berita-utama

Anisa dan Luis Wujudkan Mimpi lewat Hobi, Bersepeda Keliling Amerika Selatan hingga Afrika

Senin, 21 Juni 2021 | 10:30 WIB

Mencintai sepeda sejak sebelum masuk TK ternyata tidak mengubah cinta Anisa Subekti terhadap sepeda saat dewasa. Padahal, saat masuk SMP, sepeda-sepedanya sempat dijual karena tak lagi dipakai ke sekolah. MASUK kuliah, Anisa semakin mencintai kegiatan bersepeda­nya. Ikut bike to cam­pus hingga kegiatan-kegiatan fun bike di Surabaya. Meski sangat mencintai sepeda, perempuan asal Surabaya itu mengaku bukan ‘nerd’ sepeda. ”Saya bukan tipe yang sepedanya harus merek apa. Pokoknya sepeda saja, saya sudah sangat senang,” ungkapnya, Kamis (3/6). ­ Masuk di dunia kerja, Anisa merantau ke Bali. Di Pulau Dewata itu ia sempat dita­nyai manajernya soal gaji. ”Waktu itu ditanyain, gaji mau buat apa?” tirunya. Jawabannya pun sederhana. Beli sepeda. Sepeda itu ren­cananya ingin dikendarainya untuk berkeliling Ubud. Be­gitulah kecintaannya terhadap sepeda yang tidak pernah pudar. Sampai pada 2016 lalu, ia bertemu Luis Simoes di Bali. Pria asal Portugal itu mengu­bah hidup Anisa dengan mewujudkan mimpinya ber­keliling dunia. Tidak sekadar berkeliling dunia, tetapi ber­kelilingnya dengan berse­peda. Luis punya proyek World Sket­ching Tour. Di mana ia harus menggambar tempat-tempat yang dikunjunginya di ber­bagai belahan dunia. ”Waktu ketemu itu, dia sebenarnya mulai keliling. Tinggal Ame­rika dan Afrika saja yang be­lum waktu itu,” ceritanya. Akhirnya, ia pun mencari tahu banyak cara untuk ber­keliling Amerika dan Afrika dengan bersepeda. Terutama bagian tempat-tempat mana saja yang bisa dilewati tanpa visa. Setelah persiapan selesai, Juli 2017 perjalanannya di­mulai. Dari Kolombia Utara hingga Argentina Selatan, mereka butuh waktu satu ta­hun delapan bulan. Setiap negara yang dikunjunginya punya cerita yang menarik. Namun, yang paling tidak bisa dilupakannya adalah Bolivia dan Kolombia. Di Bolivia cuacanya sangat ekstrem. Medannya berpasir dan berkerikil. Oksigen juga diceritakannya sangat tipis. Terlebih saat itu sedang hujan es. ”Nah, waktu itu terus tiba-tiba ada mobil yang berhenti. Mereka tanya apa boleh me­motret kami. Tapi, kami nggak jawab apa pun,” ceritanya. Alih-alih bertanya apakah mereka baik-baik saja ataupun memberi tumpangan, me­reka hanya memotret, mem­berikan ungkapan bahwa dirinya dan suaminya itu hebat, kemudian pergi. Berbeda dengan negara per­tama, Kolombia. Waktu itu, Anisa dan Luis baru menyele­saikan bersepedanya saat magrib. Penginapan sudah tidak ada yang buka. ”Karena itu masih pertama, kami juga masih takut-takut. Apalagi ada cerita yang nggak enak soal Kolombia,” terangnya. Namun, saat bertanya ke­pada penduduk lokal, me­reka diarahkan ke sebuah rumah yang sederhana. Ba­hkan, bisa dibilang lumayan bobrok. Tetapi, ternyata pe­miliknya sangat baik. Mereka diperbolehkan bermalam di rumahnya. Meski hanya di halaman rumah mereka. ”Be­soknya waktu pamit, mereka mau motongin ayam satu buat kami. Padahal, ayam-ayam mereka itu ibaratnya hidup mereka,” ceritanya. Anisa dan Luis pun menolak. Bagi mereka, diperbolehkan kamping di halaman rumah­nya saja sudah lebih dari cu­kup. Terlebih saat tahu cerita bahwa mereka juga sering ditipu orang-orang yang mengaku akan membeli ayam-ayam mereka. ”Jadi, rasanya terharu banget. Padahal, me­reka itu kehidupannya sang­at sederhana. Tapi, mereka masih mau ngasih semua yang mereka punya,” sambungnya. Selesai dengan rute Amerika Selatan, perjalanan selanjut­nya adalah Afrika. Namun, takdir berkata lain. Sang ibu meninggal saat perjalanannya di Afrika baru dimulai. Akhir­nya mereka harus kembali ke Indonesia. Begitu selesai dan kembali ke titik semula, pan­demi Covid-19 lebih dulu merebak. Anisa dan Luis pun kini memutuskan kembali ke Portugal hingga kini. Lewat berkeliling dunia dengan bersepeda itu, Anisa pun kini punya impian baru. Yakni membuat buku berbahasa Indonesia tentang perjalanan­nya itu. ”Tapi, nunggu di In­donesia dulu biar bisa sharing langsung nantinya,” ungkap­nya. Nanti, bukunya dibuat per kontinen. Yang pertama akan bercerita soal perjala­nannya di Amerika Selatan. (jp/feb/run)

Tags

Terkini