berita-utama

Prediksi Fenomena La Nina Sampai April, Hujan Badai Mengintai

Kamis, 24 September 2020 | 09:41 WIB
Ilustrasi bencana

Warga Bogor harus lebih waspada saat ini. Musababnya, curah hujan dengan intensitas tinggi di wilayah Bogor diprediksi bakal terjadi hingga tahun depan. Hal itu tak lepas dari adanya anomali cuaca La Nina yang akan menghampiri Indonesia hingga akhir paruh kedua tahun ini. BADAN Meteorologi, Kli­matologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan sejum­lah wilayah di Indonesia ber­potensi mengalami pening­katan curah hujan mulai Oktober 2020. Hal itu sejalan dengan prediksi institusi me­teorologi dunia yang juga menyatakan ada peluang munculnya anomali iklim tersebut. Bahkan, beredar pesan beran­tai di grup WhatsApp terkait prediksi fenomena tersebut. La Nina disebutkan sudah terjadi di wilayah Pasifik Ut­ara, dan diprediksi akan me­landa Indonesia mulai Okto­ber 2020 hingga April 2021. “ljin Bapak & Ibu, menyam­paikan analisa dari potret data suhu permukaan laut di Pasifik bahwa saat ini La Nina sudah teraktifasi di Pasifik timur (warna biru). Sehingga akibatnya di Indonesia adalah frekuensi dan curah hujan dalam bulan-bulan ke depan hingga April nanti akan jauh lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” tulis pesan tersebut. “La Nina adalah kebalikan dari El Nino, jika pada saat El Nino kita mengalami keke­ringan hebat, maka pada fase La Nina kita akan mengalami curah hujan yang jauh lebih tinggi dibanding kondisi nor­mal sehingga potensi banjir, banjir bandang dan longsor di bulan-bulan ke depan se­bagai informasi kesiapsia­gaan kita. #elinglanwaspada #siapuntukselamat,” imbuh­nya. Sementara itu, Bogor sen­diri masuk wilayah yang di­prediksi bakal dilanda badai La Nina. BMKG bahkan sudah menangkap potensi tersebut. Seperti yang diungkapkan Forecaster Stamet Stasiun Meteorologi Kelas III Citeko, Kabupaten Bogor, Ronald C Wattimena. Menurutnya, prediksi ting­ginya curah hujan pada akhir tahun ini hingga awal tahun mendatang terjadi lantaran adanya penurunan suhu pe­rairan di bagian tengah dan timur ekuator Samudra Pasi­fik, diiringi kemunculan La Nina di Pasifik Timur. “Berdasarkan pantauan dan data yang ada, saat ini terlihat adanya penjalaran turunnya suhu permukaan laut di Sam­udra Pasifik bagian timur. Hal ini menunjukkan kemungkinan bakal terjadi peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia, termasuk Bogor Raya,” katanya sambil menunjukkan file dan data potret pantau BMKG. Hal tersebut berdampak pada perubahan sirkulasi at­mosfer seperti intensitas curah hujan di daerah tropis. La Nina dapat menyebabkan peningkatan curah hujan di Asia, termasuk Indonesia. Umumnya, La Nina terjadi setiap tiga hingga tujuh tahun sekali dan dapat berlangsung 12 hingga 36 bulan ke depan. Peristiwa La Nina diawali penurunan suhu permukaan laut di bagian timur Samudra Pasifik. Adanya peningkatan kecepatan angin pasat timur yang menyebabkan massa air hangat yang terbawa ke arah bagian barat Samudra Pasifik menjadi lebih banyak. Hal itu mengakibatkan mas­sa air dingin di bagian timur Samudra Pasifik akan bergerak ke atas (upwelling). La Nina menyebabkan terjadinya pe­ningkatan curah hujan di wi­layah barat Pasifik, Indonesia dan Australia Utara. Dari data pihaknya, Ronald memprediksi bahwa La Nina bakal terjadi pada musim hu­jan tahun ini hingga tahun depan. Dan curah hujan di musim hujan ini akan lebih tinggi intensitasnya dari tahun-tahun sebelumnya. Meng­ingat potensi terjadinya La Nina pada musim hujan tahun ini. “Kemungkinan La Nina akan terjadi pada musim hujan 2020 hingga awal 2021 nanti. Tapi itu juga baru prediksi kami. Kalau nanti ada perubahan, pasti akan kami kabari. Yang jelas kita memprediksi puncak musim hujan akan jatuh pada Januari hingga Februa­ri 2021 nanti. Prediksi ini juga hampir sama dengan pre­diksi dari National Oceanic and Atmospheric Administra­tion (NOAA),” ucapnya. Menanggapi hal itu, Kepala Badan Penanggulangan Ben­cana Daerah (BPBD) Kabu­paten Bogor Yani Hasan mengaku sudah melakukan pemetaan kepada sejumlah wilayah rawan bencana. Se­tidaknya ada 24 kecamatan yang masuk kategori rawan banjir dan longsor di Kabu­paten Bogor (lihat grafis). “Secara umum memang kita sudah melakukan peme­taan terkait sejumlah wilayah yang memang rawan ben­cana alam seperti longsor dan banjir. Ada 24 kecamatan yang memang rawan bencana. Tapi tidak semua desa di ke­camatan itu ya, hanya bebe­rapa saja,” katanya. Pihaknya juga sudah meng­instruksikan satuannya untuk bersiaga di musim rawan bencana ini. “Kaitan persiapan, kita tetap melakukan koordi­nasi dan bersiaga. Kita juga membentuk relawan dan desa tangguh bencana. Ini yang akan kita minta supaya lebih siaga, baik secara infor­masi maupun secara penanga­nan di lapangan nantinya,” tegasnya. Sebanyak 75 personel disi­apkan pihaknya setiap hari. Lengkap dengan jajaran desa tangguh bencana yang ada di seluruh kecamatan di Kabu­paten Bogor. Bahkan pihaknya juga bakal berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) kaitan pengadaan dan penerjunan alat berat. “Kita sudah punya puluhan desa tangguh bencana. Dan ini setiap kecamatan sudah ada, tapi tidak semua desa di satu kecamatan ada. Paling dalam satu kecamatan ada satu atau dua desa tangguh bencana. Kita juga akan be­kerja sama dengan DPUPR kalau memang dibutuhkan alat berat untuk penanganan bencana,” tutupnya. (ogi/c/ rez/run)

Tags

Terkini