Kerap dipanggil kepala sekolah karena Nico tak lancar baca-tulis, Julie kaget mendapati IQ di atas rata-rata. Di Indonesia diperkirakan ada 2,6 juta anak gifted yang salah penanganan. “MAMI yakin sama institusi yang namanya sekolah? Kita harus duduk dan dengerin guru, mami yakin kita harus belajar dari buku? Mami yakin guru selalu benar? Apa tidak sebaiknya kita belajar dengan eksplorasi deh,” KAGET benar Julie Liong mendapat rentetan pertanyaan itu dari sang buah hati, Nico Jeremiah Tjahjadi. Apalagi, ketika itu, putranya tersebut baru duduk di kelas dua SD. Nico adalah satu di antara sekian banyak anak Indonesia yang dikaruniai kecerdasan luar biasa. Bahasa umum yang sering digunakan adalah gifted. Di antara kehebatan Nico lainnya, ia dapat menyelesaikan susunan warna bricks dalam waktu sekitar 12 detik saja. “Sekarang Nico kelas enam SD,” katanya tentang sang putra yang kini berumur sebelas tahun itu saat ditemui di Noble Academy, Jakarta, kemarin. Julie menjelaskan kali pertama mengetahui ada sesuatu pada Nico ya saat ia di bangku kelas dua SD itu. Saat itu Nico sekolah di sekolah umum. Bukan sekolah khusus anak-anak gifted seperti di Noble Academy. Ketika duduk di bangku kelas dua SD itu, Nico belum lancar membaca dan menulis. Bahkan, saat itu Julie sering dipanggil kepala sekolah. Setahun bisa tiga kali ia dipanggil kepala sekolah. Pemanggilan itu berkaitan dengan perkembangan akademik si Nico. “Anak saya dinilai bermasalah. Saya juga bingung. Saya cuma bisa jawab, ya nanti saya usahakan,” kenangnya. Dari pengamatan Julie, anaknya memang kurang menguasai baca dan tulis jika dibandingkan dengan anak-anak sebayanya. Namun, Nico memiliki keterampilan yang bagus. Di antaranya kerap membuat mainan sendiri dari bahan kardus. Itu ia lakukan setiap kali minta mainan dan tidak dibelikan. Masuk kelas tiga, bahkan sampai kelas empat, tidak ada perkembangan yang signifikan pada kemampuan akademik Nico. Julie otomatis khawatir. Sebab, saban Minggu sang putra gusar, panik, atau cemas berlebihan. Seolah-olah ia takut harus kembali ke sekolah. Julie berusaha menenangkannya. “Saya selalu bilang, Mami tidak menuntut apa-apa. Mami tidak menuntut nilai bagus,” katanya. Namun, tetap saja Nico terlihat cemas. Julie yang tinggal di Jakarta itu mengatakan bahwa anaknya tidak sampai mengalami perundungan di sekolah. Tetapi memang kurang membaur dalam pergaulan. Akhirnya ia mendapatkan informasi keberadaan Noble Academy. Dibawalah sang putra ke sana untuk menjalani tes. Dan betapa kagetnya Julie mendapatkan hasilnya. “(Hasil tes di Noble Academy, red) anak ibu smart sekali,” kenangnya. Untuk kali pertama itu ada pihak yang menyebut Nico sebagai anak yang cerdas atau smart. Julie lantas berkonsultasi dengan seorang psikolog. Hasilnya kurang lebih sama. Dari seorang psikolog yang ada di Bandung, Nico dinyatakan genius gifted. Jadi, bukan genius saja atau gifted saja. Tetapi dua-duanya. Oleh psikolog tersebut, Nico dianjurkan pindah sekolah yang khusus anak-anak gifted. Pertengahan Januari lalu Nico menjalani tes IQ. Hasilnya, ia memiliki skor IQ 147 poin. Itu cukup tinggi jika dibandingkan dengan rerata IQ anak seusianya di Indonesia. Menurut data brainstats.com, rata-rata IQ warga Indonesia adalah 87 poin. Dengan tingkat IQ seperti itu, meskipun di kelas dua SD tidak lancar baca dan tulis, Nico bisa menceritakan terjadinya hujan dengan detail. Bahkan ia lancar menceritakan kenapa panda langka dan dilindungi. (jp/feb/run)