berita-utama

Jualan Kue demi Hidupi 8 Anggota Keluarga

Selasa, 23 Juni 2020 | 08:35 WIB

Masa kecil adalah masa paling bahagia bagi anak-anak. Bermain dengan teman sebaya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Namun apa jadinya jika sejak kecil kita sudah harus mencari nafkah. Hal itu seperti yang dirasakan Endriyanto. BOCAH sembilan tahun itu terpaksa menjadi tulang punggung untuk men­ghidupi keluarganya. Tidak tanggung-tanggung, Endriyanto harus menghidu­pi delapan anggota keluarga­nya dengan berjualan kue keliling. ”Jualan risol sama kue, keliling desa,” kata Endriyanto seperti dikutip dari akun YouTube TRANS7 OFFICIAL, Senin (22/6). ”Gemblong sama pastel, onde-onde,” sambungnya.­ Bekerja dengan keras me­mang akan membuahkan hasil yang setimpal. Begitu pula dengan Endriyanto. Jua­lan aneka kue itu memberikan keuntungan bagi Endriyanto. Meski kecil, namun itu sudah lebih dari cukup. ”Untungnya kadang Rp50 ribu, kadang Rp100 ribu,” ungkapnya. Saat ditanya uang keun­tungan untuk apa, Endriyan­to justru memberikan jawaban yang di luar pemikiran. Ba­gaimana tidak, hasil kerja kerasnya berjualan keliling itu uangnya digunakan untuk memenuhi dan membayar keperluan keluarganya. ”Bu­at Bude, buat bayar utang sama beli susu dedek (adik, red),” jawabnya dengan polos. Endriyanto juga menjelaskan alasannya sudah bekerja di usianya masih muda. Bukan mencari uang untuk ke­senangannya, diakuinya ia bekerja untuk membantu orang tua. ”Karena biar membantu pengin orang tua lah,” jawab Endri saat ditanya alasan ber­jualan keliling. ”Karena sudah mengurusi Endri dari kecil,” lanjutnya. Endriyanto yang begitu me­nyayangi orang tuanya itu juga merasakan capek. Meski begitu, Endri tetap harus ber­jualan agar bisa membantu perekonomian keluarganya. ”Ya capek, iya (pulang sekolah, red), iya (tetap mau berjualan, red),” jawabnya. Sejak pulang sekolah sudah berjualan, tak membuat Endri melupakan pendidikan dan agamanya. Diakuinya, pela­jaran selama di sekolah tidak terganggu meski Endri ber­jualan setiap harinya. Selain itu, ibadah Endri juga tetap terlaksana. ”Nggak (tergang­gu, red). Habis dagang ntar mandi salat ntar belajar kay­ak gitu,” paparnya. Hal itu juga dibuktikan dengan capaian nilai yang diraih Endri. Diakuinya, nilai pelajaran Endri bagus-bagus. ”Ya Alhamdulillah nilainya bagus-bagus,” kata Endri. Padahal Endri sudah mulai berjualan keliling sejak lebih dari satu tahun yang lalu. Ma­kanan yang dijualnya pun ternyata hasil dari masakan sang bude, kakak dari orang­tuanya. ”Sudah ada setahunan,” kata Endri. ”(makanan) yang bikin bude,” sambungnya. Melihat hal itu, pembawa acara menjadi penasaran uang hasil jualan akhirnya dibawa siapa. Tak disangka, uang ha­sil jualan Endri akan disera­hkan semuanya ke sang bude. ”(Uang, red) Kasih ke Bude lagi, iya (semuanya, red),” jawabnya. ”Nggak (dapat apa-apa), nggak apa-apa, sudah dikasih orang. Nggak minta bude, nggak,” sambungnya. Lebih lanjut, Endri menje­laskan jika uang jajannya selama ini berasal dari uang pemberian dari pelanggannya. Sering kali para pelanggan dagangannya memberikan uang lebih untuk disimpan oleh Endriyanto. ”Pas jualan kadang ada yang kasih uang,” ungkapnya. Endriyanto memang sudah ditinggalkan oleh sang ayah sejak dia lahir. Belum ber­henti sampai di situ, sejak tiga-empat tahun lalu, Endri kembali ditinggal oleh sang ibu. Bedanya sang ibu mening­galkan Endri sejak dia meni­kah lagi. Untuk itu, saat dita­nya apakah pernah bertemu dengan sang ayah, Endri memberikan jawaban yang mengharukan. ”Enggak, ke­temu nya ayah tiri. Enggak (lihat sejak kecil, fotonya per­nah, (nama ayahnya) Asep,” jawaban polos Endri. Berbeda dengan sang ayah, Endri ingat kapan terakhir kali dirinya bertemu sang ibu. Dikatakan, terakhir kali Endri ketemu sang ibu saat dirinya masuk sekolah. ”Kalau ibu terakhir ketemu pas mau se­kolah, kelas satu SD,” jawab­nya. ”Terus pas mau sunat, pas Endri kelas tiga umur sembilan tahun,” sambungnya. (mer/rez/run)

Tags

Terkini