berita-utama

Pasca Banjir Bandang Di Puncak, Warga Butuh Air Bersih

Kamis, 21 Januari 2021 | 10:10 WIB

Duka belum juga reda menimpa warga Kampung Rawadulang, RT 02/03, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, setelah diterjang banjir bandang. Kini warga dipusingkan dengan krisis air bersih yang melanda wilayahnya. SEBANYAK 30 orang dari delapan Kepala Keluarga (KK) terdampak krisis air bersih pascabanjir bandang pada Selasa (19/1). Hal itu diakui Ketua RT 02, Ujang Asrul. “Di sini ada delapan KK atau 30 jiwa yang terdampak. Saat ini bantuan mulai dari makanan dan obat-obatan sudah ada, tapi saat ini kami kesusahan air bersih,” katanya. Ia menuturkan, usai banjir bandang melanda, semua ak­ses saluran air bersih terputus karena tersapu banjir bandang. “Sejak kemarin, warga belum mandi soalnya airnya nggak ada. Air bersih kita saat ini membutuhkan. Kalau bahan pokok, alhamdulillah sudah,” imbuhnya. “Akses saluran air bersih yang kita ambil dari gunung itu ter­bawa banjir. Kami harap ke­pada pemerintah agar memer­hatikan kami. Kami butuh air bersih,” pinta Ujang. Ia menjelaskan alasan war­ga masih menetap di rumah­nya masing-masing karena masih dinilai aman. “Kalau mau mengungsi harus nyebe­rang sungai. Akses jalan ter­putus, warga makanya me­milih menetap terlebih da­hulu di sini,” ujarnya. Di tempat yang sama, salah seorang korban terdampak banjir bandang, Amih (40), mengaku sampai saat ini ke­susahan air bersih sejak ter­jadi bencana. “Air bersih susah, biasanya ngambil di masjid. Tapi sekarang masjidnya juga sama, nggak ada air soalnya salurannya terputus,” katanya. Sementara itu, Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penang­gulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor M Adam membenarkan bahwa selain merendam rumah warga dan fasilitas umum lain­nya, banjir bandang juga sem­pat merusak saluran air bersih milik warga. ”Pada hari pertama memang warga Kampung Rawadulang, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, sempat mengalami kesulitan pasokan air bersih. Karena saluran air milik ma­syarakat rusak diterjang ban­jir, jadi air bersih cukup sulit,” katanya. Meski begitu, keadaan ter­sebut tidak berlangsung lama. Sebab, BPBD Kabupaten Bogor langsung mengerahkan mobil tangki air untuk memasok kebutuhan air bersih warga. ”Ditambah lagi ada donatur yang memberikan bantuan paralon untuk memasang kembali instalasi sumber air bersih warga. Pagi sampai si­ang air bersih susah, sore jelang malam sudah bisa lagi. Sampai saat ini pasokan air bersih aman (di beberapa titik, red),” ujar­nya. Di sisi lain, Bupati Bogor Ade Yasin bersama Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Ka­bupaten Bogor menyambangi lokasi banjir bandang di Kam­pung Gunung Mas, Blok C, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Rabu (20/1). Kedatangannya bertujuan melihat langsung kondisi terkini korban banjir bandang di lokasi pengung­sian. Ade mengatakan, secara umum di lokasi pengungsian kondisi kebutuhan bahan po­kok tergolong aman. Bahkan, para pengungsi mendapatkan jatah makan yang cukup tera­tur, baik itu pagi, siang maupun malam hari. Tak hanya itu, orang nomor wahid di Kabupaten Bogor itu juga mengecek protokol kese­hatan selama di lokasi peng­ungsian. ”Kondisi di tempat pengungsian ini cukup baik, mereka juga ditempatkan ter­pisah di vila-vila agar tidak berkerumun. Jadi satu tempat diisi satu keluarga, sehingga protokol kesehatan cukup aman,” katanya kepada awak media, Rabu (20/1). Ade juga melakukan peng­ecekan terhadap kesehatan masyarakat di lokasi pengung­sian. ”Tadi saya cek di posko kesehatan. Alhamdulillah tidak ada yang sakit, semua peng­ungsi dalam kondisi sehat. Bahkan tidak ada juga yang trauma berat,” ucapnya. Ia juga meminta pihak-pihak terkait, termasuk PT Perkebu­nan Nusantara (PTPN) VIII Gunung Mas, untuk meny­ediakan vila-vila atau pengi­napan sementara bagi korban bencana longsor. Khususnya mereka yang tidak bisa pulang ke rumahnya lantaran khawa­tir adanya potensi banjir su­sulan. Berdasarkan data yang ada pada pihaknya, tambahnya, ada sekitar 145 KK yang men­gungsi. ”Karena ini kan rata-rata karyawan Gunung Mas, dan yang terkena juga peru­mahan karyawan. Jadi saya minta pihak Gunung Mas untuk memfasilitasi mereka yang belum bisa pindah ke tempatnya yang lama. Minimal disediakan tempat sementara waktu,” ujarnya. Hal senada diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy. Ia mengaku setidaknya ada beberapa ma­sukan dan evaluasi yang di­berikan kepada PTPN VIII Gunung Mas pascabanjir ban­dang yang menerjang permu­kiman warga. Pertama, untuk mengantisi­pasi potensi bencana ini teru­lang di kemudian hari, pihaknya meminta PTPN Gunung Mas untuk melakukan penanaman pohon yang memiliki karak­teristik akar yang kuat di se­jumlah bidang lahan yang memiliki kemiringan lereng di atas rata-rata. ”Kami sudah merekomen­dasikan kepada PTPN agar memperbanyak menanam pohon yang sifat akarnya lebih kuat daripada pohon keba­nyakan. Hal ini untuk mence­gah terjadinya potensi banjir atau longsor di kemudian hari,” katanya, Rabu (20/1). Tak hanya itu, pihaknya juga melarang PTPN menanam pohon teh di sejumlah bidang lahan yang memiliki kemi­ringan lereng di atas rata-rata. ”Jangan ada pohon teh di bi­dang tanah yang miring. Mi­nimal ditanam vetiver, jangan pohon teh,” ucapnya. Pihaknya juga mengaku su­dah berkoordinasi dengan pihak manajemen PTPN kai­tan ini. Ke depan, pihaknya akan berkoordinasi dengan instansi terkait tentang pena­naman pohon di PTPN Gunung Mas. ”Kalau soal pohonnya dari mana, kami akan koordinasi dengan pihak terkait. Apakah tanamannya dari kementerian atau dinas terkait, atau dibe­bankan kepada PTPN sendiri, kami akan bahas nanti. Yang jelas rekomendasi dari kami mesti dilakukan,”pungkasnya. (rb/ogi/c/rez/run)

Tags

Terkini