berita-utama

‘Pengantin’ Bom Bunuh Diri Pasangan Milenial

Selasa, 30 Maret 2021 | 10:05 WIB

METROPOLITAN - Pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), yang merupakan suami-istri, diketahui berasal dari generasi mile­nial. Pelaku berinisial L diketahui merupakan pemuda kelahi­ran 1995. “Jadi pengaruh paham ra­dikalisme terorisme yang hinggap di kalangan gene­rasi muda karena teridentifi­kasi pelaku kelahiran tahun 1995,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Komjen Pol Boy Rafli Amar, Senin (29/3). Menurutnya, suami-istri pelaku bom bunuh diri itu masuk kalangan milenial. Keduanya diduga menjadi korban propaganda jaringan terorisme. “Jadi pelaku inisi­alnya L ini dengan istrinya adalah masuk kalangan mi­lenial yang sudah menjadi ciri khas dari korban propa­ganda jaringan terorisme,” ungkapnya. Boy Rafli menjelaskan pro­paganda jaringan terorisme bagi anak muda seperti jeba­kan betmen. Sebab, penga­ruhnya tidak terasa namun lambat laun mengubah watak, perilaku, dan anak muda di luar jati diri bangsa. “Propaganda jaringan tero­risme itu istilahnya bisa saya katakan seperti jebakan bet­men untuk anak-anak muda. Karena pengaruh virus radi­kalismenya itu tidak terasa, kemudian mengubah watak, mengubah perilaku yang se­jatinya itu bukan jari diri bangsa,” imbuhnya. “Kita tidak seperti itu. Kita dilahirkan sebagai bangsa yang toleran, menjaga persatuan di tengah keberagaman, se­mangat untuk hormat-men­ghormati,” sambung Boy Rafli. Dalam kesempatan itu, Boy Rafli menduga pelaku belajar merakit bom lewat pelatihan online di media sosial. “Ada informasi ini juga berkaitan dengan online training di me­dia sosial yang dikembangkan oleh meraka. Jadi mereka mengembangkan tata cara pembuatan bahan peledak,” bebernya. Informasinya, ada beberapa nara sumber senior dari ka­langan mereka yang membe­rikan materi tersebut. Bahkan, narasumber itu disebut sudah terlatih di luar negeri. “Ada beberapa narasumber senior mereka yang pernah terlatih di luar negeri. Ini bisa seperti ini. Jadi ideologi ini terus dikembangkan oleh kelompok-kelompok radikal terorisme. Jadi sama-sama kita cegah,” ungkapnya. Untuk itu, Boy Rafli menga­jak seluruh masyarakat lebih berhati-hati dengan model-model yang digunakan para teroris, termasuk di dunia maya. Pihaknya juga sudah menjalin sinergitas dengan pemangku kepentingan untuk mengantisipasi penyebaran paham intoleransi radikal di dunia maya. “Sinergitas dengan semua pemangku kepentingan, kerja sama TNI, kepolisian, BIN, termasuk Kominfo sudah men­jadi agenda dalam menganti­sipasi sebaran paham intola­rensi radikal di dunia maya. Itu yang harus terus dilaksanakan. Selain itu, dengan pelibatan unsur masyarakat. Karena ma­syarakat menggunakan sarana cyber space yang tentunya harus waspada dengan kon­disi yang ada di dunia maya,” tegas Boy Rafli. Sementara itu, Kepala Di­visi Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono menyebut dua pelaku bom bunuh diri itu merupakan pasangan suami-istri yang baru beberapa bu­lan menikah. Hal itu diung­kapkan Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono. ”Betul, pelaku pasangan su­ami-istri baru menikah enam bulan,” katanya, Senin (29/3). Setelah insiden bom bunuh diri di Makassar, beredar foto seorang laki-laki mengendarai sepeda motor matik berbon­cengan dengan seorang wa­nita. Motor dengan nopol DD 5984 MD tersebut tampak hancur. Menurut Argo, identi­tas laki-laki tersebut diketahui berinisial L. Adapun yang pe­rempuan, berinisial YSF, ber­profesi sebagai pekerja swasta. ”Penyelidikan masih terus dilakukan, termasuk men­gungkap pelakunya lainnya,” ujar Argo. Ia mengatakan, sejumlah tempat sudah digeledah un­tuk mencari bukti lainnya. Termasuk rumah pelaku. ”Kita tunggu hasil kerja ang­gota di lapangan. Kami ber­harap semua dapat diungkap dengan jelas,” lanjutnya. Argo mengungkapkan, pela­ku merupakan bagian dari kelompok JAD yang pernah melakukan pengeboman di Jolo Filipina. ”Pelaku berafi­liasi dengan JAD,” ujarnya. Di sisi lain, salah seorang terduga aksi bom bunuh diri diketahui menulis surat wa­siat kepada orang tuanya se­belum melakukan aksi. ”Sau­dara L meninggalkan surat wasiat kepada orang tuanya yang isinya mengatakan bahwa yang bersangkutan berpamitan dan siap untuk mati syahid,” kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam jumpa pers, Senin (29/3). Menurut Listyo, surat wa­siat itu juga untuk ‘berpamitan’ kepada orang tuanya. Kepo­lisian sudah melakukan iden­tifikasi terhadap dua terduga pelaku tersebut, termasuk melalui tes DNA dengan mem­bandingkan dengan keluar­ganya. “Hasilnya identik bahwa pelaku yang laki-laki betul bernama saudara L dan ini sudah kami cocokkan dengan keluarganya. Sedangkan yang perempuan adalah saudara YSF,”pungkasnya. (bbc/fin/ rez/run)

Tags

Terkini