Warga Bogor harus lebih waspada saat ini. Musababnya, curah hujan dengan intensitas tinggi di wilayah Bogor diprediksi bakal terjadi hingga tahun depan. Hal itu tak lepas dari adanya anomali cuaca La Nina yang akan menghampiri Indonesia hingga akhir paruh kedua tahun ini. BADAN Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi mengalami peningkatan curah hujan mulai Oktober 2020. Hal itu sejalan dengan prediksi institusi meteorologi dunia yang juga menyatakan ada peluang munculnya anomali iklim tersebut. Bahkan, beredar pesan berantai di grup WhatsApp terkait prediksi fenomena tersebut. La Nina disebutkan sudah terjadi di wilayah Pasifik Utara, dan diprediksi akan melanda Indonesia mulai Oktober 2020 hingga April 2021. “ljin Bapak & Ibu, menyampaikan analisa dari potret data suhu permukaan laut di Pasifik bahwa saat ini La Nina sudah teraktifasi di Pasifik timur (warna biru). Sehingga akibatnya di Indonesia adalah frekuensi dan curah hujan dalam bulan-bulan ke depan hingga April nanti akan jauh lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” tulis pesan tersebut. “La Nina adalah kebalikan dari El Nino, jika pada saat El Nino kita mengalami kekeringan hebat, maka pada fase La Nina kita akan mengalami curah hujan yang jauh lebih tinggi dibanding kondisi normal sehingga potensi banjir, banjir bandang dan longsor di bulan-bulan ke depan sebagai informasi kesiapsiagaan kita. #elinglanwaspada #siapuntukselamat,” imbuhnya. Sementara itu, Bogor sendiri masuk wilayah yang diprediksi bakal dilanda badai La Nina. BMKG bahkan sudah menangkap potensi tersebut. Seperti yang diungkapkan Forecaster Stamet Stasiun Meteorologi Kelas III Citeko, Kabupaten Bogor, Ronald C Wattimena. Menurutnya, prediksi tingginya curah hujan pada akhir tahun ini hingga awal tahun mendatang terjadi lantaran adanya penurunan suhu perairan di bagian tengah dan timur ekuator Samudra Pasifik, diiringi kemunculan La Nina di Pasifik Timur. “Berdasarkan pantauan dan data yang ada, saat ini terlihat adanya penjalaran turunnya suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian timur. Hal ini menunjukkan kemungkinan bakal terjadi peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia, termasuk Bogor Raya,” katanya sambil menunjukkan file dan data potret pantau BMKG. Hal tersebut berdampak pada perubahan sirkulasi atmosfer seperti intensitas curah hujan di daerah tropis. La Nina dapat menyebabkan peningkatan curah hujan di Asia, termasuk Indonesia. Umumnya, La Nina terjadi setiap tiga hingga tujuh tahun sekali dan dapat berlangsung 12 hingga 36 bulan ke depan. Peristiwa La Nina diawali penurunan suhu permukaan laut di bagian timur Samudra Pasifik. Adanya peningkatan kecepatan angin pasat timur yang menyebabkan massa air hangat yang terbawa ke arah bagian barat Samudra Pasifik menjadi lebih banyak. Hal itu mengakibatkan massa air dingin di bagian timur Samudra Pasifik akan bergerak ke atas (upwelling). La Nina menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan di wilayah barat Pasifik, Indonesia dan Australia Utara. Dari data pihaknya, Ronald memprediksi bahwa La Nina bakal terjadi pada musim hujan tahun ini hingga tahun depan. Dan curah hujan di musim hujan ini akan lebih tinggi intensitasnya dari tahun-tahun sebelumnya. Mengingat potensi terjadinya La Nina pada musim hujan tahun ini. “Kemungkinan La Nina akan terjadi pada musim hujan 2020 hingga awal 2021 nanti. Tapi itu juga baru prediksi kami. Kalau nanti ada perubahan, pasti akan kami kabari. Yang jelas kita memprediksi puncak musim hujan akan jatuh pada Januari hingga Februari 2021 nanti. Prediksi ini juga hampir sama dengan prediksi dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA),” ucapnya. Menanggapi hal itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor Yani Hasan mengaku sudah melakukan pemetaan kepada sejumlah wilayah rawan bencana. Setidaknya ada 24 kecamatan yang masuk kategori rawan banjir dan longsor di Kabupaten Bogor (lihat grafis). “Secara umum memang kita sudah melakukan pemetaan terkait sejumlah wilayah yang memang rawan bencana alam seperti longsor dan banjir. Ada 24 kecamatan yang memang rawan bencana. Tapi tidak semua desa di kecamatan itu ya, hanya beberapa saja,” katanya. Pihaknya juga sudah menginstruksikan satuannya untuk bersiaga di musim rawan bencana ini. “Kaitan persiapan, kita tetap melakukan koordinasi dan bersiaga. Kita juga membentuk relawan dan desa tangguh bencana. Ini yang akan kita minta supaya lebih siaga, baik secara informasi maupun secara penanganan di lapangan nantinya,” tegasnya. Sebanyak 75 personel disiapkan pihaknya setiap hari. Lengkap dengan jajaran desa tangguh bencana yang ada di seluruh kecamatan di Kabupaten Bogor. Bahkan pihaknya juga bakal berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) kaitan pengadaan dan penerjunan alat berat. “Kita sudah punya puluhan desa tangguh bencana. Dan ini setiap kecamatan sudah ada, tapi tidak semua desa di satu kecamatan ada. Paling dalam satu kecamatan ada satu atau dua desa tangguh bencana. Kita juga akan bekerja sama dengan DPUPR kalau memang dibutuhkan alat berat untuk penanganan bencana,” tutupnya. (ogi/c/ rez/run)