Kasus penularan Covid-19 di Kota Bogor saat ini cukup mengkhawatirkan. Terbukti, hanya empat hari beroperasi, ketersediaan tempat tidur bagi pasien Covid-19 di Rumah Sakit Lapangan (RSL) Kota Bogor sudah terisi penuh. MINGGU (4/7), RSL Kota Bogor telah menampung 18 pasien positif Covid-19. Di mana, jumlah ini telah memenuhi semua tempat tidur yang disiapkan pada tahap pertama. ”Dari kapasitas 64 (tempat tidur, red), kami baru dapat operasionalkan 18. Karena Sumber Daya Manusia (SDM) yang kami rekrut belum mencapai target. Proses rekrut terus berjalan. (ke-18 tempat tidur, red) Semuanya sudah terisi,” kata Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor, dr Sari Chandrawati, Minggu (4/7). Tak hanya itu, karena keterbatasan SDM dan oksigen, pihaknya memutuskan mengirim pasien ke RSL dengan kategori kanul oksigen. Bukan dengan Nonrebreathing Oxygen Face Mask (NRM). ”Hanya untuk pasien dengan kanul oksigen. Karena kebutuhan oksigen NRM sangat tinggi, sehingga tabung yang tersedia tidak bisa mendukung,” terangnya. Direktur Utama (Dirut) RSUD Kota Bogor, dr Ilham Chaidir, mengaku pihaknya masih mengalami krisis tenaga medis. Ini pula yang membuka operasional RSL belum maksimal. “Hari ini saja kita membutuhkan 60 perawat baru. Tapi, setelah kita buka rekrutan (60 perawat, red), yang daftar hanya 12 orang saja,” katanya. Sebagai solusinya, pihak rumah sakit terpaksa mengurangi pasien umum. “Kami terpaksa melakukannya sebagai bagian dari solusi. Dan perawatnya kami alihkan untuk menangani pasien Covid-19,” sambungnya. Namun, masalah tidak berhenti melalui solusi itu saja. Faktanya, banyak sejumlah perawat di lingkup RSUD Kota Bogor yang ikut terpapar Covid-19. Terhitung, saat ini saja dari 470 perawat yang ada di lingkup RSUD Kota Bogor, sebanyak 55 orang terpapar virus corona. Karena itu, solusi lain yang diambil pihaknya saat ini adalah meminta satu perawat menangani hingga 15 pasien Covid-19 sekaligus. “Satu perawat idealnya merawat enam pasien. Karena saat ini saja banyak perawat yang terpapar, maka satu perawat bisa (menangani, red) sepuluh sampai 15 pasien. Kondisi ini sangat melelahkan,” tuturnya. Ia melanjutkan, dalam kondisi seperti ini, berapa pun jumlah tenaga kesehatan (nakes) yang dimiliki, tidak akan pernah ideal dalam menangani pasien Covid-19. Sebab, jika berkaca dari pengalaman yang sudah-sudah, peperangan melawan virus corona masih akan terus terjadi. “Kita sudah menangani 1,5 tahun lebih tidak beristirahat. Kita tidak pernah work from home (kerja dari rumah, red), melainkan work from hospital (kerja dari rumah sakit, red). Jadi saya berpikir sekarang biar masyarakat menilai jangan egois,” tegasnya. “Masyarakat saya melihat masih egois, karena kita lihat liburan masih penuh di jalan, makan-makan di luar, abai pada prokes (protokol kesehatan, red), sementara nakes terus menggempur kekuatan. Maka tolong lah sekali untuk memerhatikan hal ini. Kita sama-sama,” pintanya. Soal solusi agar nakes tidak terpapar saat merawat pasien Covid-19, tambahnya, ada beberapa tahapan yang sudah diterapkanya. Salah satunya memperketat prokes. “(Sebenarnya, red) Mau tidak mau, dalam satu bulan terakhir ini kita berhadapan dengan hal itu. Mulai kelihatan kelelahan-kelelahan dari nakes. Karena paparan itu sekarang bisa terjadi di dalam dan luar rumah,” ungkapnya. “Tapi saya berpikir kita tetap bersemangat di RSUD dan saling menjaga. Saya hanya meminta tolong sekarang deh dari prokes masyarakat, terutama dalam menjaga mobilisasi,” ujarnya. Untuk diketahui, RSL Kota Bogor secara resmi sudah menerima pasien Covid-19 sejak Kamis (1/7) malam. Saat itu, ada delapan pasien positif virus corona yang ditangani pada hari pertama pengoperasian RSL. Koordinator RSL Kota Bogor, dr Shanda, mengaku pihaknya membagi tiga tahap dalam pengoperasian RSL. Pertama, membuka 18 tempat tidur. Dengan rincian, sepuluh tempat tidur bagi pasien perempuan dan delapan tempat tidur bagi pasien laki-laki. “Kriterianya pasien kuning atau sedang. Kalaupun berat, akan kita siapkan,” kata Shanda, Jumat (2/7). Kedua, membuka 30 tempat tidur. Dengan rincian, masing-masing 15 tempat tidur bagi pasien perempuan dan laki-laki. Terakhir, apabila kasus masih melonjak tinggi, pihaknya akan menyiapkan 64 tempat tidur. Dengan rincian, masing-masing 20 tempat tidur bagi pasien perempuan dan laki-laki. “Nanti pasien perempuan akan dirawat di lantai dua, sedangkan laki-laki di lantai tiga. Lantai satunya kita gunakan bagi pasien yang butuh observasi lanjutan,” bebernya. “Tapi ini semua kita lakukan secara bertahap, karena kita masih harus melengkapi nakesnya, baik dokter, perawat, hingga tenaga nonmedis lainnya,” tandasnya. (rez/feb/run)