“Banjir... Banjir... Banjir...,” pekik seorang warga memecah keheningan Kampung Rawadulang, RT 02/03, kemarin pagi. Warga dikejutkan dengan kedatangan air bah yang membawa material bebatuan hingga pepohonan. BANJIR bandang yang menerjang kawasan Gunung Mas, Puncak, Bogor, itu juga sempat membuat warga berhamburan karena panik. Dalam video yang diterima Metropolitan.id, warga di sekitar lokasi tampak berhamburan menjauhi lokasi banjir. Mereka berlari dan ada pula yang memilih menjauh menggunakan sepeda motor. Anak-anak juga ikut menyelamatkan diri sambil berlari dan digendong sang ibu. Sesekali terdengar warga mengajak yang lainnya untuk segera menyelamatkan diri. Ada 900 warga dari 500 Kepala Keluarga (KK) yang menjadi korban terdampak banjir bandang yang melanda kawasan Gunung Mas itu. Mayoritas mereka adalah para pemetik teh di kawasan tersebut. Warga Kampung Gunung Mas, RT 02/02, Nanang, menceritakan kemunculan air bah tersebut terjadi sekitar pukul 09:00 WIB, saat dirinya tengah memeriksa saluran air untuk warga di bibir sungai. Dari kejauhan, Nanang mendengar suara gemuruh hebat tak jauh dari tempatnya memeriksa saluran air. Namun siapa sangka, aliran sungai tempatnya berdiri dipenuhi kayu dan batang pohon dalam jumlah besar. Ia pun langsung berlari dan memberitahukan kejadian itu kepada warga. ”Saya kaget, langsung lari dan berteriak memberi tahu warga kalau bakal ada banjir lintasan,” ucapnya. Meski tidak ada korban jiwa dan hanya membuat sejumlah rumah warga terendam material banjir, menurutnya, bencana itu merupakan yang terparah terjadi di permukimannya. ”Biasanya tidak seperti ini, paling hanya meluap sedikit saja,” ujarnya. Hal senada diungkapkan warga lainnya, Neni Sulastri (37). Ia menyebut peristiwa banjir itu terjadi sebanyak tiga kali. Pertama, terjadi sekitar pukul 04:00 WIB. Di mana air mulai masuk kawasan Agrowisata Gunung Mas. Kemudian, lumpur beserta material bebatuan hingga pohon menerjang sekitar pukul 09:00 WIB. Terakhir, banjir bandang kembali menerjang sekitar pukul 12:05 WIB. “Namun, yang paling parah terjadi sekitar pukul 09:30 WIB,” katanya. Neni mengaku menyaksikan banjir yang dipenuhi lumpur saat dirinya sedang makan bersama sang anak. Saat itu terdengar gemuruh air dari atas. Ia pun terkejut lantaran sejumlah warga berlarian ke arah bawah dan berteriak agar semuanya keluar rumah. ”Lagi makan di ruang tamu, terus ada yang teriak, ‘Banjir... Banjir...’ gitu. Saya akhirnya ikut lari juga,” ucapnya. Neni langsung menghampiri tempat warga berlarian. Saat itu, dari kejauhan terlihat gelondongan pohon dipenuhi lumpur. Material air yang bercampur lumpur membuat ranting pohon terbawa derasnya air yang mengalir dari aliran Kali Cisampay, anak Sungai Ciliwung. Air lumpur itu pun meluap hingga menutup badan jalan dan sebagian masuk halaman rumah Neni. Penduduk sekitar terlihat panik dan berhamburan keluar rumah, berusaha naik menghindari longsoran lumpur. Neni mengaku ada dua warga yang pingsan saat banjir bandang terjadi. Kedua warga tersebut langsung dibawa ke rumah sakit. ”Ternyata banjir longsor lumpur dari atas, banyak kayu-kayu dan pohon yang sudah dilumuri lumpur itu ikut kebawa. Jadi lari lah saya ikut ke bawah, karena disuruh kumpul,” katanya. ”Iya ini benar (video warga, red), memang saat itu pada lari ketakutan,” ujar Neni terkait video viral mengenai banjir bandang di Puncak, Bogor. Di sisi lain, di saat warga tengah sibuk mengevakuasi barang-barang mereka yang tidak sempat terbawa usai banjir bandang pertama, dua orang dilaporkan sempat terbawa banjir lumpur dari aliran Kali Cisampay sekitar pukul 12:05 WIB. Keduanya selamat tapi mengalami luka. ”Ada dua orang. Alhamdulillah mereka selamat dan luka lecet-lecet,” kata Kepala Desa (Kades) Tugu Selatan M Eko Windiyana. Ia menyebut kedua korban banjir bandang itu langsung dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapat penanganan medis. Eko menuturkan, kejadian itu bermula ketika kedua warganya hendak mengambil barang-barang di rumah mereka untuk dipindahkan ke lokasi pengungsian. Namun, tiba-tiba terjadi banjir bandang susulan. Keduanya yang berada dekat dengan bantaran sungai itu akhirnya terjatuh dan terseret arus beberapa meter. ”Mereka terdorong lalu jatuh saat menghindari banjir bandang susulan,” ucapnya. Eko menduga banjir bandang terjadi lantaran tingginya intensitas hujan yang mengguyur kawasan Puncak sejak beberapa waktu ke belakang. Apalagi sebelum banjir menerjang, sekitar sebulan lalu kawasan Curug Cisampay mengalami longsor yang cukup hebat, yang mengakibatkan longsoran menutupi aliran sungai. ”Sekitar sebulan lalu Curug Cisampay mengalami longsor, sehingga membuat penyumbatan di aliran sungai,” katanya, Selasa (19/1). Lantaran tingginya intensitas hujan dalam kurun waktu beberapa hari ke belakang, sumbatan longsor di Curug Cisampay diduga terbawa aliran sungai, yang menyebabkan banjir ke permukiman warga. ”Karena curah hujan tinggi, jadi hari ini sumbatan tersebut jebol. Karena airnya cukup besar, jadi air ini meluap ke kampung,” ucapnya. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun, kerugian ditaksir mencapai puluhan juta rupiah, mengingat ada beberapa rumah warga yang terdampak luapan sungai. ”Alhamdulillah tidak ada korban jiwa. Saat ini kami masih berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk langkah selanjutnya,” ujarnya. Di tempat terpisah, Wakil Bupati Bogor Iwan Setiawan menduga penyebab banjir bandang tersebut berasal dari anak Sungai Ciliwung, yakni Sungai Cisampay. Sebab, secara umum banjir bandang tersebut terjadi di kawasan perkebunan teh milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII Gunung Mas. ”Daerah sana itu kan cukup banyak dilintasi aliran sungai. Jadi saat intensitas hujan tinggi, kemungkinan banjir pasti ada. Apalagi kalau debit air yang masuk melebihi kapasitas aliran sungai. Pasti meluap,” katanya, Selasa (19/1). Selain banyak dialiri aliran sungai, kawasan PTPN memang dinilai rawan. Sebab, kawasan tersebut didominasi perkebunan teh. Yang mana kontur tanah kebun teh tergolong labil dan mudah tergerus aliran sungai. ”Kebun teh itu kan tanahnya mudah tergerus, tanahnya itu tidak kuat. Karena akar kebun teh itu menjalar ke samping, jadi mudah tergerus air kalau sungai meluap,” ucapnya. Ia menyebut mayoritas yang menjadi korban merupakan para pegawai PTPN. Sebab, kawasan tersebut merupakan kawasan perumahan yang diperuntukkan pegawai PTPN, bukan untuk masyarakat. ”Yang di sana itu rata-rata karyawan PTPN VIII bukan warga umum. Karena di Kampung Rawadulang, RT 02/03, itu perumahan khusus pegawai,” ujarnya. Sementara itu, Bupati Bogor Ade Yasin mengatakan, ratusan warga korban banjir merupakan juru petik teh di PTPN VIII Gunung Mas. ”Kebanyakan mereka adalah pemetik teh. Saat ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor sedang melakukan evakuasi. Seperti melakukan pembersihan material banjir dan penumpukan sampah,” katanya, Selasa (19/1). Selain BPBD, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor juga menerjunkan Taruna Siaga Bencana (Tagana) desa untuk mempercepat proses evakuasi. ”Petugas kami sudah melakukan evakuasi. Kami belum menerima update kondisi terkini, karena masih dalam proses evakuasi tim di lapangan,” ujarnya. Senada, Kepala BPBD Kabupaten Bogor Yani Hasan menuturkan, berdasarkan laporan dari petugas lapangan, tim sudah melakukan pembersihan dari material lumpur pascabanjir. ”Cuaca sudah tidak hujan, hanya masih banyak material lumpur yang berserakan di rumah dan jalan warga,” katanya. Untuk antisipasi potensi banjir susulan, pihaknya juga sudah menyiagakan petugas untuk mengontrol debit air yang berasal dari anak Sungai Ciliwung, yakni Sungai Cisampay. ”Banjir kan tidak bisa diantisipasi, kami hanya bisa memaksimalkan di penyelamatan warga. Jadi sebelum adanya potensi banjir, kami mengingatkan kepada masyarakat untuk bersiaga,” tutupnya. (kom/lip/ogi/c/rez/run)