiga daerah, yakni Kabupaten Bogor, Kota Bogor dan Kota Depok. Hal itu pun ditolak mentah-mentah oleh AY. ”Akhirnya gubernur pun menyerahkan lokasi tes kepada masing-masing daerah. Tadinya memang diusulkan di Pakansari, tapi saya nggak rela Stadion Pakansari jadi tempat lalu-lalang mereka (ODP, PDP atau pasien positif, red). Apalagi kita juga kan masuk daerah rawan. Sehingga kita berkeputusan masing-masing saja, tidak perlu disatukan beberapa wilayah dalam satu lokasi. Yang jelas pola pemeriksaannya sama, sesuai prioritas,” terang ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Jabar itu. Selain itu, meskipun sudah masuk zona merah dengan jumlah kasus Covid-19 tinggi se-Jabar, AY juga memastikan Kabupaten Bogor belum menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) dan baru menerapkan status Siaga Darurat Bencana. Sejauh ini, pasien positif Covid-19 di Kabupaten Bogor berasal dari tiga kecamatan, yakni Kecamatan Bojonggede, Cibinong dan Gunungputri. ”Itu termasuk yang akan kita dahulukan untuk tes, karena masuk zona merah. Nanti kita sisir lagi mana yang harus jadi prioritas,”tegasnya. Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Bogor Rudy Susmanto menuturkan, jumlah seribu alat Rapid Test Covid-19 yang menjadi jatah untuk Kabupaten Bogor dirasa cukup jika hanya untuk mengkaver warga dengan status PDP dan ODP. Namun jika membandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Bogor yang mencapai 5,9 juta jiwa, tentu tidak relevan dan cukup jomplang. ”Kalau bicara perbandingan jumlah penduduk tidak relevan, kalau untuk pasien PDP dan ODP lumayan membantu,” paparnya. Sehingga politisi Partai Gerindra itu menambahkan, pelaksanaan tes dilakukan di RS saja ketimbang melakukan tes massal di satu titik lokasi. Ia memprediksi pelaksanaan tes akan membeludak jika tidak dikelola secara mandiri oleh pemda, tidak hanya untuk warga prioritas. ”Lima persen warga Kabupaten Bogor saja bisa ratusan ribu. Alatnya cuma seribu, makanya kita saran ya serahkan alat di kita, kita yang tentukan. Yang jelas satu yang harus diperhatikan. Dengan tes ini, bisa saja yang positif melonjak. Ini harus ada antisipasi,” ujar Rudy. Ia juga menekankan pemerintah pusat untuk tegas mengambil kebijakan, jangan sampai daerah kebingungan atau menerapkan aturan yang ujung-ujungnya tidak maksimal. (ryn/b/mam/run)