berita-utama

Setuju Ganjil-Genap Dihapus?

Senin, 1 Maret 2021 | 10:10 WIB

Sudah sebulan kebijakan Ganjil-Genap (Gage) diterapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor. Aturan yang semula hanya uji coba dua minggu, terus diperpanjang. WALI Kota Bogor Bima Arya mengklaim kebijakan yang menuai pro-kontra itu ampuh menekan kasus corona. Be­narkah demikian? Atau lebih baik kebijakan itu dihapus saja? Pro-kontra soal kebijakan Gage masih terus muncul. Di media sosial, Bima Arya di­serbu warganet yang memin­ta agar kebijakan itu dihapus saja. ”Pak hapus ganjil genap, hese mu rek ngapel,” cuit akun @asepseblak. Namun, Bima yang kebetu­lan menyempatkan waktu membalas tweets itu menjawab santai. ”Kan ganjil genap ber­laku jam 09.00-18.00. Silahkan diatur waktu ngapelnya,” be­gitu tweet Bima. Warganet lainnya juga me­nanyakan efektivitas kebijakan Gage menekan kasus Covid-19 di Kota Bogor. ”Bagaimana Pak Bima ? Apakah Ganjil Genap di Bogor membuahkan hasil penurunan penularan covid ?” cuit akun @bayusndy. ”Ya kasus turun,” singkat Bima. Namun, nyatanya tak hanya warganet yang mengkritik ke­bijakan tersebut. Gerakan Masyarakat Kota Bogor yang digawangi R Ridho juga me­nyatakan keberatannya atas aturan Gage. Menurut Ridho, aturan ter­sebut tidak efektif. Sebab, ba­nyak petugas yang tidak men­jalankan tugas sebagaimana mestinya. Selain itu, ia meni­lai tidak semua mobil yang masuk Bogor itu menimbul­kan kerumunan. Sebab, bisa jadi kendaraan tersebut hanya melintas saja. “Saya kira Gage ini tidak efek­tif. Dari jumlah petugas dengan kendaraan saja tidak sebanding. Kemudian faktor lelah para petugas yang mengamati no­mor kendaraan juga mem­buat mereka jenuh dan akhir­nya membuat aturan Gage ini tidak berjalan penuh,” papar­nya. Ia mencontohkan, di Jalan Pandu Raya yang menjadi gerbang masuk kendaraan dari luar Bogor, malah tidak dijaga petugas. Sementara beberapa kendaraan juga ba­nyak yang lolos pengecekan di pos check point. “Menurut saya nggak nyambung antara Gage dengan penurunan kasus Covid-19. Mungkin kalau ke lalu lintas, betul ada dam­paknya. Tapi untuk menurun­kan jumlah kasus Covid ini, nggak ada hubungannya. Mending dihapus saja,” pin­tanya. Terhitung sudah empat pe­kan kebijakan Gage di Kota Bogor diberlakukan. Menurut Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim, kebijakan yang ber­tujuan menekan mobilitas warga ini memang sangat terasa dampaknya. Tercatat ribuan kendaraan diputarbalikkan setiap pekan­nya. Bahkan tidak sedikit juga yang dikenakan sanksi admi­nistratif karena masih melang­gar peraturan ini. Kendati demikian, Dedie tidak bisa menjamin apakah peraturan ini bisa dilanjutkan atau tidak. Sebab, minggu ini Satgas Covid-19 akan kem­bali menggelar evaluasi ter­hadap kebijakan Gage ini. ”Belum tentu (dilanjutkan, red). Sedang dicari alternatif selain Gage yang bisa lebih efektif,” ungkap Dedie. Dedie pun tak menampik adanya tren penurunan penye­baran Covid-19 usai diberla­kukannya kebijakan Gage di Kota Bogor. Namun, ia juga menilai ada penurunan pada sektor ekonomi. ”Ada indikasi terjadi tren penurunan kasus meskipun masih belum stabil. Tapi yang pasti Gage berpengaruh pada berkurangnya potensi keru­munan baru yang masif,” ujar­nya. ”Minggu ini kita evaluasi,” imbuhnya. Berdasarkan data yang di­himpun Metropolitan pada Sabtu (27/2), sebanyak 7.933 kendaraan berpelat genap terjaring dan diminta putar balik oleh petugas. Dari jum­lah itu, rupanya pengendara sepeda motor jadi yang paling bandel lantaran paling ba­nyak terjaring. Kabag Operasional Polresta Bogor Kota Kompol Prasetyo Purbo menerangkan, dari ri­buan kendaraan yang diputar balik, terdapat 60 orang dike­nai sanksi sosial dan tiga orang denda administrasi. “Penerapan Gage juga me­nerapkan skala prioritas. Di mana aktivitas masyarakat dalam bekerja, transportasi publik, sembako, serta elemen Satgas Covid-19 dan tenaga kesehatan (nakes) masih da­pat beraktivitas normal,” kata Pras. Berdasarkan laporan, dari 7.933 kendaraan yang terjaring, terdiri dari kendar­aan roda empat sebanyak 3.278 dan 4.655 sepeda motor. Terpisah, Wali Kota Bogor Bima Arya mengaku belum bisa memutuskan apakah ke­bijakan Gage akan dilanjut atau dihapus. Sebab, pihaknya akan melakukan evaluasi pada Se­lasa (2/3). “Baru Selasa kita evaluasi. Saya belum bisa pas­tikan (dilanjut atau tidak, red). Harus tunggu data-data,” sing­kat Bima Arya. Sementara itu, anggota Frak­si PPP pada DPRD Kota Bogor, Akhmad Saeful Bakhri, meni­lai kebijakan Pemkot Bogor terkait Gage harus diiringi kesadaran masyarakat. Sebab, setelah jam pember­lakuan Gage selesai dan pos-pos telah kosong, kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga diri dan menjauhkan diri dari kerumunan menjadi hal penting. ”Masyarakat juga harus sadar kalau kebijakan ini harus di­jalani bersama-sama, tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja,” ungkap pria yang akrab disapa ASB. Sedangkan dari sisi pemerin­tah, Saeful juga menilai ada konsep yang salah kaprah. Menurutnya, efektivitas wak­tu yang diterapkan dalam Gage tidak jelas. Dan kebijakan ini hanya diberlakukan di tengah kota saja. “Sementara di perbatasan wilayah perkampungan nggak ada petugas. Seharusnya kan ada skema berapa jumlah pe­tugas di setiap titik. Tapi yang penting mah edukasi dengan menggandeng organisasi kea­gamaan, pemuda, dan apara­tur wilayah itu lebih efektif dalam langkah preventif dengan cara komunal,” tandasnya. (dil/d/feb/run)

Tags

Terkini