Selama 17 tahun, Mulyadi (43) dengan sabar dan tetap bersemangat mengajar meskipun hanya berstatus guru honorer. Tak ingin hanya berpangku tangan, guru olahraga SMAN 1 Citeureup itu pun cari sampingan sebagai guru senam di luar kelas demi menambah pundi-pundi. Siapa sangka, kegigihan dan keikhlasan mengajar sejak 2003 mampu membawanya sukses dapat gelar S2 di masa pandemi ini. MULYADI bukan tidak ingin ’naik pangkat’ jadi guru PNS. Namun, beberapa kali ikut tes, ia gagal melulu. Bahkan hingga delapan kali. ”Delapan kali tes tapi nggak pernah lolos. Yang K2, K3, CPNS, juga nggak lolos. Ya akhirnya kita sih ikhlas saja dan tetap ngajar olahraga buat anak-anak,” katanya saat ditemui Metropolitan.id, Rabu (25/11). Sering kali ia merasa kecewa karena tak kunjung jadi guru PNS. Namun kecintaan mengajar membuatnya setia dalam keterbatasan itu. Baginya, kesukaannya dalam bidang olahraga, plus mampu memberi ilmu untuk generasi muda, dirasa sudah cukup membuatnya senang. ”Meskipun kondisi begitu, saya tetap senang. Apalagi saat siswa saya sukses. Ada yang jadi Kopassus, polisi, TNI hingga ada yang melanjutkan jadi atlet. Ada siswa saya jadi atlet menembak dan senam,”beber warga asli Kelurahan Paledang, Kota Bogor, itu. Ngajar hanya dengan status honorer sejak 2003, pria yang karib disapa Boy itu pun putar otak. Keahliannya sebagai instruktur senam, lulusan Fakultas Ilmu Olahraga di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), itu pun mengajar senam di luar kegiatan kelas. Mulai dari senam ibu-ibu kompleks, lokasi wisata hingga staf kampus serta mahasiswa di IPB dan Universitas Pakuan. Siapa sangka, hal itu membawa alumni SMPN 6 Kota Bogor itu pada kesempatan melanjutkan studi pascasarjana. ”Saat sedang senam di Unpak, ada yang nawarin, terusin S2 saja di sini. Ada keringanan sembari tetap ngajar senam. Saya ambil dan alhamdulillah tahun ini selesai, dapat gelar Mpd (Magister Administrasi Pendidikan, red),” jelas bapak dua anak itu. Ia makin bangga lantaran tidak banyak guru honorer yang bisa melanjutkan studi S2. Sebab, menurutnya, boro-boro berpikir soal melanjutkan studi, guru honorer selalu berkutat dengan keterbatasan gaji hingga pertanyaan soal ’kapan saya jadi guru PNS’. Boy sangat sadar kesuksesannya meraih gelar S2 tak lepas dari kegigihan dan keikhlasannya dalam mengajar. Dalam pikirannya, status honorer tidak boleh mengganggu integritasnya dalam mengajar. Apalagi olahraga merupakan hobi yang digeluti sejak SMP, yang juga mampu mendatangkan beasiswa hingga bisa kuliah di UNJ. Ia pun ingin menularkan semangat tersebut pada anak-anak didiknya. Apalagi di tengah situasi pandemi, membuat proses belajar mengajar harus dilakukan secara daring. Padahal, mata pelajaran olahraga identik dengan kegiatan fisik. ”Tes fisik tetap dilakukan dengan mengirimkan video,” paparnya. Selain itu, ia menginspirasi bagaimana dirinya berpikir keras agar bagaimana ilmu yang dimiliki bisa menjadi ladang pendapatan di luar kelas tanpa mengganggu proses belajar. ”Jangan patah semangat meskipun gagal tes guru CPNS misalnya, atau mengeluh keterbatasan gaji. Karena kan guru tetap punya kewajiban memberikan ilmu kepada anak-anak,” tegasnya. ”Sebab kita nggak akan pernah tahu kapan perjuangan kita ’berbuah’. Siapa sangka, belasan tahun honorer, dari senam lah yang bawa saya dapat gelar S2. Tentu dengan ini saya ingin meneruskan karier jadi dosen. Intinya tetap ngajar olahraga lah,” tuntas Boy. (ryn/run)