berita-utama

Ratusan Penumpang KRL Dites Swab

Selasa, 28 April 2020 | 02:59 WIB

METROPOLITAN - Sebanyak 350 penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line di Sta­siun Bogor melakukan swab test, atau peme­riksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) Covid-19. Pengambilan spesimen secara acak itu dilakukan untuk menganalisis penyebaran Co­vid-19 pada moda transportasi publik. Anggota Tim Gugus Tugas Provinsi Jawa Barat Divisi Pelacakan Kontak dan Deteksi Dini, Dedi Mulyadi, menjelaskan kegiatan tersebut untuk memastikan ada atau tidaknya Covid-19 yang dibawa penum­pang KRL. ”Seperti kita keta­hui bersama, stasiun maupun dalam gerbong kereta kerap dituding menjadi salah satu tempat penyebaran virus co­rona. Makanya kita lakukan swab test,” katanya.­ Dari total PCR Covid-19 yang disediakan, 300 di antaranya digunakan untuk mengecek para penumpang. Sementara 50 sisanya diperuntukkan bagi operator KRL Commuter Line. ”Pemeriksaan dilakukan secara acak, dibagi dalam dua sampling, yaitu kedatangan dan keberangkatan. Penum­pang juga kita lakukan cek awal, seperti suhu tubuh,” ujarnya. Dedi menambahkan, pe­numpang yang diperiksa ber­dasarkan usia yang mempu­nyai risiko tinggi. Sehingga kurang lebih dari 300 peme­riksaan, 200 penumpang yang berusia 50 tahun ke atas. ”Kita sampling seperti apa hasilnya, semoga bisa meng­gambarkan apakah ada penye­baran di KRL atau tidak. Ar­tinya kita akan meyakinkan kepada pemerintah provisi, kota, kabupaten maupun pu­sat, dengan hasil sempel se­perti ini bahwa KRL perlu ada treatment khusus. Ada skema yang berbeda dari SOP. Tapi mungkin jika risikonya lebih tinggi jadi pertimbangan,” ucapnya. Dari hasil analisis yang dila­kukan, sumber penyebaran yang diperoleh dari beberapa kasus positif di Jawa Barat awalnya hanya dari luar ne­geri. Kemudian bergerak menjadi klaster-klaster dan saat ini bergerak ke local trans­mission. ”Jadi pergerakan orang dari Jakarta, Bekasi dan Bogor, mulai dari kasus postif sampai meninggal. Nah dari jumlah ini, kurang lebih se­kitar 30 persenan yang kita tracking, yang paling ditakuti di titik mobilisasi masyarakat di terminal, pelabuhan, ban­dara dan kereta api,” katanya. Ia menargetkan hasil swab test yang dilakukan bisa kelu­ar dalam waktu dekat ini. Sehingga pemerintah bisa ambil sikap, apakah benar KRL menjadi salah satu media penyebaran Covid-19 terbesar atau tidak. ”Hasilnya ditarget­kan keluar tiga hingga empat hari ke depan, dan akan disam­paikan ke masing-masing orang yang diperiksa swab test melalui nomor kontak yang diisi di formulir,” beber­nya. ”Sedangkan khusus yang positif akan dikomunikasikan dengan Dinkes Kota Bogor untuk dilakukan treatment berikutnya. Begitu juga yang hasil pemeriksaan swab test negatif diimbau untuk iso­lasi mandiri,” tambahnya. Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menjelaskan, random test seperti ini masuk salah satu catatan dan permintaan lima daerah di Bogor, Depok dan Bekasi, yang menginginkan adanya rapid test bagi para penumpang transportasi pu­blik secara acak untuk menja­ring penumpang yang terin­dikasi sebagai carrier atau pembawa virus. “Kita harapkan tentunya risiko semakin rendah, pe­numpang juga semakin sadar social atau physical distancing. Di Kota Bogor sendiri kurva­nya landai tapi penumpang KRL itu kan saling terinte­grasi,” katanya. ”Bogor tidak berdiri sendiri. Jabodetabek saling terkait satu sama lain, jadi satu kesa­tuan atau episentrum. Intinya semua wilayah di Bodebek harus bersama-sama untuk atasi Covid. Bagi kami, yang penting kita lakukan bersama-sama langkah secara terus-menerus untuk menekan penyebaran Covid,” ungkap­nya. (ogi/mam/run)

Tags

Terkini