Di situs yang dibuat Faiz Ghifari, orang bisa mencari informasi. Mulai soal tabung oksigen, tempat isolasi, sampai hotline darurat rumah sakit dan ambulans. Rumah Harapan Melanie Subono ikut membantu menyalurkan sembako, popok, dan obat-obatan. INFORMASI pada masa pandemi bak buih di lautan. Banyak, tetapi tidak semuanya utuh dan bisa dimanfaatkan. Padahal, di sisi lain, ada banyak orang yang berada dalam kondisi kritis. Mereka butuh informasi tentang tabung oksigen, tempat isolasi, donor plasma, dan banyak tetek bengek lainnya yang valid dan segera. Situasi itu membuat Faiz Ghifari resah. ”Orang cari info oksigen nggak ada info terpusat, cari info vaksin belum ada info terpusat, dan sebagainya,” ujar alumnus ITB yang bekerja di sebuah perusahaan Singapura tersebut kepada Jawa Pos, Jumat pekan lalu (8/7). Padahal, dalam situasi saat ini, informasi yang valid menjadi kebutuhan krusial. Kalau terlambat, bisa berdampak pada keterlambatan penanganan. Ujungnya bisa fatal: hilangnya nyawa. ”Akhirnya, orang nyari info di medsos (media sosial). Sementara, di medsos terkadang ada persoalan pada validitas,” katanya. Berangkat dari semangat itu, pada awal Juli, dia membuat sebuah situs bernama urundaya covid.com. Faiz berharap situs tersebut menjadi pusat informasi alternatif yang dapat mengakomodasi kebutuhan informasi dasar bagi masyarakat. Urundaya covid.com merupakan situs yang menyediakan berbagai informasi terkait dengan penanganan Covid-19. Di sana ada informasi soal tempat pembelian/isi ulang tabung oksigen, layanan donor plasma konvalesen, penyedia swab PCR, tempat isolasi, layanan vaksinasi, hingga hotline darurat rumah sakit, puskesmas, dan ambulans. Lengkap dengan alamat atau nomornya. Sebagaimana namanya, urundayacovid.com hadir dengan sistem crowdsourcing. Alias, mengumpulkan informasi dari berbagai pihak. Siapa pun yang memiliki informasi terkait dengan penanganan Covid-19 bisa mengunggahnya secara mandiri. Nanti informasi itu divalidasi sebelum ditayangkan dalam situs. Cara itu menjadi langkah paling rasional yang bisa dilakukannya. Sebab, ia tak memiliki struktur jaringan di semua daerah layaknya pemerintah atau organisasi masyarakat. Sebab, harus pula diakui, pandemi membutuhkan kekompakan dari masyarakat. ”Peran civil society dan komunitas urgen banget,” ungkapnya. Apalagi, civil society relatif bisa lebih berinovasi. Dalam penyusunan situs urundaya covid.com, misalnya, Faiz bisa membuat tampilan yang user-friendly bila dibandingkan dengan milik pemerintah yang relatif kaku. ”Jadi kayak search engine,” tuturnya. Meski baru seumur jagung, urundayacovid.com sudah mendapat banyak partisipasi. Per 6 Juli atau tiga hari setelah diluncurkan, sudah lebih dari 1.230 informasi penanganan Covid-19 yang disampaikan publik. Sementara, ada ribuan user yang mengunjungi situs tersebut. Meski demikian, dia berharap semakin banyak yang mau berkontribusi menyumbang informasi. ”Informasi kan swadaya warga yang mengisi. Jadi, akan bergantung sama warganya,” katanya. Untuk memaksimalkan peran, dalam waktu dekat Faiz berencana merekrut relawan yang bertugas menjaga hotline. Melalui hotline tersebut, masyarakat yang terkendala harapan mengakses kebutuhan bisa dibantu advokasi. Tak berhenti sampai di situ, melalui urundayacovid.com, Faiz juga bakal berupaya menggalang dana berkolaborasi dengan kitabisa.com. Dana itu nanti sepenuhnya digunakan untuk penanganan Covid-19. ”Ada donasi nakes, masyarakat rentan, dan donasi untuk oksigen,” jelasnya. Bagi Faiz, urundayacovid.com bukan kiprah perdana di ranah sosial. Sebelumnya, dia juga pernah menggagas sejumlah platform untuk membantu masyarakat pada era pandemi. Di antaranya, #ButuhDriver, sebuah aplikasi yang mempertemukan ojol dengan customer tanpa biaya, hingga platform belajar gratisinbelajar.com untuk membantu siswa. ”Itu semua berasal dari uang saya pribadi,” ungkap Faiz. Aksi gotong royong bantu masyarakat terdampak pandemi ini juga dilakukan Rumah Harapan Melanie asuhan musisi, aktris, dan aktivis Melanie Subono. Ajakan Melanie untuk bahu-membahu melawan dampak pandemi ini sempat beredar luas di media sosial. Ia membuat video yang berisi tulisan ajakan donasi barang kebutuhan. Menurutnya, selama 14 tahun Rumah Harapan berdiri, baru kali ini dirinya mendapati kondisi yang sangat parah hingga membuatnya nekat membuat video tersebut. ”Pada dasarnya, gue tuh malu minta. Makanya, di video nggak berani ngomong, cuma tulisan,” paparnya. Melanie hanya mengajak berbagi dalam bentuk barang. Bukan uang. Ajakannya ternyata direspons banyak sekali orang. Banyak di antara mereka yang selama ini sebenarnya ingin membantu, tetapi tidak tahu disalurkan ke mana. Bantuan terus mengalir, baik berupa beras, diaper, maupun sebagainya. ”Bahkan, ada yang nawarin satu bungkus pamper dewasa dan bertanya, ’Boleh tidak saya nyumbang ini?’ Tentu boleh sekali. Yang penting niatnya,” ujarnya. (jp/feb/run)