berita-utama

Kisah Inspiratif Dawam Peneliti LIPI Kreatif, Sampah Masker Disulap Jadi Pot Hidroponik

Jumat, 2 Juli 2021 | 10:01 WIB

Di tengah kasus Covid-19 yang terus meningkat, penggunaan masker medis di tengah masyarakat semakin tinggi. Akibatnya, potensi limbah sampah dari masker tersebut ikut tinggi. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berinovasi menyulap limbah masker menjadi pot hidroponik dan sejenisnya. PENELITI Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) LIPI Akbar Hanif Dawam Abdullah mengatakan, saat ini penggu­naan masker bedah dan mas­ker N95 meningkat. Apalagi ada anjuran penggunaan masker dobel. Ia menjelaskan masker yang bisa mereka daur ulang dan menjadi aneka barang itu khu­sus untuk penggunaan di rumah tangga dan bukan dari Orang Tanpa Gejala (OTG) Covid-19. “Karena limbah infeksius dari fasilitas kesehatan atau bekas OTG memiliki cara khusus da­lam penanganannya,” katanya, Selasa (29/6). Jadi, ia menegaskan masker yang mereka daur ulang adalah masker dari masyarakat yang tidak terpapar Covid-19. Mas­ker sekali pakai tersebut ber­bahan dasar plastik. Paling banyak adalah plastik jenis Polipropilen (PP). Jika limbah masker ini dibu­ang ke tempat sampah lalu ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), maka sama seperti mem­buang plastik. Untuk itu, me­reka menawarkan proses daur ulang menjadi barang yang bermanfaat. “Seperti pot hi­droponik, bak sampah, kantong sampah, dan sejenisnya,” kata Dawam. Dawam menjelaskan tekno­logi daur ulang sampah masker tersebut cukup sederhana dan bisa direplikasi secara cepat sesuai dengan desakan pen­golahan limbah masker sekali pakai di lapangan. Proses daur ulang dimulai dari tahapan sterilisasi. “Kemudian proses ekstrusi dan pencetakan,” ka­tanya. Proses ekstrusi dilakukan pada suhu 170 derajat celsius sampai menghasilkan biji plas­tik. Ketika sudah berupa bijih plastik, hasil daur ulang plas­tik itu bisa diubah menjadi bentuk apapun sesuai dengan keinginan. Kepala LPTB LIPI Ajeng Arum Sari mengatakan, penelitian daur ulang limbah masker melalui metode ekstru­si sudah dimulai sejak Mei 2020 lalu. “Kami menawarkan so­lusi berupa konsep teknologi daur ulang khusus masker limbah domestik non fasyan­kes. Sehingga, kami bisa ikut berkontribusi mengurangi pencemaran lingkungan dari limbah masker,” pungkasnya. (jp/feb/run)

Tags

Terkini