berita-utama

Pengakuan Korban Bacok Sebelum Tewas, Gua Udah Diincar!

Jumat, 8 Oktober 2021 | 10:50 WIB

Sirene ambulans pengantar jenazah RMP (17), korban tewas dalam aksi pembacokan brutal pelajar Kota Bogor, terdengar nyaring. Jelang sore, pukul 15:00 WIB, jasad almarhum tiba di Musala Al Muttaqin, tepat bersebelahan dengan rumah duka. Puluhan warga sekitar, kerabat, saudara, hingga keluarga besar korban hanya bisa menyaksi­kan sosok almarhum yang dikenal ceria terbungkus dalam peti mati berselimut kain hijau. Isak tangis keluarga dan kese­dihan menyelimuti Kompleks BPT di Kelurahan Babakan, kemarin. Di rumah duka, banyak ke­rabat yang takziah dan mengi­ringi almarhum ke tempat peristirahatannya di Taman Pemakaman Umum (TPU) Blender, Kebonpedes, Kota Bogor. Tak ada yang menyangka, RMP tewas dengan cara menge­naskan. Kabar duka soal ke­matian RMP membuat kelu­arga syok berat. Sepupu al­marhum, Rian Fadhlurrahman (27), mengaku bersama ibun­da RMP langsung menda­tangi lokasi kejadian. “Syok, kaget. Percaya nggak percaya, sosok di balik kain yang sudah berlumuran darah itu adalah adik sepupu saya. Sampai nyesak saya lihatnya. Kok ada orang yang sekejam itu sampai membunuh adik saya dengan cara seperti itu,” ungkapnya. Di mata keluarga, sosok al­marhum dikenal ceria dan rajin. ”Anaknya mau kerja, walaupun masih sekolah. Ma­kanya saya suka kasih uang sama dia sekadar buat jajan. Dia orangnya baik, makanya saya nggak nyangka waktu dengar dia meninggal dalam keadaan seperti itu,” tutur Rian kepada Metropolitan, Kamis (7/10). Rian menuturkan, sebelum­nya almarhum sempat berce­rita pada teman dekatnya. “Dia bilang, lagi ada masalah. Tapi nggak cerita jelas apa masa­lahnya. Dia sempat ngomong gini, ’A, gua lagi diincar sama orang’. Sudah gitu saja,” ujar Rian menirukan cerita teman dekatnya. Namun, curhatan itu tak di­gubris hingga hari nahas tiba. Tubuh RMP terbujur kaku, bersimbah darah di Taman Palupuh, Tegalgundil, Keca­matan Bogor Utara, Rabu (6/10) malam. Rian yang ikut mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP) pun dibuat penasaran dengan kronologi kejadian. Kala itu, ia coba mencari tahu apa yang terjadi sebelum aksi pemba­cokan brutal itu terjadi. ”Waktu olah TKP, diceritakan ibu warung tempat dia nong­krong. Seperti ada ribut-ribut. Kan banyak tuh katanya yang nonton waktu live Instagram. Nggak lama dari ribut-ribut waktu live, baru terdengar suara cekcok. Nggak lama, terdengar suara seperti orang lagi digorok. Duh, saya nyesak banget kalau nyeritainnya lagi,” jelas Rian. Berdasarkan keterangan po­lisi, RMP meregang nyawa setelah celurit menghujam tubuhnya. Hasil autopsi menunjukkan ada tiga bagian tubuhnya yang disabet sen­jata tajam. “Tengkuk belakang, kaki, dan bagian dada yang terbuka le­bar membuat korban mening­gal dunia,” ungkap Kasat Re­skrim Polresta Bogor Kota, Kompol Dhony Erwanto. Dhony menjelaskan keja­dian berdarah itu bermula saat korban RMP bersama rekan­nya P (18) pergi nongkrong ke Jalan Palupuh Raya, Kelurahan Tegalgundil, Kecamatan Bogor Utara, Rabu (6/10) sekitar pu­kul 21:00 WIB. Kemudian tiba-tiba datang tiga unit sepeda motor dengan total enam orang mengham­piri keduanya. Tanpa basa-basi, satu dari enam orang tersebut, yakni RAP (18), turun dari sepeda motor dan langs­ung mengayunkan celurit terhadap korban RMP. Nahas, korban tidak bisa menghindari ayunan senjata tajam tersebut hingga jatuh terkapar. Sementara, rekannya P berhasil melarikan diri dari para pelaku. “Satu orang berhasil melari­kan diri karena sempat lari ke tempat jualan. Kalau korban ini tidak tahu bagaimana bisa didapati pelaku lalu dianiaya,” ujar Dhony kepada wartawan, Kamis (7/10). Atas pembacokan ini, korban meninggal dunia sebelum dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Kapolresta Bogor Kota, Kom­bes Pol Susatyo Purnomo Condro, mengaku Tim Opsnal Sat Reskrim Polresta Bogor Kota langsung melakukan penyelidikan atas kejadian tersebut, tak lama usai pem­bacokan. Tak butuh waktu lama, pe­tugas mendapatkan infor­masi bahwa pelaku melarikan diri ke kediaman rekannya yang berada di wilayah Kelurahan Tanahbaru, Kecamatan Bogor Utara. Petugas pun langsung mela­kukan penggerebekan dan mendapati pelaku beserta barang bukti celurit yang di­gunakan untuk menganiaya korban. “Alhamdulillah, hanya dalam waktu tujuh jam setelah keja­dian, kita berhasil melakukan pengungkapan dengan me­nangkap para pelaku. Dengan tersangka utama yaitu RAP, pelajar warga Tanahsareal,” katanya. “Kita berhasil mengamankan satu buah celurit dan satu unit sepeda motor yang digunakan pelaku untuk mengejar korban,” terangnya. Sementara itu, anggota Ko­misi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bogor, Akhmad Saeful Bahri, menilai peristiwa pembacokan terhadap pelajar itu tepat men­jadi momentum mengevalu­asi maraknya taman yang tidak ditunjang sarana prasarana seperti lampu penerangan. “Jadi cenderung remang-remang, yang malah dijadikan tempat maksiat dan tindak kriminal. Perlu adanya penam­bahan SDM (Sumber Daya Manusia, red) untuk polisi taman,” kata pria yang akrab disapa ASB itu. Untuk itu, ASB meminta Pe­merintah Kota (Pemkot) Bogor mengevaluasi sejumlah taman. Terutama taman yang ada di sekitar lingkungan sekolah seperti Taman Palupuh untuk dijadikan PSU (Prasarana, Sarana, dan Utilitas) umum yang bermanfaat. Tak hanya itu, ASB juga me­minta Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) mengevaluasi kinerja dan fungsi pengawasan Kantor Cabang Dinas (KCD) sebagai kepanjangan tangan Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jabar yang cenderung tidak mau berkoordinasi dan komu­nikasi dengan Forum Komu­nikasi Pimpinan Daerah (For­kopimda) Kota Bogor. “Kalau sudah begini, daerah yang pasti kelimpungan,” ujarnya. Ia juga menilai perlu kem­bali ditingkatkan kepedulian masyarakat yang cenderung apatis saat ini. Koordinasi apa­ratur keamanan bersama RT dan RW kembali harus diting­katkan dengan mengajak pe­ran serta seluruh lapisan ma­syarakat, baik Organisasi Ke­pemudaan (OKP), Organisasi Masyarakat (Ormas), dan Musyawarah Pimpinan Keca­matan (Muspika). “Kalau pem­biaran ini didiamkan, bisa jadi pembenaran pelenyapan nyawa generasi muda adalah hal yang biasa di masa puber. Jangan sampai terjadi,” tan­dasnya. (far/d/rez/feb/run)

Tags

Terkini