METROPOLITAN - Pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), yang merupakan suami-istri, diketahui berasal dari generasi milenial. Pelaku berinisial L diketahui merupakan pemuda kelahiran 1995. “Jadi pengaruh paham radikalisme terorisme yang hinggap di kalangan generasi muda karena teridentifikasi pelaku kelahiran tahun 1995,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Komjen Pol Boy Rafli Amar, Senin (29/3). Menurutnya, suami-istri pelaku bom bunuh diri itu masuk kalangan milenial. Keduanya diduga menjadi korban propaganda jaringan terorisme. “Jadi pelaku inisialnya L ini dengan istrinya adalah masuk kalangan milenial yang sudah menjadi ciri khas dari korban propaganda jaringan terorisme,” ungkapnya. Boy Rafli menjelaskan propaganda jaringan terorisme bagi anak muda seperti jebakan betmen. Sebab, pengaruhnya tidak terasa namun lambat laun mengubah watak, perilaku, dan anak muda di luar jati diri bangsa. “Propaganda jaringan terorisme itu istilahnya bisa saya katakan seperti jebakan betmen untuk anak-anak muda. Karena pengaruh virus radikalismenya itu tidak terasa, kemudian mengubah watak, mengubah perilaku yang sejatinya itu bukan jari diri bangsa,” imbuhnya. “Kita tidak seperti itu. Kita dilahirkan sebagai bangsa yang toleran, menjaga persatuan di tengah keberagaman, semangat untuk hormat-menghormati,” sambung Boy Rafli. Dalam kesempatan itu, Boy Rafli menduga pelaku belajar merakit bom lewat pelatihan online di media sosial. “Ada informasi ini juga berkaitan dengan online training di media sosial yang dikembangkan oleh meraka. Jadi mereka mengembangkan tata cara pembuatan bahan peledak,” bebernya. Informasinya, ada beberapa nara sumber senior dari kalangan mereka yang memberikan materi tersebut. Bahkan, narasumber itu disebut sudah terlatih di luar negeri. “Ada beberapa narasumber senior mereka yang pernah terlatih di luar negeri. Ini bisa seperti ini. Jadi ideologi ini terus dikembangkan oleh kelompok-kelompok radikal terorisme. Jadi sama-sama kita cegah,” ungkapnya. Untuk itu, Boy Rafli mengajak seluruh masyarakat lebih berhati-hati dengan model-model yang digunakan para teroris, termasuk di dunia maya. Pihaknya juga sudah menjalin sinergitas dengan pemangku kepentingan untuk mengantisipasi penyebaran paham intoleransi radikal di dunia maya. “Sinergitas dengan semua pemangku kepentingan, kerja sama TNI, kepolisian, BIN, termasuk Kominfo sudah menjadi agenda dalam mengantisipasi sebaran paham intolarensi radikal di dunia maya. Itu yang harus terus dilaksanakan. Selain itu, dengan pelibatan unsur masyarakat. Karena masyarakat menggunakan sarana cyber space yang tentunya harus waspada dengan kondisi yang ada di dunia maya,” tegas Boy Rafli. Sementara itu, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono menyebut dua pelaku bom bunuh diri itu merupakan pasangan suami-istri yang baru beberapa bulan menikah. Hal itu diungkapkan Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono. ”Betul, pelaku pasangan suami-istri baru menikah enam bulan,” katanya, Senin (29/3). Setelah insiden bom bunuh diri di Makassar, beredar foto seorang laki-laki mengendarai sepeda motor matik berboncengan dengan seorang wanita. Motor dengan nopol DD 5984 MD tersebut tampak hancur. Menurut Argo, identitas laki-laki tersebut diketahui berinisial L. Adapun yang perempuan, berinisial YSF, berprofesi sebagai pekerja swasta. ”Penyelidikan masih terus dilakukan, termasuk mengungkap pelakunya lainnya,” ujar Argo. Ia mengatakan, sejumlah tempat sudah digeledah untuk mencari bukti lainnya. Termasuk rumah pelaku. ”Kita tunggu hasil kerja anggota di lapangan. Kami berharap semua dapat diungkap dengan jelas,” lanjutnya. Argo mengungkapkan, pelaku merupakan bagian dari kelompok JAD yang pernah melakukan pengeboman di Jolo Filipina. ”Pelaku berafiliasi dengan JAD,” ujarnya. Di sisi lain, salah seorang terduga aksi bom bunuh diri diketahui menulis surat wasiat kepada orang tuanya sebelum melakukan aksi. ”Saudara L meninggalkan surat wasiat kepada orang tuanya yang isinya mengatakan bahwa yang bersangkutan berpamitan dan siap untuk mati syahid,” kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam jumpa pers, Senin (29/3). Menurut Listyo, surat wasiat itu juga untuk ‘berpamitan’ kepada orang tuanya. Kepolisian sudah melakukan identifikasi terhadap dua terduga pelaku tersebut, termasuk melalui tes DNA dengan membandingkan dengan keluarganya. “Hasilnya identik bahwa pelaku yang laki-laki betul bernama saudara L dan ini sudah kami cocokkan dengan keluarganya. Sedangkan yang perempuan adalah saudara YSF,”pungkasnya. (bbc/fin/ rez/run)