berita-utama

Kerja Dipecat, Gas dan Beras Orang Diembat

Kamis, 23 April 2020 | 10:46 WIB

Wabah virus corona atau Covid-19 membuat orang gelap mata. Apalagi banyak yang diputus kerja secara tiba-tiba. Seperti Oma (30), salah satu korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang nekat mengembat tabung gas milik warga. Demi kebutuhan keluarga, ia nekat mencuri hingga habis dihajar massa. WARGA Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabu­paten Bogor, Jawa Barat, itu nekat mencuri tabung gas di sebuah warung kelontong. Sebelumnya, Oma merupakan karyawan di salah satu pabrik sandal. Namun sejak kena PHK, ia terpaksa mencuri lantaran tak punya uang untuk menutupi kebutuhan hidupnya. Namun, aksinya keburu di­gagalkan warga lantaran je­ritan korban mengundang perhatian. Oma pun tepergok saat sedang mengambil tabung gas hingga membuatnya tak bisa melarikan diri. Oma ter­kepung hingga habis dihajar massa. Pelaku langsung dibawa ke Polsek Tamansari beserta barang bukti. Oma yang di­ketahui sehari-hari sebagai pekerja pabrik itu mengaku perbuatannya itu terpaksa lantaran tidak memiliki uang untuk makan istri dan anaknya. ”Sebenarnya saya nggak mau (nyuri, red) tapi kasihan sama anak-istri belum makan. Anak ada empat,” katanya. Sebelum mencuri, Oma mengaku sempat bertengkar hebat dengan istrinya dan diusir dari rumah pada Jumat (17/4). Tak tahan dengan oce­han istri dan tangisan sang anak, membuatnya putus asa. Lebih-lebih tempat kerjanya sudah gulung tikar akibat dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ter­kait virus corona atau Covid-19. ”Awalnya bertengkar sama istri gara-gara disuruh cari uang. Kalau nggak, pulangnya dimarahin terus. Akhirnya terpaksa ngambil. Tapi saya sempat ragu juga waktu itu. Ngambil nggak, ngambil ng­gak. Akhirnya ngambil dan ini baru pertama kali,” ung­kapnya. ”Tiga minggu nggak kerja, pabrik tutup karena virus (co­rona, red) itu jadi terpaksa (mencuri, red) juga. Dan ta­bung gas sudah dibalikin lagi. Saya sempat lari waktu itu. Karena terpojok, akhirnya ditangkap dan dipukulin massa,” imbuhnya. Oma mengaku sampai hari ini tidak berani pulang me­nemui istri dan empat anaknya di Kecamatan Tamansari ka­rena belum memiliki uang. Ia pun terpaksa harus tinggal bersama orang tuanya di Ke­camatan Cijeruk. Kapolsek Tamansari Ipda Kusnadi membenarkan ada­nya peristiwa tersebut yang terjadi di Kampung Cimang­lid, RT 04/01, Desa Suka­mantri, Kecamatan Taman­sari, Kabupaten Bogor. Kusnadi mengatakan, pria tersebut tinggal bersama istri dan empat anaknya. Kesulitan ekonomi dan kebutuhan hidup memaksanya untuk pertama kali mencuri. Awalnya, lanjut Kusnadi, polsek mendapat laporan pencurian, yang kemudian memerintahkan mengecek kediaman pria tersebut dan mencari tahu kondisi sebe­narnya. Setelah diperiksa, keterangan pria tersebut ter­nyata benar adanya hingga akhirnya polisi memanggil kedua orang tua pelaku. ”Iya benar (pencurian, red), tapi itu sudah diserahkan ke keluarganya. Latar belakang kasus ini setelah kita periksa, si pelaku lapar setelah di-PHK karena corona dan bingung mau cari makan ke mana,”bebernya. Namun saat tertangkap dan ketahuan mencuri, pria ter­sebut dimaafkan korban dan bahkan diberi bantuan. Ia menyebut korban atas nama Kokom merasa iba me­lihat seorang ayah yang men­curi karena lapar. Bahkan, ia tak tega memperkarakan ke pihak kepolisian. ”Secara persuasif kita pang­gil keluarganya, karena pela­ku ini kan baru di-PHK juga. Jadi akhirnya ada kesepakatan antara korban dan pelaku ini. Korban (Kokom, red) bahkan ngasih sembako karena me­rasa iba melihat pelaku ini di-PHK. Jadi nggak diperpan­jang lagi kasusnya dan sudah selesai. Pelaku juga sudah aman di rumah ibunya,” be­bernya. Tak hanya Oma. Di Medan, ada pula seorang kepala kelu­arga yang nekat mencuri be­ras seberat 5 kg. Atek menga­ku mencuri karena sudah tak bisa menahan lapar. Bekerja sebagai tukang bubut, ia tak lagi memiliki penghasilan akibat pekerjaan yang sepi sejak virus corona merebak. ”Dia sudah sangat lapar se­kali, berhubung apa pun su­dah tidak ada yang bisa di­masak untuk dimakan,” ung­kap Kapolsek Medan Baru Kompol Martuasah Tobing. Ia juga menyebut istri serta tiga anak Atek sudah pergi ke rumah orang tua istrinya ka­rena kelaparan. Atek disebut mengaku tak punya uang lagi untuk makan. Bukan cuma pekerja yang dibuat pusing. Kalangan pengusaha juga harus memutar otak da­lam menghadapi ekonomi sulit di tengah pandemi ini. Wakil Ketua Kadin Kota Bo­gor Bidang Konstruksi Agus Lukman mengatakan, dengan munculnya bencana nasional ini, pihaknya terpaksa mene­lan pil pahit. Itu terkait pen­ghentian pengadaan barang dan jasa karena kebijakan pemerintah, yang ditujukan kepadaOrganisasi Perangkat Daerah (OPD), dengan ditan­datangani Sekda Kota Bogor Ade Sarip Hidayat. “Untuk pekerjaan yang sudah lelang pun, dari tujuh paket hampir setengahnya dibatal­kan. Kemudian yang telah dikerjakan tidak bisa dibay­arkan karena uangnya tidak ada. Jelas ini membingungkan atau membuat galau kami sebagai pelaku usaha,” ung­kapnya. Satgas Kadin Tumpal Pan­jaitan menilai sebaiknya pem­kot tidak menghilangkan sama sekali paket proyek yang sudah direncanakan. Bisa saja ribuan pekerjaan yang sifatnya Penunjukan Langsung (PL) masih bisa dikerjakan. Konkretnya, sambung Tum­pal, pekerjaan itu bisa dila­kukan secara padat karya, dengan melibatkan warga Kota Bogor dalam menyele­saikan proyek-proyeknya. Atau langkah lainnya, semua pe­kerjaan menjadi pekerjaan multi years. ”Kita memang belum tahu kapan wabah ini selesai. Se­hingga alangkah baiknya se­mua paket bisa dikerjakan secara multi years. Jika dalam satu proyek biasa mempeker­jakan sepuluh orang, lalu ada 3.000 proyek kecil, kan bisa menampung 30.000 tenaga kerja. Namun kalau sampai nanti tidak ada proyek, ya mereka terancam kena PHK dan tidak memiliki pekerjaan,” tandasnya. (dil/c/feb/run)

Tags

Terkini