METROPOLITAN - Usai keluarnya keputusan Kementerian Perhubungan yang menolak usulan lima kepala daerah soal pemberhentian sementara operasional KRL Commuter Line selama penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), jajaran Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melakukan peninjauan langsung ke Stasiun Bogor untuk memastikan penerapan PSBB berjalan sesuai harapan. Tak hanya Pemkot Bogor, kunjungan tersebut juga dihadiri Direktur Prasarana pada Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Edi Nursalam. ”Dari pantauan, tidak tampak antrean penumpang seperti yang terjadi pada pekan sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan jam operasional commuter line dimajukan menjadi jam 04:30 WIB, dari sebelumnya mulai beroperasi pada jam 06:00 WIB,” kata Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim kepada awak media. Dedie menilai penumpukan penumpang yang terjadi pada pekan lalu tak terjadi pada pekan ini. Pasalnya, pihak PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) sudah mengubah jam operasionalnya. ”Pagi ini kita melihat situasi di Stasiun Bogor lebih landai, tidak ada penumpukan penumpang seperti pekan lalu. Jadi dengan perubahan jam operasional begini, paling tidak ada jalan keluar untuk memastikan physical distancing dan sosial distancing di dalam gerbong,” ujarnya. Selain itu, Bupati Bogor Ade Yasin ikut meninjau langsung pengamanan yang dilakukan di Stasiun Bojonggede, Senin (20/4) pagi. Hasilnya, meskipun ada penurunan jumlah penumpang commuter line sekitar 24 persen, ia masih menemukan hal-hal yang berpotensi mengurangi efektivitas kebijakan PSBB. ”Penurunan penumpang di (Stasiun, red) Bojonggede sudah 24 persen. Artinya tinggal 76 persen. Ya intinya buat saya, PSBB yang tinggal sembilan hari ini belum maksimal,” katanya usai meninjau aktivitas warga di Stasiun Bojonggede, Senin (20/4). Ia menjelaskan, pengamanan dilakukan berdasarkan surat yang diberikan kepada lima kepala daerah, yang punya stasiun, seperti Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Bekasi dan Depok, yang diminta ikut mengamankan kemungkinan kepadatan hari pertama kerja. ”Kami diperbantukan keamanan di beberapa titik di stasiun. Suratnya kemarin kami terima. Kami terjunkan aparat pengamanan untuk amankan di sini, stasiun-stasiun di Kabupaten Bogor,”jelas AY, sapaan karibnya. Dari hasil peninjauan, sambungnya, ada beberapa catatan, di antaranya kepadatan masih terjadi meskipun ada penurunan jumlah orang. Terlihat dari masih ada tempat duduk prioritas justru digunakan warga biasa, karena tidak ada lagi space untuk menerapkan phsycal distancing. Selain itu, masih banyak penumpang yang berdiri. Ia juga sempat berbicang dengan penumpang commuter line dan mengaku miris karena justru banyak pekerja yang bekerja di Jakarta, justru bukan dari sektor pekerjaan yang di kecualikan dalam PSBB. ”Ada yang dari bank, itu oke lah. Tapi ada juga bapak-bapak, saya tanya bukan dari sektor yang dikecualikan. Katanya harus datang karena ada rapat, dan nggak bisa via online dengan berbagai alasan lah. Nah, ini catatan,” ujarnya. Ia pun meminta Pemprov DKI Jakarta lebih tegas kepada perusahaan sektor di luar pengecualian dalam PSBB agar secara penuh menerapkan kerja di rumah jika ingin memutus mata rantai Covid-19 di Jabodetabek. Selain itu juga ia mengimbau warga akan meningkatkan kedisiplinan dengan konsisten memakai masker dan sarung tangan bila menggunakan transportasi umum karena bakal memegang ini-itu. ”Tinggal itu saja yang belum bisa. Saya sih berharap untuk mengurangi jumlah penumpang, kantor-kantor yang tidak dikecualikan di DKI (Jakarta) seharusnya sudah WFH (Work From Home, red) ya. Pemprov harus lebih ditegaskan lagi, yang masih mempekerjakan karyawannya, selain yang delapan sektor pengecualian itu. Kalau mau efektif,” ungkapnya. Terpisah, Corporate Communication Manager PT KCI Adli Hakim Nasution menambahkan, secara umum pihaknya sudah menyiapkan sejumlah kebijakan internal untuk mendukung program pemerintah dalam hal penerapan PSBB. Seperti mewajibkan para pengguna commuter line menggunakan masker, mengubah jam operasional hingga melakukan pengurangan perjalanan. Perubahan jam operasional dan pengurang jumlah perjalanan. Kebijakan secara otomatis mengurangi jumlah perjalanan normal KRL di setiap harinya. Yang semula 991 perjalanan kini menjadi 761 perjalanan. ”Normalnya 991 perjalanan. Tapi saat pemberlakuan kebijakan ini berubah menjadi 761 perjalanan. Jadi ada dampak pengurangan perjalanan pada KRL nantinya,” tutupnya. Direktur Prasarana BPTJ Edi Nursalam berharap penerapan PSBB ini bisa memberikan dampak positif seperti yang diharapkan. Sebab, targetnya mengurangi pergerakan orang semaksimal mungkin untuk dan bisa memutus mata rantai penyebaran Covid-19. ”Tentu untuk menyukseskan PSBB ini diperlukan koordinasi dan kerja sama semua pihak, mulai dari antarinstansi pemerintah hingga masyarakat. Kita semua tentu ingin semua ini cepat berakhir,” tutupnya. (ogi/ryn/mam/run)