METROPOLITAN - Sebanyak 350 penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line di Stasiun Bogor melakukan swab test, atau pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) Covid-19. Pengambilan spesimen secara acak itu dilakukan untuk menganalisis penyebaran Covid-19 pada moda transportasi publik. Anggota Tim Gugus Tugas Provinsi Jawa Barat Divisi Pelacakan Kontak dan Deteksi Dini, Dedi Mulyadi, menjelaskan kegiatan tersebut untuk memastikan ada atau tidaknya Covid-19 yang dibawa penumpang KRL. ”Seperti kita ketahui bersama, stasiun maupun dalam gerbong kereta kerap dituding menjadi salah satu tempat penyebaran virus corona. Makanya kita lakukan swab test,” katanya. Dari total PCR Covid-19 yang disediakan, 300 di antaranya digunakan untuk mengecek para penumpang. Sementara 50 sisanya diperuntukkan bagi operator KRL Commuter Line. ”Pemeriksaan dilakukan secara acak, dibagi dalam dua sampling, yaitu kedatangan dan keberangkatan. Penumpang juga kita lakukan cek awal, seperti suhu tubuh,” ujarnya. Dedi menambahkan, penumpang yang diperiksa berdasarkan usia yang mempunyai risiko tinggi. Sehingga kurang lebih dari 300 pemeriksaan, 200 penumpang yang berusia 50 tahun ke atas. ”Kita sampling seperti apa hasilnya, semoga bisa menggambarkan apakah ada penyebaran di KRL atau tidak. Artinya kita akan meyakinkan kepada pemerintah provisi, kota, kabupaten maupun pusat, dengan hasil sempel seperti ini bahwa KRL perlu ada treatment khusus. Ada skema yang berbeda dari SOP. Tapi mungkin jika risikonya lebih tinggi jadi pertimbangan,” ucapnya. Dari hasil analisis yang dilakukan, sumber penyebaran yang diperoleh dari beberapa kasus positif di Jawa Barat awalnya hanya dari luar negeri. Kemudian bergerak menjadi klaster-klaster dan saat ini bergerak ke local transmission. ”Jadi pergerakan orang dari Jakarta, Bekasi dan Bogor, mulai dari kasus postif sampai meninggal. Nah dari jumlah ini, kurang lebih sekitar 30 persenan yang kita tracking, yang paling ditakuti di titik mobilisasi masyarakat di terminal, pelabuhan, bandara dan kereta api,” katanya. Ia menargetkan hasil swab test yang dilakukan bisa keluar dalam waktu dekat ini. Sehingga pemerintah bisa ambil sikap, apakah benar KRL menjadi salah satu media penyebaran Covid-19 terbesar atau tidak. ”Hasilnya ditargetkan keluar tiga hingga empat hari ke depan, dan akan disampaikan ke masing-masing orang yang diperiksa swab test melalui nomor kontak yang diisi di formulir,” bebernya. ”Sedangkan khusus yang positif akan dikomunikasikan dengan Dinkes Kota Bogor untuk dilakukan treatment berikutnya. Begitu juga yang hasil pemeriksaan swab test negatif diimbau untuk isolasi mandiri,” tambahnya. Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menjelaskan, random test seperti ini masuk salah satu catatan dan permintaan lima daerah di Bogor, Depok dan Bekasi, yang menginginkan adanya rapid test bagi para penumpang transportasi publik secara acak untuk menjaring penumpang yang terindikasi sebagai carrier atau pembawa virus. “Kita harapkan tentunya risiko semakin rendah, penumpang juga semakin sadar social atau physical distancing. Di Kota Bogor sendiri kurvanya landai tapi penumpang KRL itu kan saling terintegrasi,” katanya. ”Bogor tidak berdiri sendiri. Jabodetabek saling terkait satu sama lain, jadi satu kesatuan atau episentrum. Intinya semua wilayah di Bodebek harus bersama-sama untuk atasi Covid. Bagi kami, yang penting kita lakukan bersama-sama langkah secara terus-menerus untuk menekan penyebaran Covid,” ungkapnya. (ogi/mam/run)